JATIMTIMES - Pergerakan harga cabai di Kota Malang masih terus terjadi. Terlebih menjelang momen peringatan Hari Natal dan Tahun Baru (Nataru). Namun menurut Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang, harga cabai diperkirakan mulai menurun dan berangsur stabil pada akhir Desember 2023.
Menurut Kepala Dispangtan Kota Malang Slamet Husnan, hal itu lantaran ada dua wilayah yang memiliki lahan pertanian cabai cukup luas. Dengan pola tanam yang sudah dilakukan sejak Oktober 2023 lalu, maka diperkirakan pada Desember ini sudah mulai masa panen. Sehingga kebutuhan cabai bisa berangsur terpenuhi.
Baca Juga : Hari Menanam Pohon, Pemkab Malang Gencarkan Penghijauan Guna Cegah Bencana Saat Penghujan
"Kecamatan Lowokwaru ada di Kelurahan Merjosari, dimana lahan tadah hujannya kurang lebih 36 hektare, terdiri dari lahan untuk tanaman cabai rawit kurang lebih 20 hektare dan cabai besar dengan luas lahan 16,5 hektare," ujar Slamet.
Di wilayah ini, penanaman sudah dimulai sejak sekitar Oktober hingga November. Sehingga, pada awal Desember ini diperkirakan sudah ada beberapa titik yang akan mulai panen.
"Tapi tidak terlalu banyak. Jadi sekitar Desember pertengahan sampai akhir, nanti bisa mulai panen," imbuh Slamet.
Wilayah kedua yakni di Kecamatan Kedungkandang, dengan luas lahan kurang lebih 40 hektare. Lahan ini berstatus tadah hujan. Dimana persiapan masa tanam baru dilakukan sejak November. Menyiapkan lahan, jadi pengolahan lahan, juga mempersiapkan bibit, memasang mulsa di sepanjang media tanam.
"Nah, yang wilayah Kedungkandang itu kemungkinan panen di akhir Desember 2023 ini sampai Januari 2024 nanti, baik cabai besar maupun cabai kecil," kata Slamet.
Selain itu, upaya yang dilakukan untuk menjaga stabiltas ketersediaan komoditi cabai adalah dengan membagikan sebanyak 5.000 bibit cabai. Yang turut disertakan sejumlah bantuan lain. Seperti penyangga tanaman cabai, pupuk NPK serta pupuk kandang.
Total ada sebanyak 26 kelompok tani yang menerima bantuan bibit tersebut. Yang terdiri dari kelompok wanita tani, urban farming dan kelompok tani lainnya. Nantinya, pertumbuhan dari bibit cabai yang diberikan juga akan terus dimonitor.
"Minimal bisa cepat tumbuh, subur, sehingga kurang lebih sekitar 3 bulan ke depan bisa menghasilkan cabai. Harapan kami, dari cabai yang bisa dipanen itu sebagian bisa dikonsumsi, sebagian dijual, sebagian juga untuk benih selanjutnya, sehingga dapat dikembangkan tanaman-tanaman cabai lainnya," jelas Slamet.
Baca Juga : Disnakertran dan Perindustrian Banyuwangi Minta Perusahaan Berlakukan UMK di Januari 2024
Slamet merinci, setidaknya pada pertengahan Desember 2023 mendatang, kurang lebih akan ada lahan seluas 5 hektar lahan pertanian cabai di Merjosari mulai dipanen. Dengan kapasitas produksi cabainya diperkirakan mencapai lebih dari 300 kilogram (kg).
"Di wilayah Merjosari, itu kurang lebih yang bisa panen sekitar 3 hektare dengan produksi sekitar 270 Kg, di beberapa lahan saja. Terus kalau untuk cabai rawitnya kurang lebih yang bisa dipanen lahan seluas 2 hektare dan nanti itu bisa menghasilkan 50 Kg cabai rawit. Karena masa tanamnya beda-beda," pungkas Slamet.
Dari total produksi di dua titik lahan tersebut, ditambah dengan beberapa titik lahan lain, menurut Husnan hampir 50 persen kebutuhan komiditi cabai di Kota Malang bisa terpenuhi. Sedangkan sisanya, Kota Malang masih harus mendatangkan cabai dari beberapa daerah.
"Biasanya itu dari Blitar, Kabupaten Malang dan juga Kota Batu," imbuhnya.