JATIMTIMES - Salat merupakan ibadah yang istimewa dalam Islam. Ia menjadi tiang agama dan satu-satunya ibadah yang perintahnya diterima langsung oleh Nabi Muhammad SAW tanpa perantara.
Salat juga menjadi amalan pertama yang akan dihisab oleh Allah SWT di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda, apabila salat seorang hamba diterima, maka seluruh amalannya akan diterima pula. Namun, jika salatnya ditolak, maka seluruh amalannya akan sia-sia.
Baca Juga : 5 Obat Alami yang Efektif untuk Menurunkan Berat Badan
Berikut tiga golongan yang salatnya tidak diterima oleh Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Misykat Al-Mashabih no. 1128.
“Ada tiga kelompok yang salatnya tidak diangkat walau sejengkal pun di atas kepalanya: (1) orang yang mengimami suatu kaum namun mereka membencinya, (2) istri yang tidur sementara suaminya marah kepadanya, (3) dua saudara yang saling mendiamkan.”
Golongan yang pertama adalah imam yang dibenci oleh kaumnya. Artinya, seorang yang menjadi imam salat namun tidak disukai oleh jamaahnya. Ketidaksukaan ini haruslah didasarkan pada alasan syar’i, seperti imam tersebut fasik, jahil, atau melakukan bid’ah, bukan karena hal-hal remeh seperti membaca ayat terlalu panjang.
Selain imam salat, istilah imam juga merujuk pada pemimpin masyarakat, seperti kepala negara, gubernur, hingga pejabat lokal. Jika seorang pemimpin dibenci oleh rakyatnya karena ketidakadilan atau pengkhianatannya terhadap amanah, maka salatnya tidak diterima. Sebagian ulama juga berpendapat bahwa pemimpin di lingkungan kecil, seperti ketua RT atau RW, termasuk dalam kategori ini.
Golongan kedua, istri yang tidur saat suaminya marah. Seorang istri yang membiarkan suaminya marah hingga ia tidur tanpa menyelesaikan masalah juga tergolong dalam golongan ini. Salat istri tersebut akan sia-sia hingga ia meminta maaf dan meredakan kemarahan suaminya.
Sebaliknya, para ulama, termasuk Imam Al-Muzhir, menyatakan bahwa hal ini juga berlaku bagi suami yang lalai terhadap kewajibannya, seperti memberikan nafkah, perhatian, atau pendidikan kepada istri. Maka dari itu, penting bagi pasangan suami istri untuk saling memahami dan menjalankan peran mereka sesuai ajaran Islam.
Golongan ketiga, dua saudara yang saling mendiamkan. Maksudnya adalah dua saudara, baik saudara kandung maupun saudara seiman, yang saling mendiamkan atau memutuskan hubungan. Sebuah hadis telah menegaskan hal ini. Dalam hadis riwayat Bukhari fan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
Baca Juga : 5 Ramuan Tradisional Efektif untuk Mengatasi Batuk Alergi dengan Mudah
“Tidak halal bagi seorang Muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari. Mereka bertemu, namun yang satu berpaling dan yang lainnya juga berpaling. Yang terbaik di antara keduanya adalah yang memulai memberi salam.”
Amalan salat dari orang-orang yang memutus hubungan persaudaraan tidak akan diterima, bahkan mereka tidak akan masuk surga. Rasulullah SAW juga bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahmi.”
(Muttafaqun 'Alaih)
Pintu-pintu surga dibuka setiap Senin dan Kamis, namun Allah menunda ampunan bagi mereka yang bermusuhan hingga keduanya berdamai. Hadis riwayat Muslim mengeraskan hal ini:
“Setiap Senin dan Kamis, pintu-pintu surga dibuka, dan Allah mengampuni hamba yang tidak menyekutukan-Nya, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan kepada malaikat, ‘Tangguhkan keduanya hingga berdamai'."
