JATIMTIMES - Insiden Kanjuruhan yang merenggut nyawa ratusan supporter Arema masih menjadi perhatian dunia hingga hari ini. Bagaimana tidak, peristiwa memilukan itu tak hanya meninggalkan duka, tapi luka yang cukup mendalam bagi seluruh penonton yang kala itu hadir menyaksikan langsung pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya.
Berbagai elemen masyarakat terus bahu membahu untuk mencari keadilan atas insiden tersebut. Masyarakat mengutuk keras dan menuntut agar mengusut tuntas peristiwa nahas itu, dan memberikan keadilan yang sesungguhnya kepada para korban.
Baca Juga : Dadang Minta Maaf: Tidak Ada Maksud Menolak Kehadiran Bonek
Melalui Gerakan Peduli Arema (GPA), berbagai elemen masyarakat di Malang Raya bersatu untuk turut menuntut keadilan atas Tragedi Kanjuruhan. GPA sendiri merupakan gerakan bersama dari berbagai elemen. Yakni Jatimtimes, Lambaga Pendidikan Ma'arif PWNU Jatim, Rumah Sedekah NU, Unisma, RSI Unisma, Fakultas Psikologi UIN Malang, Relawan Anak Bangsa, Unisma Peduli, Malang Peduli Demokrasi, Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi, Rumah Keadilan, RS Lavalette, Progresif Law.
Gerakan ini juga didukung penuh oleh perusahaan besar di Malang Raya seperti Jatim Park Grup, Mall Dinoyo City, NK Cafe, Bandung Sport Malang, Ocean Garden, Pusat Oleh-Oleh Kendedes, Sultan Croffle, Ocean Garden, The Sanata Village, Green Stone, Warung Kasemo, CV Makmur Sejati, Havana Park, Turen Indah Bangunan, Dapur Kota, Meteor Cell, Best Dough Bakery, Madu Kembang Joyo, Klinik Gigi NDC.
Beberapa pondok pesantren dan yayasan pendidikan juga aktif bergabung. Yakni Ponpes Syabilur Rosyad yang diasuh Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar, Ponpes Bahrul Maghfiroh yang diasuh KH Prof Muhammad Bisri, Pesantren Rakyat yang diasuh KH Abdullah Sam, Ponpes Al Huda Wajak asuhan KH Tajoel Arifin, Ponpes Al Kaff Jabung asuhan KH Abdullah Yazid, serta SMK Diponegoro.
Gerakan bersama ini diharapkan menjadi pemicu dan pemberi manfaat kepada masyarakat, utamanya para korban dalam Tragedi Kanjuruhan yang sangat memilukan. Bukan hanya fokus memberi bantuan dan pendampingan jangka pendek, GPA berkomitmen untuk mengawal insiden Kanjuruhan hingga tuntas dan berkelanjutan.
Inisiator Rumah Sedekah NU sekaligus Pelindung GPA, KH Noor Shodiq Askandar mengungkapkan, gerakan ini merupakan wujud manfaat antar sesama yang digerakkan oleh berbagai elemen masyarakat di Malang Raya. Bermula dari diskusi lantaran rasa prihatin yang terjadi dalam peristiwa Kanjuruhan, maka GPA pun diputuskan bergerak secara musyawarah.
Gerakan ini tidak hanya fokus memberikan bantuan ataupun pendampingan dalam jangka pendek saja, melainkan juga fokus untuk memastikan masa depan para korban dan keluarga korban. Karena bantuan yang diberikan untuk saat ini, tentu harus bisa dimanfaatkan untuk keberkahan di masa yang akan datang.
"Yang menjadi perhatian saat ini sebagaimana diskusi yang sudah dilakukan adalah bagaimana kelanjutan pendidikan korban dan keluarga korban, ekonomi kedepannya, hingga faktor kesehatannya secara berkelanjutan," kata Gus Sodiq saat membuka diskusi kedua GPA yang dilaksanakan di KenDEDES Pusat Oleh-oleh Kota Batu, Kamis (6/10/2022) malam.
Dalam gerakan ini, seluruh unsur masyarakat mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, hukum, hingga sosial-ekonomi dilibatkan. Dengan harapan bisa memberikan manfaat secara berkelanjutan. Diantaranya seperti memberikan pendidikan gratis atau beasiswa bagi korban atau keluarga korban yang tidak mampu, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Karena berbagai pondok pesantren, lembaga pendidikan Ma'arif, hingga perguruan tinggi yang ada di Malang Raya terlibat dalam pergerakan ini.
Kemudian GPA juga akan memastikan kesehatan dan pemulihannya baik fisik atau psikis korban hingga sembuh total, hingga jaminan pekerjaan dan ekonomi melalui lowongan pekerjaan yang diberikan berbagai perusahaan besar di Malang Raya.
"Semua yang tergabung sudah sepakat memberikan pendidikan gratis, mengawal kesehatan korban, dan memberikan lowongan pekerjaan bagi korban atau keluarga korban yang membutuhkan," tegas Gus Sodiq.
Gerakan nyata itu pun sudah mulai berjalan sejak awal pekan ini. Di mana relawan yang tergabung yaitu Relawan Anak Bangsa telah melakukan pendataan secara terinci untuk mengidentifikasi para korban hingga ke tingkat desa. Melalui pendataan awal itu, maka akan dilakukan upaya jemput bola untuk memastikan kondisi dari korban atau keluarga korban.
"Seluruh tim pergerakannya sangat luar biasa, melakukan pendataan secara massif, kemudian melakukan pendampingan utamanya trauma healing kepada korban yang menyaksikan kerusuhan," terang Gus Sodiq.
Lebih jauh Gus Sodiq berpesan agar dalam gerakan ini seluruh elemen yang tergabung memastikan niat utamanya untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Terlebih, insiden ini sudah pasti tidak akan pernah dilupakan oleh para korban yang saat ini tentunya membutuhkan pendampingan psikis.
"Banyak anak-anak di stadion yang trauma atas insiden ini dan harus mendapatkan pendampingan. Terutama relawan juga yang berhubungan dengan korban yang pasti mengalami gangguan secara psikis yang harus mendapat perhatian serius," tegasnya.
Ketua GPA sekaligus Dosen Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang, Yusuf Ratu Agung menambahkan, dalam pertemuan kedua ini akan dipastikan langkah-langkah nyata dalam pergerakan jangka panjang. Karena penanganan jangka pendek saat ini telah banyak dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat.
"Rata-rata penanganan musibah atau tragedi berhenti setelah dua bulan, maka kita sesuai kesepakatan dalam pertemuan pertama adalah fokus untuk bergerak dalam jangka panjang," jelasnya.
Dalam diskusi tersebut, menurutnya ada enam poin penting yang menjadi perhatian. Pertama adalah Wadah Penyintas. Dalam jangka menengah dan panjang, wadah penyitas yang berasal dari korban akan menjadi modal yang kuat untuk survive dan resilien bagi para saudara yang terdampak, sekaligus menjadi monumen untuk peningkatan kesadaran dan kebangkitan empati.
"Dalam hal tertentu juga akan mendorong bagi tercapainya 'keadilan' atas musibah ini. sebelum banyak yang mendaklarasikan perwakilan korban, mari kita dorong para korban untuk membentuk lembaga ini, agar korban tidak disalahgunakan," terangnya.
Kemudian poin kedua adalah Pantauan Progres Recovery. Karena bencana yang membawa korban selalu menyedihkan, namun kesedihan berlipat saat bencana ini terjadi karena sesama. Proses tanggap darurat selalu berbatas waktu karena keterbatasan resources, sedangkan kehilangan dan kesedihan berimplikasi selamanya. Jangka menengah dan panjang merupakan kelanjutan pendampingan dan penanganan pasca masa tanggap darurat.
"Selain data yang andal kita membutuhkan aplikasi pantauan agar bantuan tidak terkumpul di satu tempat dan satu kebutuhan, namun bisa tersebar ke penerima benefit lebih luas dan tepat," jelasnya.
Kemudian poin ketiga adalah Kontribusi Donatur. Dia menjelaskan, kelebihan komunitas ini adalah variasi komunitas yang bergabung, sehingga resources kita bervariasi, kesanggupan pesantren dan sekolah bisa menyelesaikan PR edukasi formal-inforlmal yang bersatus siswa. beberapa lembaga usaha sudah membuka diri untuk menyediakan tempat bekerja, rumah sedekah bersiap memberikan stimulus untuk menghidupkan kembali perekonomian keluarga terdampak.
"Namun penentuan saat, jumlah, frekuensi dan penerima yang tepat perlu ditata agar sejatera itu bisa adil," terangnya.
Selanjutnya poin keempat adalah Rilis Jumlah Korban Riil. Jumlah korban riil segera divalidasi sebelum menimbulkan ekses jangka panjang berupa rasa diperlakukan tidak adil. "Ketidakadilan" dalam respon tanggap bencana memang terkadang tidak bisa dihindari, hal ini disebabkan donasi sebagai respon yang reaktif. Posko-posko yang tidak terkoordinir.
"Teman-teman di RAB dengan srikandi Mbak Yuyun sedang berjuang mengumpulkan dan menvalidasi data ini," urai Agung.
Selanjutnya pada poin kelima adalah Advokasi Makro yang terdiri dari mekanisme penyelenggaran yang lebih baik, pengamanan yang demokratis, hingga pendidikan supporter. Selanjutnya pada poin keenam adalah Siraman Rohani sebagai upaya mendinginkan semuanya.
"Di luar 6 topik tersebut, sedikit saya ingin menyampaikan dari 42 ribu manusia yang ada di Kanjuruhan, 500 orang lebih meninggal dan luka-luka yang membawa kedukaan mendalam," jelasnya.
Selebihnya, sebanyak 41.500 orang selamat tapi dengan luka psikologi yang berat. Karena mereka menyaksikan, melakukan dan mengalami kekerasan. "Kita juga harus memberikan perhatian. ujaran kebencian, distrust pada aparat segera kita solusikan agar kita tidak menjadi masyarakat yang berhati 'keras' dan anarkis. kita harus mendorong lebih keras lagi agar pemerintah mengusut, menuntut meminta maaf dan menuntut perbaikan, agar kejadian ini tidak terulang kembali," pungkasnya.
Sementara itu, dalam diskusi dan koordinasi yang dilaksanakan pada Kamis (6/10/2022) malam juga turut dihadiri berbagai perwakilan GPA. Diantaranya Inisiator Rumah Sedekah NU sekaligus Pelindung GPA KH Noor Shodiq Askandar, Ketua GPA sekaligus Dosen Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang Yusuf Ratu Agung, Direktur RSI UNISMA dr H Tri Wahyu Sarwiyata, Direktur JatimTIMES Lazuardi Firdaus, Direktur Jatim Park Group Rio Imam Sendjoyo, Ketua Relawan Anak Bangsa Yuning Kartikasari, hingga berbagai unsur pengusaha dan perwakilan lembaga pendidikan Ma'arif di Malang Raya.