Jadi Ketua Umum ke-11, Gus Yahya Terharu Saat Doa Bersama di Kantor Pertama PBNU Surabaya
Reporter
M. Bahrul Marzuki
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
18 - Feb - 2022, 12:31
JATIMTIMES - Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf mendatangi kantor PCNU Kota Surabaya yang berada di kawasan Bubutan, Surabaya, Kamis (17/2).
Dalam kunjungan tersebut di sana Ketua Umum PBNU ke 11 ini disambut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Ketua PCNU Surabaya KH. Muhibbin Zuhri.
Baca Juga : Kejengkelan Gus Yahya Kala PCNU Banyuwangi Bikin Acara Hadirkan Bakal Capres 2024
Dalam pertemuan ini Wali Kota Eri menyampaikan jika kantor PCNU Surabaya yang dahulunya merupakan kantor PBNU pertama ini akan dijadikan sebuah museum. Kemudian juga dia menawarkan agar PCNU Surabaya bisa pindah dan memiliki kantor yang lebih representatif nantinya.
"Kami mohon izin, gedung ini kalau boleh akan kami jadikan museum. Nanti kantor PCNU dipindahkan, biar perawatan gedung ini bisa terjaga,” kata Eri.
Dalam kesempatan ini, Eri juga meminta izin pada Gus Yahya agar muktamar Nahdlatul Ulama mendatang bisa digelar di Surabaya.
“Saya izin kalau nanti satu abadnya NU, Muktamarnya dilakukan di Surabaya kami siap lahir batin. PBNUnya kembali ke Surabaya,” ujar Eri.
Menanggapi ini KH. Yahya mengapresiasi apa yang menjadi keinginan wali kota pengganti Tri Rismaharini tersebut. “Saya setuju ini (Kantor PCNU) dijadikan museum supaya bisa terjamin perawatannya,” kata Gus Yahya. Meski akan dijadikan museum, namun Gus Yahya tetap minta aktivitas spiritual keagamaan di gedung ini tetap diizinkan.
“Tetap pada waktu-waktu tertentu tempat ini digunakan tempat bermujahadah sehingga energi spiritual gedung ini tetap bisa kita rasakan,” kata Gus Yahya.
Gedung PCNU Kota Surabaya merupakan cagar budaya dan memiliki nilai historis tinggi bagi kelahiran NU. Dalam bahasa Belanda gedung ini dinamai Hoofdbestuur yang berarti Pengurus Besar atau Kantor Pusat .
Memang dahulu bangunan ini menjadi kantor pusat PBNU sebelum akhirnya berpindah ke Pasuruan dan Madiun, hingga akhirnya pindah ke Jakarta.
Di gedung ini pula KH. Hasyim Asy'ari dan Ulama se Jawa dan Madura merumuskan resolusi jihad untuk melawan penjajah pada 21 dan 22 Oktober 1945.
Baca Juga : Baca Selengkapnya