JATIMTIMES - Sebanyak 55 stand usaha mikro kecil menengah (UMKM) mempromosikan produknya dalam pameran temu inklusi nasional ke-5 di Ponpes Salafiyah Safi'yah Sukorejo, Kabupaten Situbondo mulai 30 Juli 2023 hingga 2 Agustus 2023 mendatang.
Dari puluhan stand dan ratusan produk yang dijajakan dalam pameran tersebut terdapat satu stand yang menarik perhatian yaitu Koperasi Produsen Bakti Migran Bersinar. Koperasi yang seluruh anggotanya merupakan purna Pekerja Migran Indonesia atau PMI di wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Baca Juga : Puncak Peringatan Hari Anak Nasional 2023 Kota Malang Berlangsung Semarak
Koperasi produsen merupakan satu-satunya koperasi di Indonesia yang beranggotakan pekerja migran dan semua anggotanya tergabung dalam organisasi Desa Peduli Buruh Migran (DESBUMI) yang merupakan kelompok dampingan Migrant CARE.
"Produk yang dipamerkan merupakan karya anggota DESBUMI yang kemudian dimasukan ke koperasi untuk dipasarkan. Modal sendiri, buat sendiri, kami para purna pekerja migran menginginkan kemandirian ekonomi," Jelas Lisa, Ketua DESBUMUI Ambulu, Kabupaten Jember.
Lisa mengungkapkan Migrant CARE adalah organisasi masyarakat sipil yang didirikan 2004 dan bekerja untuk mengadvokasi, mendukung, dan memberdayakan pekerja migran dan keluarga pekerja migran.
"Kegiatan organisasi meliputi konseling, konsultasi, advokasi, penelitian, dan pendidikan, dan bertujuan untuk memberdayakan pekerja migran," ungkapnya.
Lebih lanjut, Lisa menjelaskan dalam program Inklusi, Migrant CARE melakukan penguatan komunitas pekerja migran perempuan Indonesia untuk memperoleh manfaat yang adil, aman, dan produktif dari pekerjaan dan penghidupan serta jaminan kesehatan di era pemulihan ekonomi Indonesia.
"Tujuannya agar komunitas Pekerja Migran Indonesia dan kelompok marginal lainnya memperoleh manfaat yang adil, setara, produktif, dan berkelanjutan dari pekerjaan yang layak dan aman, serta memastikan akses mereka ke perlindungan sosial (termasuk jaminan sosial ketenagakerjaan dan asuransi kesehatan), dan untuk mendapatkan layanan migrasi yang aman dan berkualitas melalui tata kelola penempatan dan perlindungan pekerja migran Indonesia yang inklusif dan berkeadilan gender," jelasnya.
Untuk kasus purna migran yang pernah bekerja di luar negeri mengalami kekerasan sehingga mengalami kerusakan di bagian anggota tubuhnya. "Kasus yang sudah kami tangani, yaitu dialami oleh mantan atau purna migran asal Ambulu Jember. Di mana saat menjadi pekerja migran di Malaysia mengalami kekerasan sehingga satu tangannya tidak bisa berfungsi atau lumpuh," ungkapnya.
Baca Juga : Kolaborasi, BPJS Ketenagakerjaan dan Pemkab Tulungagung Beri Pelatihan PMI Purna Penempatan
Ironisnya kata Lisa selain menjadi korban kekerasan, purna migran ini juga korban tindak pidana penjualan orang (TPPO) yang dilakukan oleh kakaknya sendiri. "Setelah kami berkoordinasi dengan dinas terkait akhirnya kami mendapatkan nomornya, kemudian kami lakukan pendampingan," ujar mantan pekerja migran di Hongkong itu.
Setelah dilakukan advokasi akhirnya pelaku yang merupakan kakaknya sendiri tersebut berhasil diamankan dan dipenjarakan di Polda Jatim. "Sudah pulang ke Indonesia, Lisa menceritakan bahwa korban tidak diterima oleh keluarganya karena kakaknya dipenjara. Akhirnya kami beri pelatihan agar bisa bekerja mandiri," tuturnya.
Kemudian, Lisa menambahkan jika produk yang dihasilkan oleh para purna migran tergabung di koperasi tersebut merupakan hasil dari pelatihan yang diadakan oleh Migrant CARE.
"Banyak hak purnah migran yang belum dipenuhi, kami terus berjuang untuk itu sembari tetap mencoba bertahan hidup dengan menjadi wirausaha dan membuat produk-produk karya sendiri," tegasnya.