JATIMTIMES - Sejarah Islam mencatat banyak nama perempuan yang meninggalkan jejak gemilang, salah satunya adalah Khaulah Binti Al-Azwar, seorang ksatria wanita yang dikenang dalam episoda kepahlawanan dan keberanian di medan perang. Walaupun kisah hidupnya sering diperdebatkan, terutama oleh kalangan sejarawan, sumber utama yang menceritakan kisah heroiknya berasal dari Futuh al-Sham, karya al-Waqidi.
Nama Khaulah tak hanya dikenal sebagai pahlawan, tetapi juga sebagai simbol perjuangan perempuan dalam jihad. Khaulah Binti Al-Azwar tidak hanya dikenal sebagai wanita pemberani, tetapi juga sebagai seorang pejuang yang tangguh, terampil dalam menunggang kuda dan seni bela diri.
Baca Juga : DPRD Banyuwangi Gelar Rapat Paripurna Penetapan Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Terpilih
Sebagai salah satu mujahidah yang terkemuka, julukan-julukan seperti “Perempuan Pedang Allah”, “Bidadari Besi”, atau bahkan “Faritsul mulatsam” sering disematkan kepadanya. Keberaniannya tak jarang disejajarkan dengan Khalid bin Walid, salah satu pahlawan terbesar dalam sejarah Islam.
Lahir dari keluarga Arab murni Bani Asad, Khaulah tumbuh dalam lingkungan yang kaya dengan tradisi kepahlawanan. Ayahnya adalah seorang pejuang, dan kakaknya, Dhirar bin Al-Azwar, juga seorang ksatria yang terkenal. Dalam sejarah, Khaulah dikenal sebagai sosok yang tak kenal takut dan berdedikasi kepada perjuangan Islam setelah masuk Islam bersama keluarganya usai penaklukan Makkah.
Salah satu aksi heroik Khaulah yang paling terkenal adalah saat ia menyelamatkan saudaranya, Dhirar, yang tertawan oleh pasukan Romawi setelah pertempuran sengit. Dalam kondisi yang penuh risiko, Khaulah menyamar sebagai seorang ksatria, menaiki kudanya, dan bergegas menerobos garis pertahanan musuh. Tanpa diketahui oleh siapa pun, ia berhasil memasuki pasukan Romawi dengan tekad yang bulat untuk membebaskan saudaranya.
Kisahnya ini menarik perhatian Khalid bin Walid, yang kemudian mendekatinya dan bertanya siapa sosok ksatria pemberani ini. Dengan rendah hati, Khaulah mengungkapkan identitas dirinya, mengatakan bahwa ia berjuang bukan hanya karena rasa malu terhadap Khalid, tetapi karena cinta yang mendalam untuk saudaranya. Perkataan Khaulah ini menjadi salah satu momen paling mengesankan dalam sejarah kepahlawanan Islam.
Khalid dan pasukannya yang terkesan dengan keberanian Khaulah, langsung bertindak dan melancarkan serangan untuk menyelamatkan Dhirar. Dalam pertempuran yang sengit, Khaulah turut berperang hingga akhirnya saudaranya berhasil dibebaskan.
Tak hanya sebagai pejuang tangguh, Khaulah Binti Al-Azwar juga dikenal sebagai seorang penyair. Karya-karyanya, yang banyak mengisahkan tentang perjuangan dan kehilangan, turut memperkaya khazanah sastra Arab. Salah satu puisi terkenalnya adalah ketika ia berkabung atas kematian saudara laki-lakinya, Dhirar. Dalam puisi tersebut, ia menulis:
"Jadi bagaimana seseorang yang kelopak matanya sakit bisa tidur? Aku akan menangis selama aku hidup untuk saudara laki-lakiku siapa yang lebih aku sayangi daripada mata kananku. Jika aku berhasil menyusulnya dalam keadaan mati, itu akan mudah bagi saya, karena itu tidak mudah. Kita satu kelompok, siapa pun yang mati di antara kita tidak mati atas kematian orang yang tunduk."
Baca Juga : Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia U-20 vs Iran: Duel Sengit di Laga Pembuka
Puisi ini menggambarkan kedalaman perasaan dan betapa besar kasih sayangnya terhadap saudara laki-lakinya, serta kesedihan yang mendalam atas kehilangan tersebut. Meskipun berbagai perdebatan masih mewarnai kisah hidup Khaulah, tak dapat dipungkiri bahwa ia meninggalkan warisan besar dalam sejarah Arab dan Islam.
Kisah kepahlawanan dan keberaniannya terus diceritakan turun-temurun, menginspirasi banyak generasi, terutama perempuan. Khaulah menjadi simbol perjuangan dan kekuatan, menunjukkan bahwa perempuan juga dapat berperan besar dalam perjuangan, bahkan di medan perang.
Khaulah binti Al-Azwar meninggal pada tahun 35 H dan konon dimakamkan di Al-Balqa. Namun, kisahnya tetap hidup dalam budaya Arab dan dunia Islam, menjadi bahan renungan tentang keteguhan hati, keberanian, dan cinta yang tanpa batas untuk perjuangan.