JATIMTIMES - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pada hari Sabtu bahwa ia ingin Yordania dan Mesir mengambil warga Palestina dari Gaza. Trump menyarankan "kita bersihkan saja semua itu".
Rencana itu langsung ditolak oleh Yordania. Mesir juga sebelumnya telah menentang segala usulan bahwa warga Gaza dapat dipindahkan ke negara tersebut.
Baca Juga : Asal Usul Anting, Muncul dari Prahara Keluarga Nabi Ibrahim
Presiden Palestina Mahmud Abbas juga menolak apa yang disebutnya "setiap kebijakan yang merusak persatuan tanah Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur".
Ia meminta Trump untuk "melanjutkan upayanya untuk mendukung" gencatan senjata di Gaza yang dimulai pada 19 Januari. Dia mengatakan otoritas Palestina tetap siap untuk mengambil alih pemerintahan di wilayah yang dilanda perang tersebut.
Setelah rencana itu keluar, publik pun mulai ramai membahas soal Nakba. Menurut mereka, apa yang direncanakan Trump ingin mengulang kembali Nakba yang sebelumnya juga pernah terjadi di Palestina.
Sejarah Nakba
Dikutip dari dari laman aljazeera.com, Nakba yang berarti "bencana" dalam bahasa Arab, merujuk pada pengusiran masal dan pemiskinan warga Palestina selama Perang Arab-Israel 1948. Sebelum Nakba, Palestina adalah masyarakat multi-etnis dan multi-budaya. Namun, konflik antara Arab dan Yahudi semakin intensif pada tahun 1930-an dengan peningkatan imigrasi Yahudi, yang didorong oleh penganiayaan di Eropa serta gerakan Zionis yang bertujuan untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina.
Pada November 1947, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang membagi Palestina menjadi dua negara, Yahudi dan Arab, dengan Yerusalem berada di bawah administrasi PBB. Dunia Arab menolak rencana tersebut, dengan alasan bahwa itu tidak adil dan melanggar Piagam PBB. Milisi Yahudi kemudian melancarkan serangan terhadap desa-desa Palestina, memaksa ribuan orang untuk melarikan diri.
Situasi ini eskalasi menjadi perang penuh pada tahun 1948, dengan berakhirnya Mandat Inggris, deklarasi kemerdekaan Negara Israel. Pasukan Israel yang baru terbentuk melancarkan serangan besar-besaran. Hasil dari perang tersebut adalah pengusiran permanen lebih dari setengah populasi Palestina.
Setiap tahun pada tanggal 15 Mei, warga Palestina di seluruh dunia memperingati Nakba, atau " hari pembersihan etnis di Palestina dan kehancuran hampir total masyarakat Palestina pada tahun 1948.
Pemicu Terjadinya Nakba
Sejarah Nakba dapat ditelusuri dari munculnya Zionisme sebagai ideologi politik pada akhir abad ke-19 di Eropa Timur. Ideologi ini didasarkan pada keyakinan bahwa orang Yahudi adalah bangsa atau ras yang layak mendapatkan negara mereka sendiri. Sejak tahun 1882, ribuan Yahudi dari Eropa Timur dan Rusia mulai menetap di Palestina. Mereka didorong oleh persekusi anti-Semitisme dan pogrom yang mereka hadapi di Kekaisaran Rusia, serta daya tarik Zionisme.
Pada tahun 1896, jurnalis asal Wina, Theodor Herzl, menerbitkan pamflet yang dianggap sebagai dasar ideologis Zionisme politik “Der Judenstaat” atau "Negara Yahudi". Herzl menyimpulkan bahwa solusi terhadap sentimen anti-Semitisme yang sudah berabad-abad dan serangan di Eropa adalah menciptakan negara Yahudi.
Setelah Perang Dunia I, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour pada tahun 1917, yang berjanji untuk membantu "pembentukan di Palestina sebuah rumah nasional bagi bangsa Yahudi". Ini merupakan janji yang dipandang kontroversial karena memberikan tanah yang bukan milik mereka kepada orang lain.
Antara 1919 hingga 1935, imigrasi Zionis ke Palestina meningkat secara dramatis, dibantu oleh Inggris. Hal ini mengakibatkan peningkatan populasi Yahudi dari sembilan persen menjadi hampir 27 persen dari total populasi, dengan pembelian tanah oleh Zionis dari pemilik tanah yang absen.
Pada tahun 1936, warga Arab Palestina meluncurkan pemberontakan besar-besaran melawan Inggris dan dukungannya terhadap kolonialisme pemukim Zionis, yang dikenal sebagai Pemberontakan Arab. Pemberontakan ini berlangsung hingga 1939 dan dihancurkan secara keras oleh Inggris, mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat Palestina.
Episode Pertama Al-Nakba
Baca Juga : 3 Klenteng Tertua di Indonesia, Dua dari Jawa Timur
Awalnya, pemerintah Inggris mencoba membatasi imigrasi Yahudi Eropa ke Palestina karena khawatir akan pecahnya kekerasan antara Palestina dan Zionis. Namun, upaya ini digagalkan oleh kelompok lobi Zionis di London. Pada tahun 1944, beberapa kelompok bersenjata Zionis menyatakan perang terhadap Inggris karena mencoba membatasi imigrasi Yahudi ke Palestina saat orang Yahudi sedang melarikan diri dari Holocaust.
Kelompok paramiliter Zionis melancarkan serangkaian serangan terhadap Inggris, termasuk pengeboman Hotel King David pada tahun 1946 yang menewaskan 91 orang.
Pada awal tahun 1947, pemerintah Inggris mengumumkan bahwa mereka akan menyerahkan masalah Palestina kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mengakhiri proyek kolonial mereka di sana. Pada tanggal 29 November 1947, PBB mengadopsi Resolusi 181, yang merekomendasikan pembagian Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab.
Saat itu, Yahudi di Palestina merupakan sepertiga dari populasi dan hanya memiliki kurang dari enam persen dari total luas tanah. Di bawah rencana pembagian PBB, mereka diberi 55 persen tanah, termasuk banyak kota utama dengan mayoritas Arab Palestina dan pesisir penting dari Haifa hingga Jaffa. Proposal tersebut membuat negara Arab kehilangan tanah pertanian penting dan pelabuhan laut, yang menyebabkan penolakan dari pihak Palestina.
Setelah Resolusi PBB 181, perang pecah antara Arab Palestina dan kelompok bersenjata Zionis, yang telah mendapat pelatihan dan senjata dari Inggris selama Perang Dunia II. Kelompok paramiliter Zionis melancarkan serangkaian serangan besar-besaran untuk mengusir Palestina dari kota dan desa mereka guna membangun negara Yahudi, yang berujung pada Nakba.
Meski beberapa pemikir Zionis mengklaim tidak ada bukti rencana sistematis untuk pengusiran Palestina demi pembentukan negara Yahudi dan pengusiran mereka adalah hasil tidak disengaja dari perang, keberadaan mayoritas Arab Palestina di wilayah yang diproyeksikan sebagai negara masa depan oleh pemimpin Zionis membuat Nakba menjadi tak terelakkan.
Apakah Nakba Sudah Berakhir?
Meskipun proyek Zionis telah berhasil menciptakan "tanah air Yahudi" pada tahun 1948, proses pembersihan etnis dan pengusiran Palestina tidak pernah berhenti. Selama Perang Arab-Israel 1967, yang dikenal sebagai Naksa, Israel menduduki wilayah Palestina yang tersisa dan terus menguasainya hingga saat ini.
Hari ini, lebih dari tiga juta warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur dihadapkan pada penghancuran rumah, penangkapan sewenang-wenang, dan pembangunan pemukiman Israel. Jalus Gaza juga terkepung oleh Israel.
Dalam kepungan Israel, warga Palestina menjadi minoritas dalam negaranya sendiri. Banyak orang Palestina ditahan dan rumah mereka dihancurkan. Hingga saat ini sekitar 7,98 juta orang Palestina masih menjadi pengungsi dalam negeri yang belum dapat kembali ke rumah mereka.