JATIMTIMES - Pemerintah tengah melakukan banyak persiapan terkait penerapan Instruksi Presiden (Inpres) nomor 1 tahun 2025. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (pemda) yang harus melakukan banyak penyesuaian terkait efisiensi anggaran yang tertuang dalam Inpres tersebut.
Namun ternyata, tak hanya pemerintah yang tengah sibuk dengan hal tersebut. Efisiensi yang diiinstruksikan melalui inpres tersebut, dikhawatirkan akan memunculkan efek domino pada industri perhotelan. Hal itu disampaikan oleh Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Agoes Basoeki.
Baca Juga : BPBD Kota Malang Siap Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem
Pasalnya, seperti yang diketahui, beberapa kegiatan pemerintahan juga banyak yang memanfaatkan jasa perhotelan. Dirinya pun berharap agar pemeritah bisa meninjau ulang kebijakan efisiensi anggaran tersebut.
Menurutnya, beberapa kegiatan yang memiliki dampak luas terhadap perekonomian, seperti meeting, conference, dan exhibition (MiCE), sebaiknya tetap diperbolehkan di hotel. Namun, melalui Inpres itu, salah satu kegiatan yang diwarning untuk dilakukan efisiensi adalah kegiatan berbentuk seremonial.
"Kami sepakat bahwa pembatasan anggaran untuk kegiatan yang kurang penting memang perlu dilakukan. Namun, kami berharap PHRI melalui BPP PHRI Pusat telah berupaya menyampaikan kepada Pemerintah agar Kebijakan sebagaimana Inpres 1/2025 dilakukan peninjauan kembali," ujarnya.
Menurutnya, jika pembatasan anggaran benar-benar diterapkan secara ketat, hotel-hotel dengan fasilitas konvensi di Kota Malang bisa terdampak signifikan. Meskipun sampai saat ini, dampak tersebut masih hanya sebatas kekhawatiran semata.
"Hotel-hotel yang mengandalkan MiCE tentu akan terkena dampaknya, tetapi sejauh ini belum ada penurunan signifikan dalam tingkat keterisian kamar," katanya.
Baca Juga : Rahasia Abimanyu Coffee: Kemurnian Rasa Kopi Lokal di Era New Normal
Tak hanya dari sisi pemerintah, ia juga mendorong agar pelaku industri perhotelan bisa merancang berbagai strategi kreatif. Tujuannya agar tidak hanya bergantung pada kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah saja.
Meskipun tidak memiliki data pasti mengenai persentase keterisian hotel dari kegiatan MiCE, Agoes menyebut bahwa ada beberapa hotel di Kota Malang yang selama ini mengandalkan segmen tersebut. Diantaranya, Hotel Grand Mercure, Savana, Ijen Suites dan Aria Gajayana.
"Kami berharap pemerintah dapat mempertimbangkan dampak lebih luas terhadap sektor ekonomi sebelum menerapkan kebijakan tersebut secara menyeluruh," pungkasnya.