JATIMTIMES – Tak sedikit orang tua yang panik ketika mendapati benjolan di leher atau tubuh anaknya. Kekhawatiran akan penyakit serius membuat banyak dari mereka buru-buru datang ke dokter, berharap mendapat kepastian. Padahal, menurut para dokter di Rumah Sakit Islam (RSI) Unisma Malang, tidak semua pembesaran kelenjar getah bening pada anak merupakan tanda bahaya.
dr. Yeni Amalia, Sp.A., M.Biomed, Dokter Spesialis Anak RSI Unisma Malang, menjelaskan bahwa kelenjar getah bening sebenarnya adalah bagian penting dari sistem pertahanan tubuh. “Kita bisa ibaratkan seperti pos penjagaan. Kalau ada kuman atau benda asing yang masuk, di situlah kelenjar ini bereaksi,” jelas dr. Yeni.
Baca Juga : Mengenal Selat Hormuz, Jalur Minyak Paling Vital di Dunia yang Dikabarkan Akan Ditutup Iran
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem sirkulasi limfatik, salah satu dari tiga sistem sirkulasi tubuh. Fungsinya mencakup:
Mengontrol jumlah cairan di sekitar jaringan tubuh, menyalurkan protein penting, terutama menjaga tubuh dari infeksi dengan menyaring kuman berbahaya.
“Yang paling mudah dikenali biasanya berada di permukaan tubuh seperti leher, di bawah telinga, belakang kepala, dan pangkal paha,” imbuh dr. Yeni.
Menurut dr. Yeni, pembesaran kelenjar getah bening pada anak sebenarnya hal yang umum terjadi, terutama saat tubuh sedang melawan infeksi. Ada tiga penyebab utama, mulai dari infeksi (virus, bakteri, atau parasit), kemudian gangguan autoimun, di mana sistem imun menyerang tubuh sendiri dan keganasan (seperti kanker atau limfoma), meski ini tergolong jarang pada anak-anak.
“Pada kasus infeksi, pembesaran kelenjar ini bisa disertai demam, nyeri, atau gejala di organ sekitar. Misalnya infeksi telinga atau tenggorokan bisa memicu pembengkakan kelenjar di leher,” paparnya.
dr. Aris Rosidah, Sp.PA., M.Biomed, Dokter Spesialis Patologi Anatomi RSI Unisma, menambahkan bahwa meski umumnya jinak, ada tanda-tanda tertentu yang harus diwaspadai. Tanda tersebut antara lain, benjolan bertahan lebih dari satu bulan, ukurannya makin membesar dari waktu ke waktu dan jumlahnya bertambah dan menyebar, misalnya dari leher ke ketiak atau selangkangan. Selain itu ada juga infeksi yang tidak gejala yang menyertainya.
“Kalau muncul benjolan setelah anak batuk-pilek, lalu hilang dalam seminggu, itu normal. Tapi kalau menetap dan membesar, barulah perlu evaluasi lebih lanjut,” jelas dr. Aris.
Baca Juga : Halal Center Unisma Gencarkan Pelatihan PPH: Bongkar Tantangan Nyata Sertifikasi Produk Halal
Ia juga menuturkan pengalaman menarik saat menerima rujukan biopsi dari dokter anak. Dua pasien anak dengan benjolan membesar di leher ternyata mengalami infestasi kutu rambut parah. Setelah rambut dibersihkan dan kutunya diatasi, benjolan hilang dalam waktu sebulan.
“Ini membuktikan bahwa tidak semua pembesaran kelenjar berarti penyakit serius. Bisa jadi tubuh hanya sedang bekerja melindungi diri dari ancaman ringan seperti itu,” ujarnya.
Para dokter sepakat, kepanikan berlebihan justru sering membuat proses diagnosis tidak efektif. Orang tua diminta untuk mengamati perkembangan benjolan, mencatat gejalanya, dan berkonsultasi ke dokter jika kondisinya menetap atau memburuk.
“Perhatikan baik-baik, tapi jangan langsung menganggap yang terburuk. Tubuh punya caranya sendiri untuk bertahan, dan kelenjar getah bening adalah bagian dari itu,” pungkas dr. Yeni.