JATIMTIMES - Rasulullah SAW, sosok mulia dengan hati selembut sutra, memberikan teladan mendalam tentang rasa syukur kepada Allah SWT. Dalam salah satu peristiwa yang diriwayatkan Aisyah RA, Nabi Muhammad SAW menangis tersedu-sedu hingga air matanya membasahi tubuh dan lantai tempat beliau berpijak. Tangisan tersebut dipicu oleh turunnya sebuah ayat Al-Qur’an yang menggetarkan jiwa.
Aisyah RA menuturkan bahwa pada suatu malam, Nabi Muhammad SAW memintanya untuk mengizinkannya beribadah secara khusus kepada Allah SWT. “Wahai Aisyah, biarkanlah aku beribadah kepada Rabb-ku malam ini,” kata Rasulullah SAW.
Baca Juga : Doa dan Dzikir Usai Salat Tahajud, Amalan Rasulullah Agar Selalu Bersyukur
Dengan penuh kasih, Aisyah RA merespons, “Demi Allah, sungguh aku sangat suka berdekatan denganmu, tetapi aku suka hal-hal yang menjadikanmu senang.”
Setelah bersuci, Rasulullah SAW pun berdiri melaksanakan salat malam. Dalam salatnya, beliau terus menangis. Air matanya begitu deras hingga membasahi janggutnya, tubuhnya, bahkan lantai di sekitarnya. Tangisan itu tak berhenti hingga waktu Subuh tiba.
Ketika Bilal bin Rabbah RA datang mengumandangkan azan Subuh, ia melihat Nabi Muhammad SAW masih larut dalam tangisannya. Dengan penuh rasa heran, Bilal bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang?”
Nabi Muhammad SAW menjawab dengan nada penuh haru, “Tidakkah aku pantas menjadi hamba yang bersyukur? Sungguh, telah turun kepadaku malam ini sebuah ayat. Celakalah orang yang membacanya tetapi tidak merenungkannya:
‘Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.’ (QS. Ali Imran [3]: 190)”.
Ayat tersebut mengungkap kebesaran Allah SWT melalui penciptaan langit dan bumi, serta pergantian siang dan malam. Ayat ini mengajarkan manusia untuk merenungi tanda-tanda kekuasaan Allah yang tersirat dalam setiap detail alam semesta. Bagi orang-orang yang berakal, tanda-tanda ini adalah pengingat akan kebesaran Sang Pencipta, yang pada akhirnya menggugah hati untuk bersyukur.
Tangisan Rasulullah SAW mencerminkan betapa mendalamnya pemahaman beliau terhadap ayat ini. Kesadaran akan kebesaran Allah SWT dan nikmat yang tak terhingga menjadikan beliau merasa kecil di hadapan-Nya. Hal ini menjadi teladan bagi umat Islam untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat, sekaligus merenungi kebesaran Allah SWT melalui ciptaan-Nya.
Baca Juga : 5 Negara Muslim Termasuk Arab Saudi Ini Tak Rayakan Isra Mikraj, Mengapa?
Dalam peristiwa ini, Rasulullah SAW menegaskan pentingnya bersyukur sebagai bentuk pengakuan terhadap nikmat Allah SWT. Beliau bersujud dalam tangis sebagai wujud syukur yang mendalam. Hal ini mengajarkan bahwa bersyukur bukan hanya ucapan, tetapi juga penghayatan yang meresap hingga ke dalam hati.
Sebagaimana Rasulullah SAW, umat Islam diajak untuk merenungi kebesaran Allah SWT dalam setiap detail kehidupan. Langit yang luas, bumi yang kokoh, dan pergantian siang dan malam adalah tanda-tanda kebesaran-Nya yang seharusnya mampu menggerakkan hati untuk berdzikir dan memuji-Nya.
Ayat yang membuat Rasulullah SAW menangis adalah cerminan betapa pentingnya bagi manusia untuk berhenti sejenak dan merenungi kebesaran Allah SWT. Dalam keindahan alam semesta, terdapat tanda-tanda yang mampu menggugah mata batin bagi mereka yang mau berpikir.
Rasa syukur, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW, adalah cara untuk menyaksikan kebesaran Allah SWT dan merasakan kedekatan dengan-Nya. Ketika hati tergugah oleh tanda-tanda ini, air mata pun tak tertahankan, mengalir sebagai bentuk keinsafan.
Maka dari itu, umat Islam diajak untuk tidak hanya membaca ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi juga merenungi maknanya dengan hati yang terbuka. Seperti yang dilakukan Rasulullah SAW, tangisan penuh syukur adalah ekspresi tertinggi dari penghayatan terhadap kebesaran Allah SWT.