free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Kesehatan

Imbau Waspada Virus Mpox Bisa Menular dari Hewan dan Manusia, Begini Penjelasan Lengkap Dinkes Kota Batu

Penulis : Prasetyo Lanang - Editor : Nurlayla Ratri

11 - Sep - 2024, 12:08

Placeholder
Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinkes Pemkot Batu dr. Susana Indahwati.(Foto: Prasetyo Lanang/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Meski belum ada indikasi kasus virus Monkeypox (Mpox) atau cacar monyet di Kota Batu, Dinas Kesehatan tetap melakukan mitigasi. Selain rumah sakit yang disiapkan untuk penanganan dan isolasi, masyarakat diimbau untuk waspadai gejala dan memahami cara penularannya.

Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinkes Pemkot Batu dr. Susana Indahwati menjelaskan bahwa penularan virus Mpox bisa terjadi melalui hewan maupun manusia. Namun kata dia, Mpox merupakan suatu penyakit yang bisa dicegah dari perilaku.

Baca Juga : Ternyata Puluhan Siswa di Situbondo Terjangkit Cacar Air Biasa

Dikatakan, Cacar Monyet atau Monkeypox adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus dari famili Poxviridae. Penyakit ini awalnya ditemukan pada monyet di laboratorium pada tahun 1958, dan kasus pertama pada manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.

"Penularan Mpox ini bisa terjadi dari hewan ke manusia maupun manusia ke manusia," kata Susana saat ditemui, belum lama ini.

Ia menjelaskan, penularan dari hewan ke manusia bisa terjadi dengan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Bisa melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, seperti monyet, tupai, atau hewan pengerat lainnya. Cara lain yakni dengan cairan tubuh hewan. Mengkonsumsi daging atau produk hewan yang terinfeksi dan tidak dimasak dengan benar juga bisa menjadi salah satu cara penularan.

Sedangkan penularan dari manusia ke manusia bisa dari kontak langsung dengan lesi kulit, ruam, koreng, atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi dapat menyebabkan penularan.

Bahkan dengan benda yang terkontaminasi seperti pakaian, tempat tidur, atau benda lain yang yang terkena cairan tubuh penderita juga bisa menjadi sumber penularan.

"Melalui droplet juga bisa, meskipun jarang, itu dari pernapasan saat melakukan kontak dekat dengan penderita, terutama jika penderita sedang batuk atau bersin. Kemudian tentunya kontak seksual dengan seseorang yang terinfeksi juga dapat meningkatkan risiko penularan," ujarnya.

Semakin sering dan lama kontak dengan penderita, semakin tinggi risiko penularan juga salah satu kontak risiko. Maka, orang yang tinggal serumah dengan penderita memiliki risiko penularan yang lebih tinggi. Susan juga menyebut kontak risiko juga pada orang yang bepergian ke daerah di mana cacar monyet masih endemis.

"Gejala cacar monyet mirip dengan cacar air, namun biasanya lebih ringan. Gejala umumnya muncul dalam 1-3 minggu setelah terpapar virus. Di antaranya demam, sakit kepala, nyeri otot dan punggung, kelelahan, pembesaran kelenjar getah bening," jelas dia.

Wanita yang disapa Susan itu menambahkan, gejala selanjutnya terjadi ruam, yang biasanya dimulai pada wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti telapak tangan dan kaki. Ruam akan berubah dari bintik merah menjadi bintil berisi cairan, kemudian mengering dan membentuk keropeng.

Baca Juga : Apa Itu Susu ikan? Ini Penjelasan Pakar IPB Bogor

Sementara itu, ciri khas cacar monyet yakni pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di daerah rahang, leher, dan selangkangan. Selain itu, ruam pada cacar monyet biasanya lebih dalam dan lebih nyeri dibandingkan dengan ruam cacar air.

"Kalau durasi penyakit, cacar monyet biasanya berlangsung selama 2-4 minggu," sebutnya.

Susan berujar, untuk melakukan penanganan cacar monyet sampai saat ini, belum ada pengobatan khusus. Pengobatan suportif yang dilakukan umumnya seperti obat pereda demam, obat pereda nyeri, dan cairan infus untuk mengatasi dehidrasi.

Seperti halnya COVID-19 dengan tipe penularan yang mirip, isolasi juga diperlukan penderita cacar monyet untuk mencegah penularan ke orang lain. Ia mengungkapkan, sejauh ini Kota Batu ridak ditemukan kasus. Sehingga tidak mendapatkan alokasi vaksin cacar seperti beberapa daerah dengan kasus Mpox yang terkonfirmasi.

"Untuk vaksin sendiri, ada vaksin cacar yang sebelumnya digunakan untuk memberantas cacar juga efektif dalam mencegah cacar monyet. Namun vaksin ini tidak selalu tersedia di semua negara," tambahnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan jika cacar monyet bisa dicegah dengan menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi. Terutama di daerah endemis. Menerapkan cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir juga diperlukan. Serta hindari kontak dengan cairan tubuh penderita, darah, lesi kulit, atau benda yang terkontaminasi.

"Untuk kewaspadaan lebih baik, masyarakat harus selalu menjalankan protokol kesehatan (jaga jarak di kerumunan, menggunakan masker, dan menjaga kebersihan tangan). Bila ada masyarakat yang baru datang dari luar negeri, mohon waspada dengan kesehatannya dalam jangka waktu 14-21 hari sejak kedatangan. Bila dikeluhkan adanya demam, segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat," tutur Susan.


Topik

Kesehatan Mpox kota batu



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Prasetyo Lanang

Editor

Nurlayla Ratri