JATIMTIMES - Banyaknya mahasiswa di Kota Malang, dipandang tak terlalu berpengaruh secara makro terhadap perilaku pemilih dalam kontestasi Pilkada Kota Malang. Hal ini disampaikan Andyka Mutaqqin SAP MAP Dosen FIA UB dalam kegiatan Bincang Santai (Bonsai) di UB, Kamis, (12/9/2024).
Hal ini karena memang 40 persen mahasiswa, khususnya di UB berasal dari Jabodetabek dan sisanya tersebar dari berbagai daerah di Jatim dan lainnya. Maka dari itu ditegaskannya, bahwa memang secara makro pengaruhnya bahkan mungkin tidak ada.
Baca Juga : Bawaslu Situbondo Ajak Perempuan Berperan Cegah Politik Uang
"Namun saat ini tentunya segmentasi sekarang pemilih muda. Pengaruh kultur loe-gue, kemudian juga mempengaruhi kultur mahasiswa asli Malang. Maka dari pergaulan yang ada, tak jarang obrolan soal politik berlangsung, dan disini kemudian ini berpotensi juga berpengaruh secara tidak langsung kepada pemilih muda yang juga lebih kritis," katanya.
Lebih lanjut, dari sini rasionalitas para pemilih muda tentunya akan lebih tinggi. Artinya pemilih muda ini lebih kritis memandang bukan hanya sekedar dari visi misi, namun juga pada penampilan sosok paslon ataupun hal lain.
"Calon-calon ini kam sebetulnya sudah tidak muda lagi, memformat fotonya agar terlihat lebih muda, ini salah satu pengaruh tidak langsung
Begitupun cara kampanye yang mengikuti perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi, telah membawa pengaruh pada berbagai perubahan mulai dari perilaku memilih masyarakat, metode kampanye yang mulai bergeser dari metode konvensional ke metode digital, pola-pola rekruitmen politik dan pendidikan politik berbasis teknologi/
media sosial baik yang dilakukan oleh calon maupun partai politik.
Disrupsi teknologi yang sejalan dengan dominasi pemilih muda saat ini, juga menggeser pola patronase politik yang dahulunya pada orang-orang dengan power dan kharisma yang begitu besar, kini bergeser pada sosok yang memiliki follower dan influence besar di dunia maya.
Perubahan- perubahan yang terjadi dalam kontestasi politik di level nasional sebagai
dampak dari perkembangan era digital, tentu akan berkembang pada level Lokal.
Baca Juga : JatimTIMES Ajari Humas Bea Cukai Kanwil Jatim II Bikin Berita
"Kita tahu bahwa, tahun 2024 ini menjadi tahun politik yang cukup panjang dengan segala
dinamika yang muncul didalamnya. Landskap politik di tingkat Nasional yang berubah pasca Pemilu 2024 tentunya akan membawa dampak bagi landskap politik di tingkat lokal," paparnya.
Tidak hanya itu, ketika berbicara di tataran grassroots, juga akan banyak dinamika politik yang dipengaruhi dari proses kontestasi di level nasional beberapa waktu lalu. Seperti halnya, pada trend atau model kampanye politik yang akan ditawarkan oleh kontestan di level lokal.
Pada Pilkada serentak mendatang tentu trend atau model kampanye juga banyak berubah. Model kampanye yang mengandalkan aspek kreatif berciri khas anak muda dan pendekatan berbasis teknologi informasi serta media sosial tentu akan menjadi pola baru yang akan diadopsi para kontestan di tingkat lokal.
"Fenomena ini tentu akan berkaca pada fenomena yang ada di tingkat nasional beberapa waktu lalu, dimana mayoritas
kandidat menggunakan pendekatan atau model kampanye berbasis teknologi informasi serta media sosial, dan menggunakan desain kampanye yang menarik, kreatif dan inovatif," jelasnya.