JATIMTIMES - Mahasiswa asing peserta International Youth Enhancing Study (I-YES) 2024, yang diselenggarakan Fakultas Humaniora Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, mengaku kagum akan kekayaan budaya yang ada di Indonesia. Salah satu kekayaan budaya yang dikagumi adalah Gamelan.
Hal ini terungkap saat para mahasiswa asing mengikuti rangkaian kegiatan I-YES 2024, yakni sesi Cultural Class bertajuk "Folk Music", belum lama ini di lantai 2 Fakultas Humaniora. Dalam sesi tersebut, 17 mahasiswa asing dari berbagai negara yang menjadi peserta mendapatkan pemaparan tentang filosofi Gamelan serta sejarah dalam kemunculan maupun makna dibalik kesenian tersebut. Selain itu, mereka juga diajak untuk memainkan Gamelan. Para peserta juga diajak untuk memainkan Gamelan dengan membawakan lagu tradisional Suwe Ora Jamu.
Baca Juga : Wapres RI Buka iConASET 2024, Pendidikan Tinggi sebagai Pencetak SDM Unggul dan Berdaya Saing Global
Salah satu peserta dari Turki, Fatmanur Cerrah mengungkapkan rasa kagumnya akan musik Gamelan. Menurutnya, Gamelan mempunyai karakteristik yang unik dan tentunya berbeda dengan alat musik modern.
![1q](https://risetcdn.jatimtimes.com/images/2024/09/11/1q-Cc859684ea4eb55c9.png)
Memainkan alat musik tradisional, bukan menjadi pengalaman pertama baginya. Sebelumnya, ia juga pernah memainkan alat musik tradisional, seperti angklung. "Saya sangat menyukai karakteristik unik dari alat musik gamelan. Ini sangat berbeda dari gitar atau piano yang biasa saya mainkan. Suara gamelan memiliki daya tarik tersendiri yang sungguh memukau," katanya.
Sementara itu, Bagus Wignyo Priyonggo yang memandu kegiatan tersebut menjelaskan, bahwa Gamelan bukan hanya sekadar kumpulan alat musik, melainkan simbol harmoni. Gemelan memiliki makna mendalam dalam kekayaan budaya Nusantara yang mencerminkan prinsip gotong-rotong.
"Gamelan adalah sebuah kesatuan yang harmonis dari berbagai instrumen yang saling melengkapi," tuturnya.
"Filosofi ini mencerminkan prinsip gotong-royong dalam budaya Indonesia, di mana keindahan hanya dapat tercapai ketika setiap elemen bekerja sama dengan baik," lanjutnya.
Baca Juga : Unisba Blitar Gelar PKKMB 2024: Persiapkan 900 Mahasiswa Baru untuk Tantangan Revolusi Industri 4.0
Gamelan memiliki sepuluh instrumen utama, seperti Gong, Kempul, Demung, Saron, Peking, Slentem, Bonang Barung, Bonang Penerus, Kenong, dan Kendang. Masing-masing instrumen dijelaskan Bagus, memiliki karakteristik tersendiri yang kemudian saling melengkapi dalam terciptanya sebuah melodi yang dan harmonis.
Bagus juga menjelaskan tentang awal mula kemunculan Gamelan. Gemelan telah ada sejak zaman Hindu Buddha dan jauh sebelum masuknya Islam ke Nusantara. Pada masa tersebut, gamelan digunakan dalam upacara keagamaan untuk berdoa. Namun, ketika Wali Songo mulai menyebarkan Islam di tanah Jawa, gamelan menjadi sarana dakwah.
"Wali Songo menggunakan syahadat sebagai 'tiket' untuk melihat penampilan gamelan. Mereka yang ingin menonton harus mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dahulu. Melalui cara ini, penyebaran agama Islam berkembang dengan cepat," pungkasnya.