JATIMTIMES - Menjelang Hari Raya Iduladha yang jatuh pada pertengahan bulan Juni mendatang, masyarakat di Kota Batu mulai mempersiapkan kebutuhan bagi yang berkurban. Untuk mengantisipasi penyakit pada hewan kurban, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) segera melakukan pengecekan kesehatan hewan ternak dengan melibatkan perguruan tinggi.
Kepala Bidang Peternakan dan Perikanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu Sri Nurcahyani Rahayu mengatakan, pengecekan kesehatan bakal dilakukan mulai sekitar dua pekan sebelum hari raya.
Baca Juga : Tim Dosen STIE Malangkucecwara Raih Best Projects dalam Simposium Nasional
"Pemeriksaan mulai nanti mendekati kurban, biasanya mulai beli hewan ternak mendekati Iduladha. Sekitar dua minggu sampai seminggu sebelum hari daya hewan berdatangan," katanya saat ditemui, belum lama ini.
Berdasarkan pengalaman, hewan ternak bisa saja diketahui berpenyakit ringan karena kondisi lingkungan. Sebab, hewan kurban biasanya dibawa menggunakan mobil atau truk dan dipindahkan ke tempat sementara.
"Kami bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan UWK Surabaya fakultas peternakan," sebutnya.
Pihak Dispangtan meminta agar pedagang jeli untuk menyisihkan hewan ternak sakit untuk tidak dijual. Petunjuk bagi pembeli, hewan yang telah mendapatkan pemeriksaan serta dinyatakan layak jual akan diberi tanda di kalung hewan ternak dan cap khusus.
"Biasanya kalau tidak layak karena sakit kita suruh sisihkan dulu. Misalnya sakit ringan demam kita kasih penurun panas, vitamin. Sedangkan kalau parah tidak boleh dijual," jelas wanita yang disapa Ani itu.
Pasca penyakit mulut dan kuku (PMK) mewabah beberapa waktu lalu. Protokol kesehatan untuk membatasi jalur perdagangan hewan tetap diterapkan. Termasuk untuk mengantisipasi penyakit LSD (Lumpy Skin Disease).
Baca Juga : 3 Youtuber Asal Bangkalan Pembuat Film Guru Tugas Ditetapkan Jadi Tersangka
"Untuk kewaspadaan, tetap ada protokol yang dilaksanakan. Harus ikuti alur satu pembelian, cuci tangan dan sebagainya," katanya.
Sejauh ini, kata Ani, pedagang hewan ternak di Kota Batu cukup kooperatif. Mereka dirasa paham seharusnya yang dilakukan pada hewan ternak yang sakit. Serta tidak menjual ternak yang sakit parah. Total jumlah pedagang di Kota Batu sebanyak 10 pedagang.
Ani menyampaikan, jika saat ini PMK di Kota Batu sudah tidak ada kasus. Begitupun LSD yang sempat menyerang ternak warga Batu, telah ditangani dengan segera.
"Sudah zero kasus di Kota Batu untuk LSD dan PMK. Untuk vaksinasi sudah 100 persen, jadi kerentanannya sudah rendah. Yakni dari populasi 12 ribu ekor sapi potong dan perah, sedangkan di antaranya ada yang umurnya masih belum cukup," terangnya.