JATIMTIMES - Naiknya harga beras yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir masih dikeluhkan oleh pedagang di Kota Malang. Pasalnya para pedagang juga tidak dapat berbuat banyak saat menerima keluhan dari pelanggannya masing-masing.
Menyiasati kondisi tersebut, seorang pedagang beras di Pasar Bunulrejo, Supriyono (42), mengaku bahwa sebenarnya ia bergantung pada supply beras SPHP dari Badan Urusan Logistik (Bulog). Namun sayangnya, distribusi beras SPHP ia sebut tak cukup merata.
Baca Juga : Komisi B DPRD Surabaya Minta Ada Penataan UMKM di Wilayah Kenjeran
"Supply beras SPHP ini tidak merata. Hanya ada dua kios di sini (Pasar Bunulrejo) yang mendapat supply rutin. Tapi itu pu ternyata hanya dua hari sudah habis," jelas Supriyono.
Padahal menurutnya, keberadaan beras SPHP cukup menjadi tumpuan di tengah melambungnya harga beras. Baik tumpuan bagi si pedagang agar omzetnya kembali normal maupun bagi pelanggannya.
"Beberapa pelanggan itu tanya beras SPHP. Itu digunakan untuk campuran beras yang standar sama pelanggan. Soalnya penjualan kami kan turun sejak beras naik," terang Supriyono.
Ia menjelaskan, kenaikan harga beras sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Naiknya harga beras itu sedikit mereda pada bulan Oktober 2023 lalu. Menurutnya, hal itu karena saat ini harga beras sudah pada level tertinggi.
"Satu bulan terakhir ini ndak naik lagi. Karena harganya sudah terlalu tinggi. Sekarang ini beras (kualitas) standar Rp 70 ribu sampai Rp 72 ribu per 5 kilogram. Kalau premium Rp 74 ribu sampai Rp 76 ribu," tutur Supriyono.
Kenaikan yang terjadi pun menurutnya terbilang sangat tinggi. Sebab di kondisi normal yakni sekitar dua bulan yang lalu, harga beras berkualitas standar hanya Rp 60 ribu per 5 kilogramnya. Dan untuk beras premium Rp 65 ribu.
"Tinggi sekali, enggak pernah setinggi ini sebelumnya. Di bulan yang sama tahun kemarin cuma Rp 50 ribu," imbuh Supriyono.
Ia pun tak begitu paham apa penyebab harga beras di penghujung tahun 2023 ini melambung begitu tinggi. Bahkan menurutnya, kenaikan harga beras saat ini terbilang kejadian luar biasa.
Baca Juga : Mengungkap Keajaiban Pantai Klayar Pacitan, Surga Tersembunyi di Selatan Jawa Timur
"Biasanya, bulan puasa kan naik, habis lebaran turun, naik lagi kalau akhir tahun itu pun tidak se signifikan pas puasa. Ini kan masih awal bulan," imbuh Supriyono.
Kondisi berbeda dialami oleh pedagang lain di pasar yang sama, Kusnan (65). Wanita paruh baya ini mengaku bahwa pelanggan di kiosnya tak banyak yang mencari beras SPHP. Maka dari itu ia pun tak begitu bergantung pada beras SPHP.
"Kalau yang SPHP saya enggak jual, banyak yang gak suka," ujar Kusnan.
Sementara itu sebelumnya, menyikapi naiknya harga beras di pasaran, Bulog sebenarnya juga telah rutin men-supply beras SPHP di pasar-pasat Kota Malang. Setidaknya, ada sebanyak 17 pasar yang secara rutin mendapat pasokan beras SPHP dari Bulog.
Dimana setiap pasar, setidaknya ada 5 toko yang mendapat supply beras SPHP dari Bulog. Dimana setiap pengiriman, Bulog mengirim sebanyak 500 kg beras SPHP di satu toko.