JATIMTIMES - Penataan Kawasan Kayutangan Heritage masih menjadi salah satu perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Terbaru, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) tengah memberikan perhatian serius pada keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang ada di sepanjang koridor Kayutangan.
Keberadaan PKL liar ini biasanya tampak pada malam hari, dan mulai bermunculan setelah matahari terbenam hingga tengah malam. Para PKL ini banyak yang memanfaatkan area pedestrian yang seharusnya digunakan oleh pejalan kaki.
Baca Juga : Terima Ribuan Mahasiswa IAIN, Mas Dhito: KKN Jangan Hanya Seremonial
Hal itu pun dinilai mengurangi keindahan kota dan juga mengganggu ketertiban umum. Kasie Operasi Satpol PP Kota Malang Anton Viera mengatakan, pihaknya pun telah memasang papan larangan portabel untuk mencegah PKL berjualan di lokasi tersebut.
"Ini insiatif kita, sudah berkoordinasi dengan Lurah Kauman dan RT RW sekitar. Minggu malam terutama itu banyak sekali PKL yang berjualan, dari warga setempat disamping itu juga ada PKL dari luar. Sehingga Minggu malam kita sudah sosialisasi bahwa kawasan Kayutangan dilarang berjualan," ujar Anton, Selasa (4/7/2023).
Berdasarkan pantauan yang ia lakukan selama beberapa waktu terakhir, pihaknya mencatat ada sekitar 40 hingga 50 PKL yang memanfaatkan area pedestrian sebagai tempat berjualan. Mulai berjualan kopi, makanan ringan dan lainnya.
Menurutnya, hal itu juga banyak dikeluhkan masyarakat melalui media sosial. Untuk papan larangan PKL sendiri dipasang di enam titik di sisi kanan jalan dan kiri jalan. Papan larangan itu bersifat portabel dan dipasang setiap sore.
"Papan kita pasang, namun tetap ada anggota di situ. Hasilnya semalam tidak ada lagi yang berjualan di situ. Kita rutinkan sampai ada rapat lagi. Tiap sore ada anggota yang berjaga," tegas Anton.
Baca Juga : 74 Modin Wanita di Kediri Dapat Pembekalan, Pemkot: Bakal Dapat Insentif Bulanan
Anton berharap kawasan Kayutangan Heritage bisa dimanfaatkan sesuai peruntukannya. Sehingga wisatawan dan masyarakat tidak sampai terganggu.
"Untuk masyarakat bisa berkunjung di situ yang penting tetap menjaga kebersihan ketentraman. Konsep awal kan warga berjualan di dalam kampung sehingga menarik wisatawan ke dalam kampung. Kalau di depan, selain karena dilihat estetika kurang bagus, untuk pemberdayaan UMKM juga kurang," pungkas Anton.