JATIMTIMES - Kelompok hacker asal Korea Utara saat ini sedang dalam penyelidikan Polisi Korea Selatan karena diduga telah mencuri data dari 14 entitas yang berbeda.
Seorang polisi Seoul pada hari Rabu (6/12/2023), menyatakan bahwa kelompok hacker ini berhasil memperoleh informasi tentang teknologi pertahanan Korea Selatan. Salah satunya adalah data tentang anti-aircraft laser.
Baca Juga : Akhir Tahun, Dua Wilayah ini Jadi Tumpuan Kebutuhan Komoditi Cabai di Kota Malang
Penyelidikan ini dilakukan atas kerja sama pihak kepolisian Korea Selatan dengan Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat. Mereka berusaha menggali sejauh mana kelompok hacker Korea Utara ini berhasil meretas data.
“Kelompok Hacker Korea Utara ini dikenal sebagai Andariel," ungkap Jeong Jin-ho, Kepala Tim di Kantor Kepolisian Metropolitan Seoul kepada Reuters.
Pada tahun 2019 lalu, Departemen Keuangan Amerika Serikat mencatat “Andariel” sebagai kelompok peretas yang didukung oleh Korea Utara. Aksi mereka berfokus pada melakukan operasi siber berbahaya terhadap bisnis asing, lembaga pemerintah, dan industri pertahanan.
Media lokal Korea Selatan, pekan ini melaporkan bahwa cache data yang hilang tersebut termasuk kunci rahasia pertahanan Korea Selatan. Jeong Jin-ho menambahkan bahwa entitas yang menjadi target peretasan di antaranya termasuk perusahaan pertahanan Korea Selatan, institut penelitian, dan perusahaan farmasi.
“Hacker berhasil mendapatkan 250 file, atau 1,2 terabyte informasi dan data,” ujar Jeong Jin-ho.
Baca Juga : Hari Menanam Pohon, Pemkab Malang Gencarkan Penghijauan Guna Cegah Bencana Saat Penghujan
Lebih lanjut, diketahui bahwa sebuah server proxy yang dibuat oleh kelompok Hacker tersebut diakses di sebuah distrik di Ibu Kota Korea Utara, Pyongyang. Tercatat ada sebanyak 83 kali akses masuk antara Bulan Desember hingga Maret lalu.
Server tersebut digunakan untuk mengakses situs web perusahaan dan lembaga lainnya. Kelompok Hacker ini bisa mendapatkan akses masuk dengan memanfaatkan layanan hosting Korea Selatan, yang menyewakan server kepada klien tidak teridentifikasi.
Kelompok ini juga berhasil mengekstorsi bitcoin senilai 470 juta won ($357,866) dari tiga perusahaan Korea Selatan dan perusahaan asing. Mereka telah disalahkan atas serangan siber yang menghasilkan kerugian hingga jutaan dolar, meskipun Pemerintah Pyongyang sebelumnya membantah adanya keterlibatan dalam aksi kejahatan siber.