free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ruang Mahasiswa

Kinerja Sektor Manufaktur Terus Membaik di Tengah Gejolak Ekonomi Global

Penulis : Adnin Intan Syalsabilla - Editor : Redaksi

10 - May - 2022, 21:56

Placeholder

JATIMTIMES - Saat ini, pandemi covid-19 telah melandai dan beberapa sektor ekonomi mulai bangkit. Tetapi, ekonomi global, termasuk di Indonesia, harus dihadapkan dengan permasalahan ekonomi maupun geopolitik global seperti lonjakan harga komoditas, kebijakan moneter dari negara maju yang agresif dan konflik Ukraina  v Rusia. Hal tersebut berampak adanya Inflasi dan terjadi kelangkaan bahan baku di Indonesia. 

Tetapi, sektor manufaktur telah menunjukkan kinerja yang ekspansif di tengah perekonomian global yang tak pasti seperti saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan PMI (Puechasing Manager Index’s) manufaktur Indonesia, pada April 2022 menurut data lembaga S&P Global pada kamis (5/5/2022) berada di level 51,9% dimana menunjukkan kenaikan dari level 51,3% pada Maret 2022. Kenaikan PMI Indonesi saat ini, juga menunjukkan Indonesia telah melewati PMI manufaktur China sebesar (46,0%), Rusia (48,2%), Malaysia (51,6%), Taiwan (51,7%), dan Vietnam (51,7%).

Baca Juga : Kemilau Hari Ulang Tahun Ke-33, FIFGROUP Resmikan Pemasangan Solar Panel Ke-6

Menurut Manperin (Menteri Perindustrian) Agus Gumiwang Kartasasmita, hasil PMI manufaktur Indonesia saat ini telah menunjukkan berbaikan selama delapan bulan berturut – turut dengan perbaikan tercepat sejak bulan Januari. 

Namun, adanya kondisi ekonomi yang tak pasti ini, membuat industri manufaktur dibayangi akan keterbatasan bahan baku, gangguan rantai pasok, dan inflasi. Permasalahan tersebut berkaitan dengan China akan ambisinya menjadi Negara Zero Covid, pemerintah China mengambil kebijakan untuk melakukan lockdown ketat. Hal tersebut menyebabkan terganggunya pendistribusian bahan baku dan produk yang berasal dari China hingga proses logistik mengalami penundaan. Kondisi ini juga membuat sektor manufaktur yang bergantung pada rantai pasokan bahan baku dari China merasa kesulitan dalam mendapatkan bahan baku.

Selain itu, terjadinya konflik Rusia dan Ukraina yang menyebabkan negara – negara di Eropa memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia guna menghentikan agresi ke Ukraina. Ternyata hanya memiliki peluang kecil dan tidak efektif karena sebagian besar kawasan Eropa masih membutuhkan Rusia sebagai pemasok energi untuk menggerakkan ekonomi Eropa. Pemberian sanksi ini justru merugikan negara – negara yang memberi sanksi. Oleh karena itu, menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang – barang di Eropa sehingga memungkinkan untuk terjadi Inflasi serta lonjakan harga pada perekonomian global dan Indonesia, sebab Eropa menjadi patokan perekonomian global. 

Sejalan dengan pernyataan diatas, kondisi sektor manufaktur nasional saat ini sedang mengalami kendala pasokan bahan baku dan meningkatnya inflasi. Permasalahan bahan baku tersebut, membuat pengiriman dan durasi untuk pemenuhan pesanan untuk pemasok semakin lama. Tekanan harga pun terjadi karena adanya kenaikan biaya input dan output produksi. Menurut salah satu perusahaan manufaktur, untuk menutup kenaikan biaya input berupa kenaikan bahan bakar dan bahan baku membuat para pengusaha menyiasatinya dengan membagi biaya dengan klien. 

Pemulihan Ekonomi Nasional

Kinerja ekspansif dari sektor manufaktur (mencapai level diatas 50), didukung dengan permintaan ekspor yang tinggi dan momentum libur lebaran 2022. Terbukti dengan adanya pertumbuhan ekspor dari sektor manufaktur mencapai 35,2% (yoy) pada Triwulan I 2022.

Indeks PMI Manufaktur yang menguat saat ini, menunjukkan dapat menopang keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional. Peningkatan ini tidak lepas adanya peran pemerintah dalam mengatasi pandemi dan penyebaran vaksinasi sehingga kasus covid – 19 melandai dan dapat dikatakan membaik. Kondisi tersebut, mampu membuat masyarakat yakin untuk melakukan aktivitasnya kembali dan berbelanja, seperti saat momentum Lebaran Idul Fitri tahun 2022. 

Manperin (Menteri Perindustrian) Agus Gumiwang Kartasasminta, juga menyatakan bahwa kinerja manufaktur nasional semakin menggeliat seiring dengan meningkatnya permintaan karena perekonomian yang terus membaik. Sektor manufaktur juga diyakini dapat mendorong petumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2022.

 “Peluang ini dimanfaatkan dengan baik oleh dunia bisnis, Bersama dengan penguatan ekspor. Penguatan sektor manufaktur ini diharapkan dapat mendukung semakin solidnya kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2022”, ucap Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, yang dikutip dari detik.com, Kamis (5/5/2020). 

Baca Juga : Airlangga Hartarto Jadi Kandidat Presiden Paling Dipilih dalam Survei LKPI

Selanjutnya, sektor manufaktur juga dapat mendorong perluasan lapangan kerja dan aktivitas pembelian. Adanya permintaan yang meningkat, membuat para pengusaha bisnis manufaktur menambah pekerja untuk meningkatkan persediaan. Perluasan lapangan kerja ini juga diharapkan dapat berlanjut agar dapat memberikan perbaikan ekonomi secara berkelanjutan sehingga pemerintah juga ikut serta mengantisipasi tekanan harga input yang saat ini menjadi beban industri manufaktur. 

Upaya untuk Menjaga Permintaan                                                    

Perlu dibutuhkan tindakan dari pemerintah agar sektor maanufaktur tidak meredup sehingga permintaan dari pasar terus berlanjut terutama pada kondisi perekonomian yang tak menentu seperti saat ini. Kondisi perekonomian saat ini sangat rawan terjadinya efek berantai karena permasalahan ekonomi hingga geopolitik global sehingga membutuhkan kebijakan yang tepat dari pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian negara.

Upaya yang ditetapkan pemerintah untuk menjaga permintaan sektor manufaktur, yaitu dengan mengarahkan belanja barang modal dan jasa kepada produk dalam negeri karena potensi belanja barang dan modal jasa pada pemerintah pusat sebesar Rp 526 Triliun serta di pemerintah daerah sebesar Rp 525 Triliun. 

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Menparin menyatakan bahwa terdapat anggaran lebih dari Rp.1.000 Triliun yang perlu digunakan untuk membeli produk – produk dalam negeri sehingga pembelian produk impor harus dikurangi bahkan harus dihilangkan. 

Selanjutnya, yaitu mempercepat proses hilirisasi industri dalam negeri yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan akan produk impor, pemerintah juga mendorong pembangunan smelter di daerah – daerah yang memiliki sumber daya mineral. Pada sektor perkebunan seperti produksi cokelat atau kopi, juga harus menerapkan program hilirisasi industri agar dapat meningkatkan nilai tambahnya sehingga dapat meningkatkan permintaan pasar sektor industri manufaktur dalam negeri. Lalu, meningkatkan transformasi digital pada sektor manufaktur agar dapat maningkatkan nilai tambah, produktivitas, dan efisiensi produksi yang berbasis IoT (Internet of Things). 


Topik

Ruang Mahasiswa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Adnin Intan Syalsabilla

Editor

Redaksi