BLITARTIMES - Bupati Blitar Rini Syarifah dan Wakil Bupati Blitar Rahmat Santoso berziarah ke makam Adipati Aryo Blitar di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, Rabu (4/8/2021). Ziarah ke makam Aryo Blitar merupakan tradisi setiap tahun menyambut hari jadi Blitar.
“Ziarah kali ini dalam rangka menyambut Hari Jadi Blitar ke-697. Ziarah ini sebagai bentuk penghargaan kepada tokoh-tokoh yang telah berjasa membangun Blitar," Bupati Blitar Rini Syarifah.
Orang nomor satu di Kabupaten Blitar menambahkan, ziarah makam merupakan salah satu wujud menghargai para leluhur.
“Ziarah makam ini membuat kita tidak lupa dengan sejarah kita, sejarah Blitar. Sebagai orang Blitar, kita harus berziarah ke makam pemimpin pendahulu kita. Dengan ziarah ini mengingatkan suatu saat kita juga akan menyusul,” imbuhnya.
Lebih dalam Rini menyampaikan, di momentum Hari Jadi Blitar ke-697 ini dirinya mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Blitar khususnya generasi muda untuk bersama-sama memperjuangkan dan membangun Kabupaten Blitar.
“Kita sebagai generasi penerus harus membangun Kabupaten Blitar. Maju Bersama Sejahtera Bersama,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, menurut cerita tutur, Adipati Aryo Blitar adalah gelar penguasa Blitar di masa lampau. Aryo Blitar memerintah Blitar di masa Majapahit akhir. sebagai seorang adipati, dalam menjalankan pemerintahan Nilo Suwarno yang bergerak Adipati Aryo Blitar I dibantu oleh seorang patih bernama Ki Ageng Sengguruh. Berdasarkan cerita, Sengguruh berasal dari Lumajang dan masih satu perguruan dengan Nilo Suwarno.
Karena masih satu perguruan, Nilo Suwarno dan Sengguruh memiliki hubungan yang sangat dekat. Namun demikian di dalam politik tidak ada kawan abadi dan lawan abadi. Dari sinilah konflik perebutan kekuasaan dimulai.
Sengguruh memiliki istri bernama Dewi Sulastri. Dewi Sulastri, digambarkan sebagai sosok haus kekuasaan, melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Ia pun mulai menghasut suaminya untuk melakukan konspirasi menggulingkan sang adipati.
“Sengguruh itu sebenarnya orang baik, tapi istrinya yang jahat dan haus kekuasaan. Melihat istri sang adipati yakni Dewi Rayung Wulan hidup enak sebagai permaisuri dia berambisi menjadi ratu. Akhirnya Sengguruh dihasut untuk menggulingkan Adipati,” terang Warno, juru kunci Situs Aryo Jeding.
Dengan tipu muslihatnya, Sengguruh akhirnya berhasil membunuh Adipati Aryo Blitar I di Malang. Dengan segala tipu muslihatnya, Patih Sengguruh merencanakan pembunuhan Adipati Aryo Blitar I dengan cara memperdayai permaisuri yang saat itu sedang hamil.
Dengan dilandasi niat buruk, Sengguruh menyarankan kepada permaisuri untuk memakan ikan emas bader bang sisik kencana untuk kebaikan si jabang bayi. Permaisuri terpancing dengan hasutan Sengguruh dan meminta dicarikan ikan tersebut.
Baca Juga : Pandemi Covid-19, Pemkab Blitar Peringati Hari Jadi ke-697 Secara Sederhana
“Permaisuri Adipati Aryo Blitar I bernama Dewi Rayung Wulan putri dari kerajaan Kartasura. Kalau Nilo Suwarno menurut kepercayaan adalah putra dari Ronggo Lawe,” jlentrehnya.
Permintaan permaisuri itu disetujui oleh Adipati Aryo Blitar. Adipati kemudian memerintahkan kepada orang kepercayaanya untuk mencarikan ikan tersebut. Namun dengan segala tipu muslihatnya Patih menggelabui sang Adipati bahwa sebaiknya jika anak pertama biarlah romonya sendiri yang mencarinya. Adipati percaya dan langsung bergegas menuju ke Kedung Gayaran, Malang untuk mencari ikan emas bader bang sisik kencana itu.
Setibanya di kedung Gayaran, adipati langsung memutuskan untuk mencari ikan tersebut. Saat itu, ditengah-tengah pencarian ikan, ia tidak mengetahui bahwa nyawanya akan terancam. Ikan yang dicarinya tersebut hanyalah sumping emas milik patih yang dilempar ke dalam kedung sehingga dari permukaan terlihat seperti ikan emas. Jebakan ini telah disiapkan oleh abdi sang patih, Simolurik dan Macanlurik.
Ketika Ki Ageng Nilosuwarno tengah asyik menjala ikan, naas sekali, jala yang ada di sana tersangkut, ini merupakan strategi sang patih. Kemudian ia langsung menyelam untuk membenarkan jalanya. Di tempat tersebut sang raja dibunuh dengan dilempari batu oleh abdi Ki Ageng Sengguruh. Nilo Suwarno akhirnya meninggal dunia.
Setelah pembunuhan Adipati Nilo Suwarno berhasil, Sengguruh kemudian naik tahta dengan gelar Adipati Aryo Blitar II. Dewi Rayung Wulan kemudian keluar dari keraton dan melahirkan anak bernama Joko Kandung. Setelah dewasa Joko Kandung balas dendam dan berhasil membunuh Sengguruh.
“Sengguruh saat itu ketakutan dengan perlawanan Joko Kandung. Dia lalu lari ke Kepatihan dan berhasil dibunuh di sana. Istri dan anak Sengguruh juga dibunuh oleh Joko Kandung karena mbelani. Anaknya Sengguruh bernama Joko Plontang,” imbuh Warno.
Setelah membunuh Sengguruh, Joko Kandung kemudian merebut kekuasaan dan bergelar Adipati Aryo Blitar III. Dia kemudian mengosongkan pusat pemerintahan Kadipaten Blitar dan memindahkan kerajaan ke tempat yang saat ini dikenal dengan nama Kelurahan Blitar yang berada di pusat Kota Blitar.