JATIMTIMES - Di tengah guyuran hujan yang melanda wilayah Malang Raya, digelar aksi solidaritas dan doa bersama untuk para korban dalam Tragedi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu yang dilaksanakan di depan Alun-alun Tugu Balaikota Malang, Kamis (6/10/2022) malam.
Ratusan orang pun berkumpul, tak terkecuali Wali Kota Malang Sutiaji, deretan ulama, Pemain Arema dan para Aremania memadati jalan lingkar Alun-alun Tugu Balaikota Malang. Meski diguyur hujan, lantunan doa tetap berjalan dengan khidmat.
Wali Kota Malang Sutiaji menyampaikan bahwa kegiatan doa bersama ini merupakan wujud kepedulian dan solidaritas untuk para supporter Aremania dan seluruh masyarakat yang menjadi korban dalam Tragedi di Stadion Kanjuruhan.
"Rasa duka mendalam untuk saudara-saudara kita yang saat ini lagi berduka. Yang pada 1 Oktober dipanggil Yang Maha Kuasa dalam hitungan menit. 129 nyawa itu tidak sedikit untuk sebuah bola, yang mana ini tidak ada kerusuhan. Tidak geger antar supporter. Yang perlu kami sampaikan ini adalah sebuah musibah," ujar Sutiaji, Kamis (6/10/2022) malam.
Orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang ini mengungkapkan, Tragedi di Stadion Kanjuruhan yang telah menewaskan ratusan supporter Arema telah melukai hati para Aremania dan citra Kota Malang sebagai kota toleran.
Terlebih lagi menurutnya, sepak bola sudah menjadi sebuah identitas dan entitas bagi warga Malang Raya khususnya Kota Malang. Pasalnya olahraga rakyat ini telah digandrungi oleh seluruh masyarakat Kota Malang.
Pihaknya juga secara tegas menyampaikan bahwa Kota Malang dan seluruh Aremania menjunjung tinggi semangat cinta damai.
"Saya tidak ikhlas manakala Malang diciderai, seakan-akan Malang membuat kekacauan, membawa citra menjadi tempat kerusuhan sepak bola. Karena gelora kedamaian bola sudah disuarakan dari Malang. Kita tahu semua, bahwa sahabat-sahabat kita, Aremania semua cinta kedamaian," tegas Sutiaji.
Usai menggelar doa bersama, seluruh masyarakat dan Aremania yang hadir berkumpul menyalakan lilin dan meletakkannya di halaman Balaikota Malang sebagai ungkapan duka cita mendalam atas Tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa maupun luka-luka.
Menurutnya, dengan membawa lilin tersebut merupakan simbol dari semangat dan perjuangan tidak akan pernah usai. Semangat Aremania dan masyarakat Kota Malang akan terus menggelora.
Baca Juga : Kabar Duka, Bos Indomaret Meninggal Dunia Ditabrak Truk Saat Bersepeda dengan Sang Istri
"Gelora sportifitas dan gelora kedamaian. Lilin ini menjadi ibarat doa. Untuk itu mari kita doakan mudah-mudahan saudara kita diberi kekuatan. Yang telah wafat, semoga lilin ini ibarat menjadi penerang mereka di alam barzah," tutur Sutiaji.
Sementara itu, Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana yang hadir dalam aksi solidaritas dan doa bersama itu menyampaikan, permohonan maaf atas tragedi di Stadion Kanjuruhan.
"Kami semua berduka, Indonesia berduka, Malang berduka, Arema berduka, semua berduka di sini. Semua terluka. Tragedi ini luar biasa, membuat kami terpukul, kami manajemen Arema mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya, kepada keluarga korban, kepada masyarakat Indonesia atas kejadian pada 1 Oktober kemarin, semoga ini menjadi insiden terakhir," ucap Gilang.
Sosok pengusaha muda ini juga menuturkan, bahwa Tragedi di Stadion Kanjuruhan merupakan pelajaran berharga yang harapannya ke depan tidak akan pernah terulang lagi di Indonesia maupun di seluruh dunia.
"Tidak ada lagi nyawa manusia yang hilang di lapangan sepak bola, nyawa satu manusia itu lebih berharga dari apapun. Semoga ini menjadikan pukulan telak bagi kita semua, introspeksi untuk kita bisa lebih baik lagi dan tentunya tidak ada lagi kejadian seperti ini," tandas Gilang.
Sebagai informasi, dalam aksi solidaritas dan doa bersama tersebut turut hadir Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko, Sekretaris Daerah Kota Malang Erik Setyo Santoso, Rais Syuriah PCNU Kota Malang KH Chamzawi Syakur, Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Malang KH Isroqunnajah, para pemain dan official Arema FC, serta tentunya para Aremania.