Sepenggal Kisah Karyawan Online BLK: Hubungan Pertemanan hingga Keluarga Renggang, Rugi Puluhan Juta Rupiah
Reporter
Ashaq Lupito
Editor
Dede Nana
08 - Sep - 2024, 01:23
JATIMTIMES - Kabupaten Malang menjadi salah satu basis sasaran BLK untuk merekrut para pekerja online. Sedikitnya ada lebih dari 1000 karyawan online yang sempat bekerja di perusahaan yang mengaku berasal dari Colorado, negara bagian Amerika Serikat tersebut. Salah satunya adalah MS warga Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.
Kepada JatimTIMES, MS mengaku telah mengalami kerugian materiil yang ditaksir mencapai Rp 30 juta. Tak hanya itu, berkat jebakan BLK, hubungan MS beserta istri dan keluarganya kini menjadi renggang. Bahkan, MS juga mengaku tak enak hati dengan enam orang temannya yang akhirnya mengikuti jejaknya menjadi karyawan online BLK.
Baca Juga : Berjalan Sukses, Ekspo Perguruan Tinggi SMA Kosayu Dikunjungi Ribuan Pengunjung
Kronologi ceritanya bermula pada awal Juni 2024 lalu. Dari penuturan sejumlah karyawan online BLK yang juga menjadi korban, MS disebut-sebut dalam tanda kutip merupakan korban paling "senior" ketimbang karyawan online BLK lainnya. Sebab, MS sempat mengikuti sosialisasi rekrutmen BLK sebanyak dua kali.
"Awalnya, saya dan beberapa orang lainnya dikenalkan sama teman bahwa ini adalah bisnis online. BLK itu bisnis online yang bergerak di bidang advertising novel online," ujarnya kepada JatimTIMES saat ditemui Sabtu (7/9/2024).
Ketika awal Juni 2024 itulah, MS dikabarkan pada akhirnya diarahkan untuk mengikuti sosialisasi rekrutmen BLK. Agenda tersebut berlangsung di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.
"Menurut cerita, BLK basis-nya itu di luar negeri, Colorado. Namun, katanya ada kantor cabang di daerah Surabaya," imbuhnya.
Sekedar informasi, pernyataan MS tersebut juga telah ditelusuri JatimTIMES. Hasilnya, sejumlah sumber di jejak digital memang menyebut BLK Indonesia berkantor di Surabaya. Namun sayangnya, tidak ada kejelasan alamatnya secara pasti.
Lanjut, saat MS dan sejumlah calon karyawan BLK lainnya mengikuti sosialisasi rekrutmen. Momen itulah yang menjadi kali pertama MS dan para calon korban lainnya mulai di "brainwash". Mereka diberikan "angin surga" seolah-olah bisa kaya raya hanya dengan menjentikkan jemari di layar smartphone.
"Di BLK ini kami lebih ditekankan untuk bekerja, mengerjakan tugas yang telah diberikan," tutur MS.
Sebelum bekerja, selayaknya karyawan, para korban diminta untuk dalam tanda kutip mendaftar ke BLK...