JATIMTIMES - Dalam rangkaian Hari Santri Nasional 2022, Wali Kota Malang Sutiaji melanjutkan kegiatan safari pondok pesantren (ponpes).
Kali ini, Sutiaji melakukan silaturahmi ke Ponpes Nailul Falaah Lowokpadas yang berada di Jalan Laksda Adi Sucipto, Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Baca Juga : Kasus COVID-19 Kembali Naik, Pemerintah Terapkan PPKM Level 1 di Seluruh Indonesia
Orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang ini hadir didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Erik Setyo Santoso, serta beberapa jajaran Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Kehadiran Sutiaji disambut langsung oleh Pendiri sekaligus Pengasuh Ponpes Nailul Falaah KH Misbahul Munir, Pembina Ponpes Nailul Falaah Ustaz Syamsuddin Abdul Fattah, serta jajaran para ustaz dan ustazah tenaga pengajar di Ponpes Nailul Falaah.
Sebelum bertemu para santri yang berada di aula, Wali Kota Malang Sutiaji menyempatkan berbincang secara intens dengan KH Misbahul Munir. Kurang lebih selama 15 menit, keduanya tampak gayeng berbincang. Tentunya yang berkaitan dengan ponpes, kiai serta santri.
Kemudian, Sutiaji bersama KH Misbahul Munir atau yang akrab disapa Abuya Misbahul Munir beranjak menuju Aula Ponpes Nailul Falaah untuk memberikan arahan kepada para santri yang telah menunggu usai kegiatan mengaji.
Dalam pengarahannya, Abuya Misbahul Munir menjelaskan hakikat seorang santri. Di mana terdapat makna terdalam pada tiga huruf di belakang kata santri.
"Tri itu artinya tiga, kemudian i itu diibaratkan bahwa santri itu i yang pertama Islam. Kemudian setelah Islam, santri itu harus iman dan setelah itu harus ihsan. Tiga ini adalah prinsip yang harus diterapkan oleh seorang santri," jelas Abuya Misbahul Munir, Senin (7/11/2022) malam.
Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan bahwa memang santri itu harus menerapkan tiga hal yang telah disebutkan oleh Abuya Misbahul Munir. Yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Hal itu juga berlaku bagi seluruh umat Muslim tidak terkhusus bagi santri saja.
"Tidak boleh Islam saja, tidak boleh Iman saja, tetapi juga Ihsan, Ihsan itu akhlak. Jadi saat ini penting saya kira, di dekadensi moral saat ini kan sudah lagi teruji bangsa kita, seperti tidak menghormati orang dan di Ihsan itu sandarannya hanya kepada Allah," terang Sutiaji yang di masa kecilnya sempat mengaji di Ponpes Langitan Tuban.
Pria yang ketika remaja mengaji dan mengeyam pendidikan di Ponpes Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang ini mengatakan, salah satu contoh akhlak dan adab seorang santri itu yakni ketika melihat tatanan sandal seorang santri di Ponpes Nailul Falaah.
"Adabnya santri, sandal ini sudah tertata rapi. Terus santri itu juga mandiri, karena saya itu sudah mengalami. Karena dia kan di pondok itu nggak ada orang tuanya, jadi dia mandiri," ujar Sutiaji.
Lebih lanjut, Sutiaji menceritakan sekilas perjalanannya saat masuk ke Kota Malang pada tahun 1984. Di mana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah, Sutiaji menjalankan amanah dari orang tua untuk berkuliah sambil mondok.
Baca Juga : Pabrik Gudang Garam Dilalap Si Jago Merah, 6 Jam Berlalu Belum Padam Juga
"Jadi waktu masuk kuliah di IAIN sekarang UIN Maliki Malang, itu orang tua berpesan boleh kuliah tapi juga harus mondok. Akhirnya saya kuliah dan mondok Ponpes Miftahul Huda Gading," kata Sutiaji.
Sementara itu, kehadirannya ke Ponpes Nailul Falaah juga dalam rangka nostalgia ketika 12 tahun yang lalu pada saat Sutiaji masih menjabat sebagai anggota DPRD Kota Malang terdapat dorongan dari 64 kiai dan ulama agar dirinya maju sebagai kepala daerah, salah satunya dari Abuya Misbahul Munir.
"Karena kami berangkatnya memang dari pondok, maka wajib hukumnya bagi saya untuk terus-menerus pondok itu menjadi pilar bangsa untuk penguatan perisai diri anak-anak, untuk filterisasi, akulturasi dan asimilasi santri, sangat luar biasa," terang Sutiaji.
Di akhir pengarahannya kepada para santri Ponpes Nailul Falaah, dibuka sesi tanya jawab. Setidaknya terdapat enam santri, masing-masing tiga dari santriwan dan tiga dari santriwati yang berani bertanya ke Sutiaji.
"Enam orang santri yang bertanya tadi masing-masing saya kasih Rp 100 ribu," ucap Sutiaji disambut gemuruh para santri Ponpes Nailul Falaah.
Selain itu, Sutiaji juga berkesempatan memberikan bantuan pendanaan untuk Ponpes Nailul Falaah sebesar Rp 10 juta yang diterima secara simbolis oleh Pembina Ponpes Nailul Falaah Ustaz Syamsuddin Abdul Fattah.
Pria yang akrab disapa Gus Syamsuddin itu mengucapkan terima kasih atas kedatangan Sutiaji ke Ponpes Nailul Falaah. Dirinya mengibaratkan sebagai warga Kota Malang yang dikunjungi wali kota seperti seorang anak dikunjungi oleh orang tua.
"Kita sangat terima kasih untuk selanjutnya bisa memberikan motivasi kepada anak-anak santri sini, khususnya santri itu jangan kecil hati, apa yang dimaukan insya Allah kalau semangat jadda dia akan wa jadda," ucap Gus Syamsuddin.
Setelah itu, sekitar pukul 21.30 WIB sesi dialog dan pemberian arahan kepada para santri di Ponpes Nailul Falaah usai. Sutiaji pun beranjak meninggalkan Ponpes Nailul Falaah diikuti oleh jajaran Kepala OPD serta staf Pemkot Malang lainnya.