BLITARTIMES - Kasus Covid-19 kembali menggila di Kota Blitar. Meningkatnya kasus turut mempengaruhi ketersediaan tempat tidur. Dilaporkan tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) untuk pasien Covid-19 di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar terus meningkat. Kondisi terkini tempat tidur isolasi yang terisi mencapai 90 persen atau hanya tersisa 10 persen lagi.
Dikatakan Direktur RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar, dr Ramiadji, tempat tidur di ruang isolasi ada 84, saat ini sudah terisi 74. Sementara di ruang ICU ada 12 tempat tidur terdiri dari 6 tempat tidur untuk pasien non Covid dan 6 tempat tidur ICU ventilator untuk pasien Covid.
Baca Juga : Masuk Zona Merah dan Jadi Klaster, UIN KHAS Ngeyel Gelar Wisuda Offline
"Kalau keterisian variabel. Dua hari lalu sampai 100 persen terisi penuh. Kemudian hari berikutnya sisa dua tempat tidur ICU non ventilator. Untuk ICU ventilator tidak pernah kosong, terisi terus," kata dr Ramiadji.
Dia menambahkan, untuk mengoptimalkan pelayanan pihaknya sudah mendapat imbauan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur untuk menambah ruang isolasi. Utamanya untuk ruang ICU bagi pasien Covid-19. Karena saat ini pasien yang datang ke RSUD plat merah itu adalah pasien dengan kondisi berat sampai kritis.
“Yang datang ke rumah sakit adalah pasien dengan kategori berat dan kritis. Problemnya saat ini adalah ruang ICU yang penuh. Jadi kita akan menambah ruang ICU dari isolasi biasa ke isolasi ICU,” terangnya.
Saat ini untuk memaksimalkan pelayanan dan sebagai antisipasi membeludaknya pasien Covid-19, RSUD Mardi Waluyo telah membuka satu ruangan lagi bagi pasien terkonfirmasi positif maupu pasien suspek. Rumah sakit plat merah ini memanfaatkan bekas kamar operasi untuk menerima pasien. Kapasitas ruangan ini mencapai 24 tempat tidur.
“Kasus Covid-19 dari hari ke hari angkanya terus menunjukkan tren kenaikan. Kita siasati membeludaknya pasien ini dengan membuka ruangan baru. Ruangan baru ini kita buka sejak Minggu 27 Juni kemarin. Sehari dibuka malamnya full bahkan sempat ada 12 antrean pasien," paparnya.
Baca Juga : Kota Malang Persiapkan Vaksinasi Covid-19 Usia 12-17 Tahun
Lebih dalam dr Ramiadji menyampaikan, perlakuan kepada pasien Covid-19 memang berbeda. Utamanya dalam menata ruangan dan tenaga.
“Untuk penanganan pasien Covid-19 tidak bisa sembarangan. Harus dipisah antara yang suspek dan konfirm. Juga harus dipisah antara yang laki-laki dan perempuan. Menata ruang isolasi harus benar-benar spesifik agar tidak terjadi penularan," pungkasnya.