JATIMTIMES - Dalam sebuah kajian (mutholaah), Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang, KH. Achmad Shampton, M.Ag atau yang lebih dikenal sebagai Gus Shampton, mengungkapkan pandangan menarik yang bersumber dari perkataan Imam Sahl Ibn Abdullah at-Tusturi. Perkataan tersebut juga dikutip oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin:
أبو بكر الجوزي قال: سمعت سهل بن عبد الله يقول: ليس كل من عمل بطاعة الله صار حبيب الله، ولكن من اجتنب ما نهى الله عنه صار حبيب الله ولا يجتنب الآثام إلا صديق مقرب وأما أعمال البر فيعملها البر والفاجر.
Imam Sahl berkata, “Tidak setiap orang yang taat ibadah bisa menjadi kekasih Allah, tetapi orang yang mau menjauhi larangan Allah-lah yang bisa menjadi kekasih Allah. Tidak bisa menjauhi dosa kecuali orang yang jujur dan muqarrab (ahli mendekat pada Allah), sementara kebaikan bisa dilakukan oleh orang baik maupun penjahat.”
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Huda Mergosono tersebut, penjelasan ayat di atas sangat menarik untuk didalami. “Banyak sekali orang yang menjadikan ibadah sebagai kedok atas kesalahan atau kekeliruan yang ia lakukan. Koruptor berparas orang yang saleh, sudah pernah haji berulang kali, atau setiap momen menyantuni banyak orang,” ungkapnya.
Hanya saja, pernyataan Imam Sahl ini, menurut Gus Shampton, meneguhkan bahwa dalam Islam tidak dikenal money laundry atau menutupi kemungkaran dengan topeng kesalehan.
Baca Juga : Danmenarmed 2 Kostrad Terima Piagam Penghargaan Satker Peraih WBK dalam Rapim TNI 2025
"Alasannya sangat rasional, kebaikan bisa saja dilakukan oleh orang baik maupun penjahat, tetapi menjauhi keburukan, mental korup, mental pecundang, menolak gratifikasi, menolak memfitnah, dan kemungkaran lainnya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang pilihan Allah, yaitu para muqarrabin, orang yang punya komitmen dzahir dan batin untuk berupaya dekat pada Allah.” jelas putra KH. Achmad Masduqi Mahfudz, Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur tahun 2002–2007.
Lebih lanjut, Gus Shampton mengingatkan bahwa banyak orang yang sudah disebut ustaz, kiai, atau bahkan dianggap mulia karena statusnya sebagai pejabat, tetapi hatinya jauh dari sebutannya tersebut. “Di balik itu, dia berbuat kemungkaran dan kecurangan,” katanya.
Hal ini sejalan dengan peringatan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari:
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ
Artinya: "Akan keluar manusia dari arah timur dan membaca Al-Qur’an, namun tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari agama sebagaimana halnya anak panah yang melesat dari busurnya. Mereka tidak akan kembali kepadanya hingga anak panah kembali ke busurnya.” (HR. Bukhari)
Putra pasangan KH. Masduqi Mahfudz dan Nyai Chasinah ini menjelaskan bahwa pernyataan Rasulullah tersebut adalah kritik bagi umat yang lebih mengutamakan simbol dibandingkan substansi. “Ia menghafal Quran, mengajarkan Quran, tetapi perilakunya jauh dari akhlak Quran. Penuh kedengkian dan kebencian pada sesama,” jelas menantu KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) dari Rembang
Gus Shampton pun menegaskan bahwa ASN Kemenag harus menjadi yang terdepan dalam mengedukasi masyarakat tentang urgensi memahami substansi agama.
Baca Juga : Komplotan Curanmor Nekat Beraksi di Seputaran Rumah Bupati Malang, Sasar N-MAX Karyawan Turen Indah Bangunan
“Karena institusi kita bermerk Kementerian Agama, maka kita harus terdepan dalam memberikan pemahaman, bukan malah menjadikan merek Kementerian Agama ini sebagai kedok untuk berlaku culas dan jauh dari integritas,” tegasnya.
Di akhir, Gus Shampton menutup dengan seruan dan pesan semangat, “Salam integritas!”.