JATIMTIMES - Pemerintah Desa (Pemdes) Tunjungtirto menargetkan pada tahun 2024 berjalan ini, di wilayah Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dapat mencapai angka zero balita stunting atau proses gagal tumbuh.
Hal itu disampaikan Kepala Desa Tunjungtirto Hanik Dwi Martya di sela-sela kegiatannya di Kantor JatimTIMES Network bersama 10 orang tim Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Desa untuk mengikuti kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas terkait pengelolaan konten, Sabtu (9/3/2024).
Baca Juga : Tertimbun Longsor, DPUPRPKP Kota Malang Normalisasi Saluran Irigasi
Perempuan yang akrab disapa Hanik ini mengatakan, bahwa di Desa Tunjungtirto hingga awal Maret 2024 ini, tidak ditemukan kasus balita stunting. Melainkan masih dalam status terindikasi stunting.
"Kalau di Desa Tunjungtirto dengan parameter dan indikator baru yang ditetapkan itu ada balita yang terindikasi stunting jumlahnya 19 balita," ungkap Hanik kepada JatimTIMES.com.
Sosok kepala desa yang juga menjabat sebagai Ketua I Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Malang ini mengatakan, setelah dirinya berdiskusi dengan bidan desa, bahwa peningkatan angka balita terindikasi stunting tersebut setelah adanya penetapan indikator dan peraturan baru.
"Setelah kita diskusi dengan bidan dan perawat karena ada standar ukuran baru. Kalau dulu mungkin tinggi badan kurang dari sekian tidak stunting. Sekarang diperketat range itu diperketat, sehingga angkanya semakin kecil," ujar Hanik.
Menurutnya, meskipun untuk penetapan balita terindikasi maupun ditetapkan stunting diperketat oleh pemerintah, pihaknya menargetkan tahun 2024 ini balita di Desa Tunjungtirto bisa terbebas dari stunting.
Terlebih lagi, pihaknya telah menjalin komitmen dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), bidan desa, kader posyandu hingga Kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) agar 19 balita yang terindikasi stunting ini dapat menjadi zero.
"Kita sedang berupaya dengan berbagai cara, baik secara kompetensi kader, ibu balita, keluarga dan lingkungan agar nantinya di evaluasi akhir tahun angka ini akan signifikan turun dan 19 balita yang terindikasi stunting ini bisa zero," jelas Hanik.
Baca Juga : Diduga Jadi Pelaku Begal Payudara di Sengkaling, Inilah Identitasnya
Perempuan yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Jantung Indonesia Cabang Malang Raya ini mengatakan, bahwa untuk kegiatan pencegahan maupun penanganan bagi balita terindikasi stunting ini berada di TP PKK hingga Posyandu Desa Tunjungtirto.
"Jadi (penanganan) stunting ini kegiatannya ada di PKK dan Posyandu. Kami dari Pemerintah Desa tidak terlibat secara teknis. Kami hanya mengambil kebijakan, teknis pelaksanaannya dilaksanakan oleh teman-teman dari Kader PKK, Kader Posyandu dan lingkungan RT/RW," jelas Hanik.
Meskipun tidak terlibat langsung secara teknis, pihak Pemerintah Desa Tunjungtirto juga fokus memberikan perhatian khusus dan pendampingan secara ketat terhadap 19 balita terindikasi stunting. Terlebih lagi, pihak Pemerintah Desa Tunjungtirto melalui APBDes juga telah mengalokasikan anggarannya untuk penanganan stunting.
"Baik support untuk BMT (Bahan Makanan Tambahan) khusus untuk stunting dan kami berikan pendampingan kepada orang tua. Stunting itu muncul karena pola asuh orang tua terhadap anak dan orang tua yang tidak memahami bagaimana mengamati dan mencermati tumbuh kembang anak yang normal," pungkas Hanik.