JATIMTIMES - Belum sepekan tayang, film A Business Proposal versi Indonesia mulai turun layar di beberapa bioskop tanah air.
Tayang sejak Kamis 6 Februari 2025 lalu, film tersebut hanya berhasil menarik 6.900 penonton. Angka tersebut terus menunjukkan penurunan di seluruh bioskop tanah air.
Baca Juga : Pro-Kontra RUU KUHAP, Pakar Hukum Unidha Perlu Tambahan Sanksi bagi Penyidik Melebihi Deadline
Berdasarkan perhitungan di tiga jaringan bioskop terbesar di Indonesia, Cinema XXI, Cinepolis, dan CGV, pada Selasa (11/2), film ini tersisa tayang di 52 bioskop di seluruh Indonesia.
Sementara menurut data Badan Perfilman Indonesia per Februari 2024, jumlah bioskop tersebar di 517 lokasi dengan jumlah layar mencapai 2.145. Artinya, film ini hanya ditayangkan di kisaran 10 persen lokasi bioskop di Indonesia.
Meskipun demikian, film yang dibintangi Abidzar dan Ariel Tatum ini masih berpeluang ditayangkan di sejumlah bioskop independen yang menyebar di berbagai kabupaten dan kota di Indonesia walau jumlahnya tidak signifikan.
Dari penghitungan di tiga jaringan bioskop terbesar, jaringan Cinema XXI menjadi bioskop paling sedikit menayangkan A Business Proposal, yakni dengan 14 bioskop di 10 kota di Indonesia.
Kemudian Cinepolis masih menayangkan film ini di 15 bioskop di 12 kota di seluruh Indonesia. Sedangkan jaringan CGV menjadi jaringan bioskop paling banyak yang masih menayangkan film ini, yakni dengan 23 bioskop di 16 kota.
Secara keseluruhan, A Business Proposal masih tayang di 52 bioskop tiga jaringan raksasa di 24 kota di seluruh Indonesia. Rata-rata secara kasar, hanya ada dua bioskop per kota yang menayangkan film ini.
Bioskop yang Masih Memutar Film A Business Proposal
Berikut sebaran kota yang masih menayangkan film ini per 11 Februari 2025 atau pada hari keenam penayangan di 3 jaringan bioskop raksasa di Indonesia:
- Bali (Cinepolis)
- Balikpapan (Cinepolis, CGV)
- Bandung (XXI, Cinepolis, CGV)
- Batam (XXI, Cinepolis)
- Bekasi (XXI, CGV)
- Cirebon (CGV)
- Depok (CGV)
- Jakarta (XXI, Cinepolis, CGV)
- Karawang (CGV)
- Ketapang (Cinepolis)
- Kupang (Cinepolis)
- Makassar (XXI)
- Manado (Cinepolis)
- Mataram (CGV)
- Medan (XXI, Cinepolis, CGV)
- Palembang (CGV)
- Pekanbaru (CGV)
- Purwakarta (CGV)
- Semarang (XXI, Cinepolis)
- Serang (Cinepolis, CGV)
- Solo (CGV)
- Surabaya (XXI, Cinepolis)
- Tangerang (XXI, Cinepolis, CGV)
- Yogyakarta (XXI, CGV).
Imbas Pernyataan Kontroversial Abidzar
Minimnya jumlah penonton dikaitkan dengan pernyataan kontroversial yang dibuat oleh pemeran utama film ini, Abidzar Al-Ghifari. Dalam konferensi pers sebelum film dirilis, Abidzar mengaku tidak menonton versi asli drama Korea, Business Proposal, maupun membaca webtoon aslinya karena ingin menciptakan karakter versinya sendiri.
Pernyataan itu memantik kritik dari para penggemar drama Korea yang menilai aktor utama seharusnya memahami sumber adaptasi yang dimainkan. Seruan boikot pun mulai bermunculan. Kritik terhadap Abidzar semakin memuncak setelah ia menyebut para penggemar drama Korea sebagai ‘fanatik’ dan ‘rasis’. Komentar itu membuat kelompok penggemar—yang seharusnya menjadi target utama film ini—semakin kecewa. Banyak dari mereka menyerukan boikot film di media sosial sebagai bentuk protes.
Baca Juga : Arema FC vs PSM Makassar: Hujan Peluang, Drama Kartu Merah, Skor Sama Kuat
Sadar bahwa kontroversi semakin meluas, Abidzar dan pihak Falcon Pictures kemudian mengunggah permintaan maaf di Instagram. Namun, reaksi negatif tampaknya sudah telanjur berdampak pada minat penonton. Dalam salah satu pernyataannya, Abidzar bahkan sempat mengatakan bahwa ia tidak masalah jika orang-orang memilih untuk tidak menonton filmnya.
Fenomena cancel culture alias boikot tampaknya juga semakin kuat di industri hiburan Indonesia. Kontroversi sekecil apa pun kini dapat berdampak besar pada penerimaan publik terhadap sebuah karya. Kasus A Business Proposal menunjukkan bagaimana pernyataan seorang aktor bisa menjadi faktor penentu dalam keberhasilan atau kegagalan sebuah film, terutama untuk proyek adaptasi yang sudah memiliki basis penggemar setia.