JATIMTIMES - Sebuah kisah menarik tentang Ibnu Sina, ketika mengobati seorang pangeran Kerajaan Buwaihuyah di Iran. Pangeran yang bernama Abu Thalib Rustam ini menderita sebuah penyakit aneh, dimana ia merasa dirinya adalah seekor sapi.
Bahkan, Abu Thalib Rustam juga berperilaku seperti seekor sapi. Tak jarang ia melenguh seperti sapi dan berjalan juga seperti seekor sapi. Namun yang lebih mengkhawatirkan, Abu Thalib Rustam meminta untuk segera disembelih dan hal ini dimintanya berkali-kali.
Baca Juga : Keruntuhan Kesultanan Pajang: Wafatnya Joko Tingkir, Perjuangan Pangeran Benowo dan Penyatuan dengan Mataram
Kedua orang tua Abu Thalib Rustam, yakni Raja Fakhr al-Dawla dan Ratu Sayyida Shirin sangat merasa khawatir akan perilaku sang anak. Keduanya sangat sedih melihat kondisi sang anak yang menganggap dirinya seekor sapi. Untuk menyembuhkan sang anak, keduanya telah banyak mendatangkan tabib atau dokter untuk mengobati.
Namun hasilnya nihil, tabib atau dokter yang telah dipanggil tak ada satupun yang berhasil menyembuhkannya atau menyadarkan Abu Thalib Rustam bahwa dirinya seorang manusia. Dan ketika permintaan untuk segera menyembelih tak kunjung dituruti, Abu Thalib Rustam mogok makan dan tetap berperilaku seperti seolah menjadi sapi.
Kedua orang tua Abu Thalib Rustam sempat putus asa. Hingga kemudianz terdapat seorang sahabatnya bernama Husamuddin Abu Ja’far mendatangi Istana. Gubernur Isfahan itu mengabarkan, ada seorang dokter muda dan hebat yang bisa mengatasi persoalan ini.
Dokter yang dimaksud adalah Ibnu Sina. Mendengar gak tersebut, Raja begitu gembira. Ia memerintahkan untuk segera mendatangkan Ibnu Sina. Namun, Hasamudin sempat mengatakan, bahwa Ibnu Sina mau menolongnya asalkan tidak ada seorangpun yang menghalanginya saat melakukan tindakan pengobatan.
Raja kemudian menyanggupi persyaratan tersebut. Setelah itu, datanglah Ibnu Sina di kerajaan. Dihadapan Abu Thalib Rustam, Ibnu Sina memperkenalkan diri sebagai jagal yang akan menyembelihnya. Abu Thalib Rustam yang mendengar itu begitu gembira.
Ibnu Sina kemudian memerintahkan beberapa orang disekitarnya untuk mengikat Abu Thalib Rustam dan disambutnya dengan pasrah. Suasana penyembelihan semakin kental, dimana dilakukan di lapangan istana dan telah tersedia lubang penampungan darah. Saat itu, Abu Thalib Rustam juga dalam posisi terbaring di atas tanah dengan tangan dan kaki yang terikat. Sementara Ibnu Sina juga terlihat membawa pisau tajam.
Baca Juga : Dukung Pelestarian Budaya Kampoeng Heritage Kayutangan, Dosen UB Ciptakan Aplikasi ARchive
Ibnu Sina kemudian mendekatkan pisau itu ke arah leher Rustam. Hal ini juga tak membuat Rustam takut. Tiba-tiba Ibnu Sina mundur dan tidak jadi menyembelih Rustam. Ia kemudian berkata, "Sapi ini sangat kurus. Tidak ada gunanya menyembelih hewan yang dagingnya sedikit begini".
Setelah itu, Rustam yang masih meras seekor sapi nampak kebingungan. Ibnu Sina kemudian berkata lagi, "Bagaimana kalau sapi makan yang banyak terlebih dahulu? Kalau sudah gemuk, sapi bisa disembelih!".
Abu Thalib Rustam kemudian setuju dan menganggukkan kepalanya. Setelah itu, dibukanya tali yang mengikat tangan dan kaki Rustam. Setelah itu, Rustam diminta untuk duduk dan Ibnu Sina memanggil para pelayan. Kemudian datanglah berbagai macam makanan dan minuman yang dibawa para pelayan untuk Rustam.
Dan tanpa diketahui Rustam, bahwa makanan yang disajikan itu telah dicampur dengan obat ramuan dari Ibnu Sina. Berjalannya waktu, tubuh Rustam kembali berisi dan tak lagi kurus. Ibnu Sina saat itu juga terus memberikan pendampingan kepada Abu Thalib Rustam. Hingga kemudian Abu Thalib Rustam sembuh kembali normal dan tidak lagi menganggap dirinya sapi.