JATIMTIMES - Kejuaraan bulutangkis bertajuk Forkopimda Cup pada 6-9 Februari 2025 di Malang Badminton Arena (MBA) di Jalan Raya Langsep, Kota Malang berakhir ricuh. Panitia penyelenggara dari organisasi mahasiswa PMII Kota Malang tak mampu menyediakan hadiah untuk para pemenang.
Kejuaraan antar klub se Provinsi Jawa Timur diikuti 400 peserta. Mereka merebutkan hadiah uang pembinaan total Rp 71 juta.
Baca Juga : Khusyuk dalam Salat Perkara Mudah, Gus Baha Ungkap Tipsnya
Penanggung jawab kegiatan tersebut berdasarkan informasi yang diterima media ini ada tiga orang. Pertama Diky Wahyu Firmansyah sebagai Ketua PMII Kota Malang, Muhammah Helmi Zamrozy sebagai Ketua Pelaksana dan Adam Puji Ramadhan sebagai Panitia Pelaksana.
Kepada JatimTIMES, Diky membenarkan adanya kejuaraan tersebut. Ia menggelar atas nama PMII Kota Malang dan meminta rekomendasi kegiatan kepada Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Provinsi Jawa Timur melalui pengantar PBSI Kota Malang.
“Kami menggelar atas nama PMII Kota Malang dengan judul kegiatan Forkopimda Cup,” kata Diky kepada JatimTIMES.
Sementara itu, Helmi Zamrozy mengaku bahwa pengumuman kejuaraan bulutangkis itu telah tersebar. Sehingga banyak klub di Jawa Timur yang mengikuti kegiatan tersebut.
“400 peserta yang mengikuti kejuaraan itu. Mereka dari klub di berbagai daerah di Jatim,” kata Helmi.
Mendekati hari pelaksanaan, panitia penyelenggara kemudian kebingungan karena sponsor yang masuk tidak sesuai yang diharapkan. Karena proposal yang disebar kepada sponsor utama juga hanya beberapa yang masuk.
“Masalah muncul karena pertama tidak ada sponsor yang masuk. Kalau dari Forkopimda yang masuk baru DPRD dan Polresta Malang Kota,” beber Helmi.
Karena hal itu, Helmi mengaku panitia kekurangan dana untuk menyelenggarakan kejuaraan bulutangkis tersebut. Namun, mereka mengaku belum terbesit untuk membatalkan kejuaraan tersebut.
“Panitia saat itu kekurangan dana untuk menyelenggarakan pertandingan. Khususnya untuk hadiah para juara,” ungkap Helmi.
Saat itu, panitia bersikukuh untuk tetap melanjutkan kejuaraan bulutangkis tersebut. Dengan asumsi sembari mencari kekurangan anggaran.
Tanpa disangka, hingga partai final kekurangan anggaran tidak bisa tertutupi. Hingga pada pengumuman pemenang, panitia menyampaikan permohonan maaf kepada peserta karena hadiah tidak bisa diberikan.
“Saat itu, peserta menuntut sesuai dengan apa yang ada di pamflet yang dipublis,” ujar Helmi.
Crowded dengan kondisi tuntutan peserta, panitia kemudian mencari jalan untuk memberikan hak para peserta. Akhirnya, panitia mencoba mencari kekurangan anggaran untuk memberikan hadiah kepada pemenang.
“Panitia mencoba mencarikan (anggaran, red) dulu waktu itu. Tapi untuk luar kota kami dahulukan, karena supaya mereka bisa kembali pulang ke daerah asalnya,” ungkap Helmi.
Baca Juga : Ekosistem Bagus, Pemkot Batu Naikkan Target Investasi hingga Rp 1,12 Triliun
“Untuk yang dekat seperti wilayah Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu sampai saat ini belum. Kurangnya sekitar Rp 34,5 juta,” imbuh Helmi.
Sementara itu, Ketua Umum PBSI Kota Malang, Heri Mursid Brotosejati mengaku kaget karena muncul kericuhan pada Kejuaraan Forkopimda Cup. Ia mengaku sebelumnya masih berada di luar kota.
“Saat kegiatan ini digelar, hampir tiga minggu saya tidak di Malang. Baru tahu saat telepon minta klarifikasi, mulai dari atlet binaan dan banyak pihak, termasuk pengurus provinsi juga,” ungkap Heri.
Heri pun merasa geram karena menimbulkan kehebohan pada dunia bulutangkis. Karena ia merasa sejak menjadi Ketua Umum PBSI Kota Malang beberapa periode, belum ada peristiwa yang menyebabkan keributan.
Dalam hal ini, Heri mengaku PBSI Kota Malang hanya sebagai pengantar untuk Forkopimda Cup yang digelar PMII Kota Malang ini. Karena secara izin, mereka mengarah ke PBSI Jawa Timur.
“Padahal, siapapun apa lagi mahasiswa, atau masyarakat pasti akan kami dukung semua. Ini semata kami ingin menggelorakan olahraga bulutangkis,” ungkap Heri.
Heri meminta peristiwa ini dijadikan pengalaman untuk panitia dan kelompok lain. Dan kedepan ia meminta untuk panitia agar lebih siap saat ingin menggelar kegiatan.
Pada peristiwa ini, Heri Mursid kemudian merasa kasian kepada korban. Dalam hal ini atlet yang ikut pada kejuaraan tersebut.
“Saya melihat kasian dan korban adalah atlet Kota dan Kabupaten Malang. Hak mereka belum selesai. Lalu kami ambil inisiatif untuk selesaikan tanggung jawab,” ungkap Heri.
Tapi, Heri mengaku hal ini terpaksa harus dilakukan. Tak lain karena untuk menjaga nama baik bulutangkis agar tidak ada stigma buruk di kemudian hari. “Kami tanggung jawab menyelesaikan yang belum tuntas ini,” tukas Heri.
Dalam hal ini, Heri meminta kepada semua penyelenggara kejuaraan bulutangkis agar tidak sembarangan. Seperti menjanjikan hadiah atau semacamnya jika belum memiliki anggaran yang tepat.