JATIMTIMES - Bidikan lensa kamera tajam mengarah pada sosok wanita dengan kostum bak dari negeri dongeng. Mimik wajah tegas, hingga centil menggemaskan, ataupun lucu dan ceria mampu diperankannya dengan lihai. Mengikuti setiap emosi kostum yang dikenakan. Layaknya merubah diri menjadi sosok lain dalam dunia animasi Jepang dan video game.
Begitulah cara Feni membebaskan ekspresi diri. Lewat Costume Play (Cosplay), ia menemukan cara baru dalam bersenang-senang dengan menjiwai karakter fiksi. Tontonan masa kecilnya ikut mempengaruhi kecintaan pada animasi Jepang (Anime) dan budaya populernya hingga kini.
Baca Juga : Gunung Kelud Dikabarkan Bakal Erupsi, Benarkah?
Hobi Feni Chi Kini Jadi Profesi
Kalender menunjukkan tahun 1997 waktu dara asli Malang itu dilahirkan dari keluarga sederhana. Feni Kartika nama aslinya, saat-saat belia tak lepas dari ragam tontonannya yang memicu imajinasi. Dia mendapati pengayaan wawasan, prinsip pertemanan, juga banyak nilai kehidupan lainnya dari cerita dan setiap karakter dalam sebuah Anime.
Di antara kalangan penikmat Cosplay dan budaya pop Jepang, Feni Kartika punya panggilan panggung Feni Chi. Dunia yang digeluti sejak lulus SMA itu merubah hobi jadi profesi kedua yang terbilang menyenangkan, juga menjadi penghasilan.
Perkembangan teknologi membuatnya juga berkembang jauh dibanding dulu. Ia yang mendapati diri seorang pemalu kini ekspresif dan percaya diri ketika berkostum karakter, apapun yang ia ingin tiru. Dunia maya memudahkan referensi, sampai memperbanyak koneksi rekan-rekan se-hobi yang banyak dikenal.
Dari kostum satu ke kostum lainnya, Feni semakin tumbuh menjadi diri yang baru. Sepanjang menjalani hobi, perjalanan yang tak mudah musti dilalui. Menabung demi modal awal perlengkapan sang karakter fiksi, tantangan restu keluarga, hingga pandangan miring dihadapinya dengan jatuh bangun.
![.](https://risetcdn.jatimtimes.com/images/2025/02/11/5ab3d464c7f2.jpg)
Dari Anime hingga Video Game
Perjalanan dunia Cosplay Feni bagai menyelami satu demi satu cerita komik, serial animasi, film, dan gim virtual (video game) di hidupnya. Itu sejak usia sekolah dasar hingga dewasa. Makin lama, makin banyak pula yang kenal dan disenangi.
"Kalau masa kecil suka nonton Naruto, suka ceritanya dan karakternya dulu," kata perempuan ramah dan murah senyum itu.
Tujuh tahun belakangan, wanita yang tinggal di Perum Omah View Kedungkandang Kota Malang itu memulai ketertarikannya saat banyak mengetahui Cosplayer (sebutan untuk orang yang menggeluti Cosplay) nampang di berbagai festival. Karakter unik dari tontonan dan bacaannya sejak SD ditampilkan bak model, memaksa matanya tercekat.
Keinginannya pun akhirnya mulai tumbuh, menabung adalah jalan awalnya untuk memiliki kostum pertama. Kala itu ia baru selesai ujian nasional semasa SMA. "Bingung mau ngapain lagi habis lulus, akhirnya tertarik mau bikin kostum sendiri. Tapi belum banyak uang akhirnya mulai nabung uang jajan sendiri untuk beli bahan dan dijahitkan," ceritanya.
Uang senilai Rp 200 ribu untuk modal kostum pertama memaksanya rela menukar tabungan. Bagi Feni yang belum berpenghasilan nilai itu terasa mahal, tapi menyurutkan semangatnya. Selanjutnya melengkapi dengan asesoris sendiri usai kostum rampung dibuat.
"Tapi akhirnya dapat apa yang ingin saya punya," kisahnya riang.
Feni membiarkan dirinya mengalir dan semakin berupaya membebaskan ekspresi, belajar dan bersenang-senang bersama rekannya sesama penikmat Cosplay. Bergabung dengan komunitas adalah pilihannya untuk semakin luas menyambung koneksi.
Vanilla, karakter Seri gim Nekopara jadi karakter pertama yang ia kenakan. Rasa senangnya tak terbendung, dan lantas membuatnya ketagihan dengan cosplay. Sedikit demi sedikit ia kumpulkan uang untuk memproduksi kostum. Lamat-lamat ia sudah memiliki banyak karakter yang ia suka.
Semakin lama, ia semakin banyak mengenal dan mendalami beberapa karakter dan serial Anime hingga game dan film.
Baca Juga : Puguh DPRD Jatim Sepakat Rencana Menkomdigi Terkait Pembatasan Medsos Bagi Anak
"Yang pernah pakai banyak, kayak Megurine (Luka Vocaloid), Arthuria Lancer (FGO), Jeanne Alter (FGO), Maki Nishikio (Love Live), Mikaela Hyakuya (Owari no Seraph), Nagato (Kancolle), Lisa (Genshin Impact),Raiden Shogun (Genshin Impact), masih banyak lagi," rinci wanita yang juga Freelancer Desain Grafis itu.
![..](https://risetcdn.jatimtimes.com/images/2025/02/11/ee70c31d2679.jpg)
Perlahan tapi pasti, Feni pun kerap mengikuti festival, ataupun kontes di Malang maupun luar kota. Feni mampu membuktikan diri bisa mendalami karakter, menyalurkan emosi dan menjiwai dengan segala kemiripannya dengan dalam anime atau game. Nama Feni Cho si Cosplayer pun semakin dikenal.
Dari komunitas an aktivitas cosplay, Feni pun memiliki banyak teman dan sempat memiliki pengalaman unik. Jika ada event cosplay, ia bisa menjadi layaknya artis dadakan. Dimintai foto sana-sini. Kemiripan dengan tokoh fiksi yang dibawa jadi magnet siapa saja saat Feni berada dalam event cosplay.
Koleksi kostumnya pun tak lepas begitu saja dan sia sia. Feni merambah bisnis persewaan, mengalir landai hingga deras. Keunikan kostumnya membuat jasanya dilirik banyak peminat cosplay.
"Ya, senang dan bangga sih, kan bisa ada penghasilan ternyata," ucap alumnus Wearness Education Center dan Kampus Asia Malang itu.
Jasanya dipercaya banyak orang penikmat cosplay. Total sekitar 50 kostum yang ia punya. Dari 50 kostum itu, tak kurang 20-30 kostum mamu dia sewakan dalam sekali event. Biaya sewa Rp 50-150 ribu untuk sekitar tiga hari masa pinjam adalah nilai yang lumayan bagu wanita kelahiran 1997 itu.
Musim ramai event cosplay selalu dinanti. Bagaimana tidak, ia pernah melayani empat kali penyewaan dengan event berbeda dalam sebulan.
Tantangan menyediakan kostum dirasanya susah susah gampang. Tak jarang ada saja komponen langka yang sulit dicari di pasaran. Bagi Feni, itu hanya masalah kecil yang tak menyurutkan kesenangannya. Keluarga yang dulunya tak mendukung kini mulai membuka diri. Membiarkan Feni berekspresi, menjalani apa yang dia suka. Ia pun berhasil membuktikan bahwa apa yang dikerjakannya bukan cuma hobi yang boros waktu dan uang, justru membawa berkah lain yang rak diduga.
Feni menginginkan cosplay di Malang semakin tumbuh di lingkungan yang baik. Wajah-wajah baru cosplayer menjadi semangatnya. Feni tak ingin siapapun yang tertarik berakhir karwna keraguan. Ia pun yakin banyak manfaat dan nilai yang bisa diambil. Tak hanya sekadar kostum dan ketertarikan budaya. Melainkan pertemanan, koneksi, pengetahuan, hingga beragam sumber cuan.
Belum ada alasan bagi Feni untuk tidak bertahan. Sebaliknya menemukan diri yang baru di dunianya kini adalah alasan kuat untuk terus berkarya. Feni pun tetap merasa bisa menjadi diri sendiri. Berusaha selalu ramah dan terbuka bagi siapa saja.
Merasa cosplay cukup pesat berkembang dengan peminatnya yang semakin tumbuh dan berbuah. Feni Kartika ingin apa yang digelutinya ini terus eksis, sebagai karya seni dan wadah kreatifitas. Sebab, Cosplay menjelma energi positif untuk ekspresi jiwanya.