JATIMTIMES - Penyakit jantung di Indonesia, menjadi penyebab kematian yang tinggi. Bahkan, diwilayah Jawa Timur, penyakit kardiovaskuler yang berkaitan dengan gangguan pada jantung dan pembuluh darah juga menjadi penyebab kematian yang paling tinggi.
Hal itu dibenarkan Prof dr M Saifur Rohman Sp JP(K) PhD, dokter spesialis jantung yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Malang dan juga Wakil Dekan 1 FK UB.
Baca Juga : Banyak Korban Tragedi Kanjuruhan Luput dari Pendataan, GPA Upayakan Jemput Bola
Mengerucut di wilayah Malang, risiko kematian atau risiko masyarakat terkena penyakit kardiovaskular juga cukup tinggi. Bahkan, ditegaskan dr Saiful Rohman, 30 persen masyarakat Kota Malang berpotensi untuk itu.
"Ya 30 persen masyarakat Malang mempunyai faktor risiko yang tinggi untuk berkembang menjadi penderita jantung," jelasnya, saat ditemui di FK UB beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut dijelaskan dr Saiful Rohman, berjalannya waktu ke depan, potensi tersebut bisa saja terjadi. Bahkan, menurutnya, 10 tahun ke depan satu dari tiga warga Malang menderita sakit jantung.
Ini merupakan hasil riset yang melibatkan 20 ribu orang bekerja sama dengan Manchester University. Setelah disurvei, kemudian menghasilkan 30 persen risiko masyarakat 10 tahun ke depan mengalami penyakit jantung.
Hitungan ini, melihat dari faktor-faktor risiko yang berkembang di wilayah Malang, seperti halnya hipertensi, tingkat merokok yang cukup tinggi di Malang, penyakit diabetes, kemudian stroke hingga menjadi penyakit gangguan jantung.
"Dan inilah yang menjadi concern kita bersama (untuk pencegahan)," paparnya.
Bahkan dari big data yang ia miliki, kematian akibat jantung di rumah sakit, khususnya di RSSA mencapai 20 persen. satu banding lima pasien penderita gangguan jantung ini meninggal di rumah.
Baca Juga : 47 Korban Tragedi Kanjuruhan Masih Terbaring Tak Berdaya, Jalani Perawatan di Rumah Sakit
Namun upaya mengurangi tingkat kematian terkait hal tersebut terus dibangun. Ini dilakukan dengan membangun kewaspadaan pada pasien untuk segera ke rumah sakit dan juga mendorong untuk faskes puskemas untuk segera menginformasikan ke rumah sakit ataupun tim dokter.
Upaya tersebut kemudian berhasil menurunkan tingkat kematian pasien jantung di rumah sakit dari 20 persen menjadi 10 persen. Hal ini karena lebih cepat penanganannya.
"Kita gunakan aplikasi detak. Jadi jika dia sakit di dada, sebelah mana? Cepat ke sini (rumah sakit). Jadi lebih cepat ke sini. Kemudian puskesmas menghubungi (tim dokter menginformasikan gejala), misalnya (dijawab dokter) ini sakit jantung cepat ke sini. Ini nggak apa-apa, bisa dirawat sendiri," jelasnya.
Penyakit jantung sendiri banyak jenisnya. Jantung merupakan pompa darah dan memiliki katub yang bisa mengalami infeksi. Terdapat juga penyakit jantung sejak bawaan bayi, ada juga gagal jantung maupun pembuluh darah yang buntu.
"Buntunya ini karena banyak makan, lemak, gorengan, santan, gula, garam, akhirnya banyak kerak menumpuk di pembuluh jantung," pungkasnya.