free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pemerintahan

Pjs Bupati Blitar: Sukarni, Warisan Semangat Perjuangan untuk Pemuda Indonesia

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Yunan Helmy

11 - Nov - 2024, 10:14

Placeholder
Pjs Bupati Blitar Dr Ir Jumadi MMT menghadiri zikir dan doa bersama di rumah Sukarni di Desa Sumberdiren, untuk memperingati Hari Pahlawan. (Foto: Pemkab Blitar)

JATIMTIMES - Di tengah deretan bangunan sederhana di Desa Sumberdiren, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, rumah Sukarni Kartodiwirjo berdiri menjadi saksi sejarah. Pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2024, suasana syahdu menyelimuti kediaman sang pahlawan itu.

Zikir dan doa bersama digelar untuk mengenang perjuangan pria yang tidak hanya menjadi simbol pemberontakan, tetapi juga penggerak kemerdekaan Indonesia. 

Baca Juga : Calon Bupati Malang Sanusi Berencana Bangun Masjid Agung, Turut Jadi Sarana Dongkrak Potensi UMKM

Sosok Sukarni Kartodiwirjo bagi masyarakat Blitar bukanlah nama asing. Semangat patriotisme yang membara telah mendorongnya menjadi salah satu pahlawan revolusioner bangsa. Lahir di desa kecil ini, Sukarni dikenal sebagai pribadi penuh semangat yang selalu menentang penjajahan Belanda, bahkan sejak remaja. Kisah heroik pemuda yang tumbuh di lingkungan keluarga berada ini, membuatnya memilih jalan perlawanan dan mengabdikan hidupnya demi Indonesia merdeka. 

Pjs Bupati Blitar Dr IrNJumadi M MT dalam sambutannya pada acara zikir dan doa bersama di rumah Sukarni mengungkapkan rasa kagum dan bangga terhadap sosok yang penuh dedikasi ini. “Sukarni adalah contoh nyata bagaimana pemuda dapat memberikan pengaruh besar dalam memperjuangkan kemerdekaan. Semangatnya adalah inspirasi bagi generasi muda saat ini untuk menjaga dan menghargai kemerdekaan,” ujar Jumadi. 

Rumah Sukarni di Desa Sumberdiren kini menjadi saksi bisu yang menyimpan jejak masa lalunya. Ia merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara dalam keluarga yang tidak kekurangan secara ekonomi. Ayahnya, Dimoen Kartodiwirjo, adalah seorang pedagang daging sukses di Pasar Garum. 

Namun, kemakmuran tak membuat Sukarni lalai. Orang tuanya menanamkan makna nama Sukarni – “Su” berarti lebih, dan “Karni” berarti perhatian – sebagai doa agar ia lebih memperhatikan nasib bangsa yang saat itu masih tertindas. Kecintaannya kepada bangsa semakin dalam ketika Sukarni muda masuk organisasi Indonesia Muda. Dia menjadi anggota pada usia 14 tahun, yang kala itu merupakan langkah berani di masa kolonial. 

Sifatnya yang tak kenal takut pun dikenal luas. Salah satunya melalui cerita tawurannya dengan anak-anak Belanda di Blitar, yang ia lakukan demi menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tak takut melawan penjajah. 

Sejak saat itu, Sukarni mulai berinteraksi dengan tokoh-tokoh besar, termasuk Soekarno, yang kemudian memperdalam semangat juangnya. Karier pergerakan Sukarni terus bersinar.

Pada tahun 1934, ia terpilih sebagai ketua Pengurus Besar Indonesia Muda. Hal ini membuat pemerintah Belanda waspada, hingga akhirnya menangkapnya. Penahanan demi penahanan yang dialaminya tak membuat gentar, justru membakar semangat Sukarni. 

Setelah masa pendudukan Jepang, ia dikenal sebagai pemuda revolusioner yang terlibat dalam proses proklamasi kemerdekaan, termasuk penculikan Soekarno-Hatta yang bertujuan mempercepat kemerdekaan. Tepat sehari setelah proklamasi, 18 Agustus 1945, Sukarni memimpin Komite Van Aksi, yang bertugas menyebarkan berita kemerdekaan ke berbagai pelosok negeri. Tidak hanya itu. Dia membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan Barisan Buruh Indonesia (BBI), sebagai organisasi yang melibatkan pemuda dan buruh dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Baca Juga : Mak Rini Serukan Pelestarian Tradisi Tiban di Blitar: Budaya Ini Tidak Boleh Hilang

Masa revolusi menjadikan Sukarni lebih matang sebagai seorang patriot sejati. Di bawah kepemimpinan Tan Malaka di Persatuan Perjuangan (PP), Sukarni menjabat sekretaris jenderal, menentang perundingan dengan Belanda. 

Langkah ini mengakibatkan dirinya ditahan pemerintah. Namun Sukarni tidak pernah menyerah. Ia selalu kembali bangkit, hingga akhirnya bergabung dalam parlemen Indonesia dan terus berjuang melalui Partai Murba yang didirikannya. "Beliau tidak sekadar memperjuangkan kemerdekaan, namun juga membentuk landasan semangat bagi pemuda kita," ungkapnya.

Pjs bupati berharap masyarakat Blitar dapat terinspirasi untuk meneruskan nilai-nilai kepahlawanan tersebut. Bagi masyarakat Desa Sumberdiren, sosok Sukarni tetap dikenang sebagai pahlawan. “Beliau bukan hanya kebanggaan Blitar, tetapi juga bukti bahwa keberanian dan dedikasi kepada bangsa bisa muncul dari desa kecil seperti ini,” ungkap Jumadi. 

Keberanian Sukarni tidak terhapus waktu, bahkan hingga ditunjuk sebagai duta besar Indonesia di Peking pada 1961. Namun, setelah dinamika politik bergulir pada masa Orde Lama, Partai Murba dibekukan dan Sukarni pun ditahan. Ia baru dibebaskan pada masa Orde Baru dan mendapat pengakuan sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Pengabdiannya berlanjut hingga akhir hayatnya, ketika ia wafat pada 7 Mei 1971 dan dimakamkan dengan upacara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada 2014, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sukarni, mengenang jasa-jasanya yang luar biasa dalam perjuangan bangsa.


Topik

Pemerintahan Sukarni pahlawan bangsa pahlaean nasional Pemkab Blitar



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Yunan Helmy