BATUTIMES - Pemkot Batu terus berupaya mencegah terjadinya stunting balita di Kota Batu. Langkah-langkah yang akan diambil tertuang dalam rapat koordinasi penanggulangan stunting di ruang rapat utama lantai 5 Balai Kota Among Tani, Kamis (18/3/2021).
Seperti diketahui, stunting merupakan dampak kekurangan gizi kronis. Tidak hanya mengganggu tumbuh kembang fisik anak saja, namun juga berpengaruh pada tingkat kecerdasan anak.
Baca Juga : Sinergi dengan FK P4S, Unisba Dorong Kewirausahaan Pertanian di Blitar Raya
Terkait stunting, Kota Batu sudah membentuk tim penanganan. Tetapi ada berbagai kendala yang dikemukakan. Di antaranya terkait anggaran, kesenjangan data, serta kurangnya sinergitas antara pihak dinas dengan organisasi terkait.
Menyikapi hal itu, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan bahwa permasalahan kesenjangan data stunting bisa diatasi dengan saling bekerja sama. "Saya berharap agar semua pihak terkait bisa bekerja sama dengan Dinas Sosial dan Bagian Kesra. Selain itu, bisa menggunakan dana corporate social responsibility (CSR) untuk membantu penanganan stunting di Kota Batu," ujarnya.
Nantinya data terkait stunting yang sudah lengkap dan benar bisa diberikan kepada pihak DPRD agar bisa menjadi dasar untuk membuat program penanganan stunting. "Semoga permasalahan stunting bisa cepat selesai dan para calon pemimpin bangsa ini bisa lebih berkualitas," ucap Dewanti.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu drg Kartika mengatakan ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan oleh tim percepatan stunting. Antara lain pelatihan pemberian makanan balita dan anak yang mengadopsi konsep community feeding center serta deteksi dini stunting.
"Pendampingan anak yang masuk kategori stunting tidak hanya sebatas memberi nutrisi berupa susu saja. Namun juga mendampingi setiap hari dan mengikuti perubahan perilaku mereka," ungkapnya.
Baca Juga : Pembunuh Bos Toko ATK Hanya Divonis Satu Tahun, Ini Penjelasan PN Kabupaten Malang
Perlu diketahui, dari data Dinas Kesehatan Kota Batu, rentang usia stunting terjadi pada balita dimulai dari 6 bulan sampai 60 bulan. Tahun 2020 lalu ada sekitar 14,8 persen prevalensi kasus stunting di Kota Batu dari total 9.412 balita yang ada. Sedangkan prevalensi kasus stunting pada tahun 2019 lalu 25,4 persen dari total 7.776 balita.
Lalu untuk lokus stunting lokal di Kota Batu sendiri ada 5 tempat. Kelima lokus tersebut yakni di Desa Giripurno terdapat 108 balita, di Kelurahan Sisir 95 balita, di Desa Junrejo 99 balita, di Kelurahan Temas 92 orang, dan di Desa Gunungsari ada 87 orang.