JATIMTIMES - Pasca diterjang banjir bandang pada 04 Februari 2025 lalu, warga di tiga kecamatan terdampak, yakni Kendit, Bungatan dan Mlandingan Kabupaten Situbondo masih trauma dan belum tenang menempati rumahnya sebelum penyebab banjir ditemukan dan diatasi.
Bahkan salah satu warga Dusun Krajan, Desa Selowogo Kecamatan Bungatan, Eko Santoso mengaku bahwa warga saat ini sudah tidak butuh bantuan makanan siap saji, tapi lebih membutuhkan solusi mengatasi penyebab banjir.
Baca Juga : Bakorwil III Malang Komitmen Menuju Ekosistem Halal
"Bukan kami tidak suka dibantu, tapi kami lebih suka hidup tenang tanpa bayang-bayang bencana yang akan datang lagi. Kami meminta kepada Pemerintah Kabupaten Situbondo atau pihak terkait lainnya segera menemukan solusi untuk mengatasi penyebab terjadinya banjir bandang ini,” kata Eko Santoso, Selasa (11/02/2025).
Selain itu, Eko juga mengatakan bahwa jika ada bantuan makanan datang, banyak warga yang memberikannya ke warga yang lain, karena saking banyaknya bantuan makanan yang diberikan.
"Kalaupun rumah kami yang rusak diperbaiki tapi penyebab banjir belum diatasi gimana kami mau tenang, kalau banjir lagi kan sama saja rusak lagi," jelasnya.
Lebih lanjut, Eko mengatakan untuk di Selowogo, penyebab banjir dikarenakan tanggul jebol. Oleh karena itu, untuk sementara masyarakat minta diprioritaskan pemasangan bronjong di tanggul yang jebol. Masalah pembangunan kembali rumah rumah yang rusak total akibat diterjang banjir bandang bisa dilaksanakan setelah adanya pemasangan bronjong.
Di Dusun Krajan, sambung Eko, dihuni 300 Kepala Keluarga (KK) atau 852 jiwa. “Jumlah total rumah yang terdampak banjir di Dusun Krajan dan Ledeng sebanyak 28 unit. Rusak berat 14 unit, rusak sedang 1 unit dan rusak ringan 13 unit,” jelas Eko.
Tidak hanya Eko, hal senada juga disampaikan oleh Muslimin, warga Tambak Ukir, Kecamatan Kendit. Dia menjelaskan bahwa pemerintah daerah harus cepat menemukan solusi untuk mengatasi penyebab terjadinya banjir bandang agar warga bisa hidup tenang.
"Jika memang penyebabnya karena hutan gundul atau beralih fungsi, ya pemerintah harus cari solusi untuk itu. Jika karena tambang ilegal ya pemerintah harus tegas menindak, agar kami bisa hidup tenang tidak ada bencana lagi," ungkap Muslimin.
Saat ini, Selasa (11/02/2025) kata Muslimin, beberapa warga sudah bisa memasak sendiri dan sudah bisa sedikit beraktivitas kembali. Namun menurutnya semua warga masih khawatir jika terjadi banjir susulan.
"Kalau bisa diperbaiki lah yang rusak tanggulnya, jembatan dan rumah yang rusak, dan cari solusi secepatnya untuk menangani penyebabnya," harapnya.
Sebagai informasi, dapur umum untuk menyuplai makanan siap saji korban terdampak akan diakhiri pada hari ini, Selasa (11/02/2025) sedangkan untuk status tanggap darurat akan berakhir pada Selasa (18/02/2025) mendatang.
Saat ini pemerintah daerah sudah mengajukan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) sebesar Rp 39 miliar ke Provinsi Jawa Timur untuk mengatasi dampak bencana banjir bandang tersebut.