Pandemi covid-19 sedikit banyak telah mengubah perilaku masyarakat sebagai konsumen di seluruh dunia. Mulai dari panic buying hingga membeli hal-hal yang tidak penting.
Hal ini disampaikan oleh Pakar Manajemen dan Branding Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Arief Budiman yang aktif melakukan penelitian di industry jasa di salah satu perusahaan Indonesia.
Baca Juga : Belanja Murah dan Mudah, Bisa Pesan Online di 7 Pasar Rakyat Kota Malang Ini!
"Tidak hanya panic buying, orang-orang cenderung membeli barang-barang yang tidak penting atau tidak mereka butuhkan," ungkap dia dalam seminar online "How’s Our Life Facing New Normal from Multi Perspectives?" yang digagas oleh Universitas Brawijaya berkolaborasi dengan The University of Newcastle dan ULM.
Dosen Senior Jurusan Manajemen ULM tersebut lalu memberikan gambaran perilaku konsumen dari berbagai negara. Di USA, mayoritas warganya membeli tissue toilet dan juga beberapa jenis senjata pribadi seperti pistol yang mana sangat tidak berhubungan dengan masa pandemi ini.
Sementara di Australia, sebagian besar warganya memburu tissue toilet, produk pembersih rumah tangga, dan adonan kue.
"Di sisi lain, warga Indonesia sendiri berbondong-bondong membeli makanan pokok seperti beras, gula, kopi, makanan bayi, minuman herbal seperti jamu, hingga masker dan hand sanitizer," bebernya.
Dikatakan Arief, perilaku konsumen yang melakukan panic buying ini akan mengacaukan harga pasaran.
"Harga akan semakin mahal dari harga pada umumnya karena sudah tidak ada alternative barang lagi yang tersedia," ucapnya.
Panic buying juga akan memperburuk sektor ekonomi dan sosial. Ekonomi menjadi tidak stabil dan berdampak juga bagi masyarakat lainnya.
"Panic buying ini sama halnya kita menindas masyarakat lain yang memiliki pendapatan lebih rendah," imbuhnya.
Baca Juga : Pengusaha Katering Berharap Kehidupan Berangsur Normal
Selain itu juga menjadikan tenaga pekerja kesehatan yang berada di garis depan sebagai peralatan perlindungan pribadi.
Peniliti yang masih aktif meneliti di bidang Consumer Decision Making Style juga mengungkapkan, transaksi berbasis online saat ini menjadi meningkat.
Dia membeberkan, penjualan elektronik meningkat sementara, sementara penjualan barang-barang mewah menurun. Peningkatan pembelian frozen food karena mudah dikonsumsi dan bisa disimpan. Lalu, penggunaan media juga sangat meningkat selama pandemi ini seperti mendengarkan podcast atau streaming musik dan video, media sosial dan aplikasi lainnya.
"Perilaku konsumen telah diubah dari barang mewah menjadi kebutuhan primer," tandasnya.
Kata dia, selama masa panic buying ini, konsumen sudah sangat tidak peduli dengan brand atau merek. Yang hanya mereka pikirkan saat mereka berbelanja ialah bagaimana segala kebutuhan mereka terpenuhi.