JATIMTIMES - Pemerintah Kota Blitar melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) akan segera melakukan penataan terhadap pedagang suvenir yang berjualan di sisi utara makam Bung Karno. Langkah ini dilakukan untuk mengatasi keluhan dari para pedagang dan pengunjung terkait kondisi area yang semakin sempit.
Kepala Disbudpar Kota Blitar Edy Wasono menyatakan bahwa saat ini pihaknya tengah mengkaji rencana penataan tersebut. "Jumlah pedagang yang ada di sana mencapai lebih dari 300. Sementara kapasitas area hanya cukup untuk sekitar 300 pedagang. Hal ini menyebabkan arus lalu lintas, baik bagi para pengunjung yang baru selesai berziarah maupun bagi pedagang, menjadi terhambat," kata Edy Wasono dalam keterangannya pada Selasa (10/9/2024).
Baca Juga : Wali Kota Eri Cahyadi Ajak Nobar Timnas Indonesia vs Australia di Surabaya Expo Center
Ia menambahkan bahwa sempitnya area ini memang menjadi perhatian serius pemerintah kota, terutama karena makam Bung Karno merupakan salah satu destinasi wisata ziarah terpopuler di Blitar.
Menurut Edy, opsi perluasan area berjualan sedang dipertimbangkan, meski ia menyadari bahwa hal ini membutuhkan pembebasan lahan tambahan. "Kami masih mengkaji apakah perluasan bisa dilakukan atau tidak, karena jika harus diperluas, maka pembebasan lahan menjadi salah satu solusi yang harus dipertimbangkan," ujarnya. Meski begitu, belum ada keputusan final mengenai hal tersebut.
Selain masalah kapasitas pedagang, kondisi sempitnya jalur di sekitar area berjualan juga menjadi keluhan utama para pengunjung. Banyak wisatawan merasa kesulitan ketika harus melewati area pasar souvenir setelah melakukan ziarah ke makam Bung Karno. Kondisi ini, menurut Edy, dapat mengurangi kenyamanan para pengunjung dan berdampak pada citra pariwisata Blitar.
"Keluhan semacam ini sudah sering kami dengar dari wisatawan maupun pedagang. Oleh karena itu, kami sangat memahami bahwa diperlukan langkah-langkah penataan agar area ini dapat lebih nyaman baik bagi pengunjung maupun pedagang," tambah Edy. Saat ini, pihak Disbudpar bersama timnya sedang melakukan kajian mendalam untuk menemukan solusi terbaik bagi semua pihak.
Sebelumnya, beberapa pedagang suvenir di area tersebut juga menyampaikan keluhan serupa. Mereka merasa area berjualan terlalu sempit, dan sering terjadi penumpukan pengunjung yang ingin membeli souvenir, sehingga menyebabkan ketidaknyamanan. Salah satu pedagang yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa kondisi tersebut sering mengakibatkan penurunan jumlah pengunjung yang datang ke lapaknya.
Di sisi lain, beberapa pengunjung juga mengungkapkan keprihatinan serupa. Salah seorang wisatawan asal Surabaya, Andi, mengaku bahwa dirinya merasa tidak nyaman saat harus melewati area pasar suvenir setelah berziarah. "Jalannya terlalu sempit dan sering penuh orang, jadi agak susah kalau mau lihat-lihat souvenir atau sekadar lewat," keluhnya.
Menurut dia, pemerintah perlu segera mengatasi persoalan ini agar para pengunjung lebih nyaman dalam menikmati kawasan wisata di sekitar makam Bung Karno.
Baca Juga : Peringati Hari Aksara Internasional, Warga Blitar Belajar Aksara Kawi di Dua Lokasi
Makam Bung Karno selama ini dikenal sebagai salah satu ikon wisata di Blitar yang menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya. Sebagai tempat peristirahatan terakhir Proklamator Indonesia, kawasan ini menjadi destinasi ziarah sekaligus wisata sejarah yang penting. Oleh karena itu, pemerintah kota berupaya meningkatkan fasilitas dan kenyamanan di area tersebut guna mendukung pengembangan sektor pariwisata.
Ke depannya, Pemkot Blitar berharap dengan adanya penataan pedagang souvenir di area tersebut, kunjungan wisatawan ke makam Bung Karno bisa lebih nyaman dan tertib. Edy Wasono menegaskan bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mencari solusi terbaik agar baik pedagang maupun pengunjung dapat menikmati kawasan tersebut dengan lebih nyaman.
"Dengan adanya penataan ini, kami berharap makam Bung Karno bisa menjadi destinasi wisata yang lebih baik lagi, baik dari segi kenyamanan maupun aksesibilitasnya," pungkas Edy.