Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar terus mendorong kualitas dan daya saing tembakau di daerahnya. Beragam upaya dilakukan di antaranya dengan menggelar Pelatihan Penanganan Panen dan Pasca Panen.
Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di Rumah Makan Joglo di Desa Kuningan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar tersebut berlangsung selama tiga hari dimulai Senin (7/9/2020) hingga Rabu (9/9/2020). Pelatihan ini diikuti 24 petani dari dua desa di Kecamatan Selopuro masing-masing Desa Ploso dan Desa Tegalrejo.
Baca Juga : Tips dan Trik Produk UMKM Laris Manis di Pasaran ala Ketua Dekranasda Trenggalek
Selain mendorong petani untuk meningkatkan kualitas hasil panen yang berdampak terhadap kesejahteraan dan peningkatan perekonomian, pelatihan ini juga memberikan banyak bekal dan ilmu manajemen kepada petani. Di antaranya petani diberikan wawasan secara mendalam terkait pemasaran produk tembakau di kegiatan pelatihan hari kedua pada Selasa (8/9/2020).
“Materi pelatihan di hari kedua ini fokus pada tata niaga tembakau dan pola kemitraan. Pola kemitraan ini terkait dengan pemasaran. Ya, tembakau ini pemasarannya unik karena yang beli sedikit dan yang menanam itu banyak. Petani tidak akan bisa tanam kalau tidak tahu pasarnya. Karena pasarnya terbatas dan yang menentukan harga itu pembeli atau tengkulak,” ungkap Kasi Penyuluhan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, Anita Arif Rahayu kepada BLITARTIMES.
Dikatakannya, salah satu kendala yang dihadapi petani tembakau di Kabupaten Blitar adalah hingga saat ini baru ada satu tengkulak besar yang bermitra dengan petani yakni PT Sadana.
“Selain PT Sadana ada sebenarnya tengkulak-tengkulak kecil. Sehingga mata rantainya masih terlalu panjang, mereka masih tangan ketiga atau keempat. Sehingga keuntungan petani masih sangat rendah. Dari sinilah kita tergerak untuk membantu petani,” terangnya.
Beragam upaya dilakukan Dinas Pertanian dan Pangan untuk meningkatkan kualitas produksi dan pemasaran tembakau petani di Kabupaten Blitar. selain pelatihan dan kaji terap untuk mencari peluang pasar, Dinas Pertanian juga menggandeng Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) untuk mencari terobosan dalam memasarkan produk tembakau yang diproduksi petani.
“Tupoksi Dinas Pertanian itu sebenarnya tidak sampai ke tata niaga. Kita di Dinas Pertanian itu tupoksi kita di peningkatan kualitas bahan bakunya yakni menghasilkan tembakau yang berkualitas. Untuk pemasaran itu di Disperindag. Tapi kita punya beban moral meningkatkan pendapatan petani dan ini tetap kita upayakan. Salah satunya penguatan kelembagaan dengan menggandeng APTI yang punya keleluasaan hingga tingkat pemasaran dan tata niaga,” imbuhnya.
Baca Juga : Dorong Petani Tembakau Lebih Sejahtera, Ini Gebrakan Dinas Pertanian Pemkab Blitar
Sementara itu Ketua APTI Jawa Timur, Amin Subarkah selaku narasumber di pelatihan hari kedua dalam paparannya menyampaikan banyak hal menarik. Di antaranya dia menyampaikan pandemi covid-19 ikut berpengaruh terhadap pemasaran produk tembakau di Indonesia. Ya, pandemi covid-19 disinyalir menjadi penyebab harga tembakau kurang bergairah akhir-akhir ini.
“Pasar rokok dan pasar tembakau saat ini trend nya turun 10%. Ini berpengaruh terhadap penyerapan tembakau di petani. Mudah-mudahan di tahun-tahun mendatang pasar bisa memberikan harga yang layak untuk tembakau. Minimal 30% di atas analisa usaha tani,” jlentrehnya.
Di tengah kondisi ini Amin memotivasi petani tembakau untuk tetap bertahan, bersabar dan tetap bersemangat menanam tembakau. “Petani tidak boleh patah semangat. Mudah-mudahan setelah pandemi pasar tembakau bergairah lagi. Sehingga ekonomi pedesaan bisa berkembang dan berjalan baik. Pemerintah tersenyum, pengusaha tersenyum dan petani juga tersenyum,” pungkasnya.(*)