free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Garis Darah Majapahit: Raden Ayu Mangkorowati dan Pengaruhnya pada Pangeran Diponegoro

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

07 - Feb - 2025, 09:50

Placeholder
Keraton Yogyakarta, tempat lahir Pangeran Diponegoro, menyimpan jejak sejarah Raden Ayu Mangkorowati—sang ibu yang menurunkan darah ningrat dan semangat perjuangan kepada putranya. (Foto: Aunur Rofiq/ JatimTIMES)

JATIMTIMES -Sejarah bangsa Indonesia kerap kali mengangkat tokoh-tokoh besar yang menginspirasi perlawanan terhadap penjajahan. Salah satunya adalah Pangeran Diponegoro, pahlawan Perang Jawa (1825–1830). 

Namun, di balik nama besar Diponegoro, terdapat seorang ibu yang memiliki warisan darah mulia dari Majapahit, yaitu Raden Ayu Mangkorowati. Artikel ini mengupas tuntas silsilah Raden Ayu Mangkorowati, menelusuri asal-usulnya, dan bagaimana pengaruh darah leluhurnya dalam membentuk karakter Diponegoro.

Baca Juga : Disbudpar Banyuwangi Minta Penggunaan Kostum Penari Gandrung Ikuti Pakem

Dari Reruntuhan Majapahit Menuju Penyebaran Islam di Jawa

Silsilah Raden Ayu Mangkorowati berawal dari Sri Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit ke-VII. Setelah keruntuhan Majapahit pada tahun 1478 M, para putra Brawijaya V menyebar ke berbagai daerah. Salah satunya adalah Raden Joko Dolog, putra ke-117, yang memilih jalan spiritual. Ia bertapa di pinggir Kali Progo dan kemudian berganti nama menjadi Wasi Bageno.

Wasi Bageno melanjutkan perjalanan spiritualnya ke Gunung Jambalkat di Bayat, tempat ia berguru kepada Sunan Kalijaga dan memeluk Islam. Dengan ajaran baru, Wasi Bageno mendirikan Pedukuhan Jatinom dan menyebarkan Islam di sana. Jejak spiritual ini menandai pergeseran dari keagungan Majapahit menuju semangat penyebaran agama Islam di Jawa.

Nyai Ajeng Pangeran Panggung Wasisworo, putri Wasi Bageno, menikah dengan Pangeran Panggung Wasisworo. Dari pernikahan ini lahir beberapa tokoh penting, termasuk Tumenggung Parampelan dan Pangeran Pangalasan Domas. Tumenggung Parampelan menikahi putri Tumenggung Mayang Pajang, mengikat garis keturunan mereka dengan Pangeran Benowo dari Kesultanan Pajang.

Dari perkawinan tersebut lahirlah Raden Ayu Benowo yang menikah dengan Pangeran Benowo, putra Sultan Hadiwijaya Pajang. Pernikahan ini menegaskan hubungan silsilah Mangkorowati dengan kerajaan Pajang dan Mataram, memperkuat status sosial keluarganya.

Pangeran Pangalasan Domas melanjutkan garis keturunan hingga Kyai Gendung Barung yang menikah dengan putri Pangeran Benowo Pajang. Melalui keturunan ini, Raden Ayu Mangkorowati lahir. Garis keturunan ini menegaskan perpaduan antara darah Majapahit, Pajang, dan Mataram, menciptakan fondasi yang kuat dalam tradisi dan keagamaan.

Kyai Gendung Barung tidak hanya menjaga tradisi keluarga, tetapi juga berperan dalam menyebarkan ajaran Islam, mencerminkan pengaruh Sunan Kalijaga yang diterima leluhurnya. Peran kultural dan spiritual keluarga ini mengakar dalam diri Mangkorowati, yang kemudian diwariskan kepada Pangeran Diponegoro.

Sebagai garwa ampil (istri selir) Sultan Hamengkubuwono III, posisi Raden Ayu Mangkorowati mungkin tidak sekuat permaisuri, tetapi pengaruhnya besar dalam keluarga kerajaan. Ia melahirkan RM Ontowiryo yang kemudian dikenal sebagai Pangeran Diponegoro.

Didikan Mangkorowati terhadap Diponegoro tidak hanya mencakup nilai-nilai keislaman tetapi juga semangat perlawanan yang diwariskan dari leluhurnya. Meski tumbuh jauh dari keraton, di Tegalrejo, Diponegoro tetap terhubung dengan tradisi istana dan nilai-nilai luhur keluarga.

Garis keturunan Raden Ayu Mangkorowati menunjukkan adanya integrasi antara darah bangsawan dan ulama, menciptakan landasan kuat bagi Diponegoro dalam memimpin Perang Jawa. Warisan spiritual Wasi Bageno dan pernikahan strategis dengan keturunan Pajang dan Mataram memberikan legitimasi kekuasaan dan moralitas yang diperlukan Diponegoro untuk memimpin perlawanan.

Silsilah ini mencerminkan pola umum dalam sejarah Jawa, di mana aliansi politik dan agama menjadi basis kekuatan. Pengaruh Sunan Kalijaga melalui Wasi Bageno memperlihatkan bagaimana nilai-nilai Islam diteruskan dan diintegrasikan ke dalam kekuasaan politik. Sementara itu, keterkaitan dengan Pajang dan Mataram menunjukkan pentingnya hubungan kekerabatan dalam mempertahankan status dan pengaruh.

Raden Ayu Mangkorowati bukan sekadar istri selir dalam dinasti Mataram. Ia adalah simbol dari kesinambungan tradisi Majapahit, Pajang, dan Mataram, serta pewaris nilai-nilai spiritual Sunan Kalijaga. Melalui silsilahnya, kita memahami bahwa perjuangan Diponegoro tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan manifestasi dari sejarah panjang keluarga yang mengintegrasikan kekuasaan, agama, dan kebudayaan.

Penting bagi kita untuk tidak melupakan sosok-sosok seperti Raden Ayu Mangkorowati dalam narasi sejarah. Mereka mungkin tidak berada di garis depan peperangan, tetapi peran mereka dalam membentuk pemimpin besar tak dapat diabaikan. Dalam setiap tindakan Diponegoro, terdapat jejak didikan dan warisan ibunya yang agung.

Kisah Raden Ayu Mangkorowati adalah pengingat bahwa di balik setiap pahlawan, ada sosok ibu yang memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan semangat juangnya. Dengan menggali silsilah dan peranannya, kita memberikan penghormatan yang selayaknya kepada mereka yang berada di balik layar sejarah.

Kyai Gendung Barung: Jejak Kultural dan Spiritual

Pangeran Pangalasan Domas melanjutkan garis keturunan hingga Kyai Gendung Barung yang menikah dengan putri Pangeran Benowo Pajang. Melalui keturunan ini, Raden Ayu Mangkorowati lahir. Garis keturunan ini menegaskan perpaduan antara darah Majapahit, Pajang, dan Mataram, menciptakan fondasi yang kuat dalam tradisi dan keagamaan.

Baca Juga : Persewangi Banyuwangi Tuan Rumah Babak 8 Besar Liga 4 PSSI Jatim

Kyai Gendung Barung tidak hanya menjaga tradisi keluarga, tetapi juga berperan dalam menyebarkan ajaran Islam, mencerminkan pengaruh Sunan Kalijaga yang diterima leluhurnya. Peran kultural dan spiritual keluarga ini mengakar dalam diri Mangkorowati, yang kemudian diwariskan kepada Pangeran Diponegoro.

Raden Ayu Mangkorowati: Garwa Ampil yang Menjadi Ibu Pemimpin Perang Jawa

Sebagai garwa ampil (istri selir) Sultan Hamengkubuwono III, posisi Raden Ayu Mangkorowati mungkin tidak sekuat permaisuri, tetapi pengaruhnya besar dalam keluarga kerajaan. Ia melahirkan RM Ontowiryo yang kemudian dikenal sebagai Pangeran Diponegoro.

Didikan Mangkorowati terhadap Diponegoro tidak hanya mencakup nilai-nilai keislaman tetapi juga semangat perlawanan yang diwariskan dari leluhurnya. Meski tumbuh jauh dari keraton, di Tegalrejo, Diponegoro tetap terhubung dengan tradisi istana dan nilai-nilai luhur keluarga.

Suami Raden Ayu Mangkorowati, Sultan Hamengkubuwono III, adalah tokoh yang berada di pusaran politik kolonial yang kompleks. Lahir pada 20 Februari 1769, Sultan Hamengkubuwono III memerintah Yogyakarta dalam masa-masa genting ketika kekuasaan kolonial bergeser dari Belanda ke Inggris, lalu kembali ke tangan Belanda.

Pengangkatannya sebagai Sultan pertama kali pada 1810 oleh Herman Willem Daendels merupakan dampak langsung dari konflik antara Belanda dan Sultan Hamengkubuwono II. Meski singkat, pemerintahannya sebagai Sultan menjadi babak penting dalam sejarah politik Yogyakarta. Ketegangan antara istana dan kekuatan asing menciptakan perubahan besar, termasuk pembatasan kekuatan militer keraton dan redistribusi wilayah kepada Inggris dan sekutunya.

Di tengah situasi politik yang rumit, Sultan Hamengkubuwono III menunjukkan keberanian dan diplomasi yang kuat, meskipun pengaruh kolonial tidak dapat sepenuhnya diredam. Pengaruh ini turut membentuk dinamika keluarga kerajaan, termasuk kehidupan Pangeran Diponegoro, yang memilih mengasingkan diri ke Tegalrejo untuk mendalami agama daripada terlibat dalam intrik politik istana.

Analisis dan Ulasan: Pengaruh Silsilah Terhadap Perjuangan Diponegoro

Garis keturunan Raden Ayu Mangkorowati menunjukkan adanya integrasi antara darah bangsawan dan ulama, menciptakan landasan kuat bagi Diponegoro dalam memimpin Perang Jawa. Warisan spiritual Wasi Bageno dan pernikahan strategis dengan keturunan Pajang dan Mataram memberikan legitimasi kekuasaan dan moralitas yang diperlukan Diponegoro untuk memimpin perlawanan.

Silsilah ini mencerminkan pola umum dalam sejarah Jawa, di mana aliansi politik dan agama menjadi basis kekuatan. Pengaruh Sunan Kalijaga melalui Wasi Bageno memperlihatkan bagaimana nilai-nilai Islam diteruskan dan diintegrasikan ke dalam kekuasaan politik. Sementara itu, keterkaitan dengan Pajang dan Mataram menunjukkan pentingnya hubungan kekerabatan dalam mempertahankan status dan pengaruh.

Kesimpulan: Warisan yang Terpatri dalam Sejarah

Raden Ayu Mangkorowati bukan sekadar istri selir dalam dinasti Mataram. Ia adalah simbol dari kesinambungan tradisi Majapahit, Pajang, dan Mataram, serta pewaris nilai-nilai spiritual Sunan Kalijaga. Melalui silsilahnya, kita memahami bahwa perjuangan Diponegoro tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan manifestasi dari sejarah panjang keluarga yang mengintegrasikan kekuasaan, agama, dan kebudayaan.

Penting bagi kita untuk tidak melupakan sosok-sosok seperti Raden Ayu Mangkorowati dalam narasi sejarah. Mereka mungkin tidak berada di garis depan peperangan, tetapi peran mereka dalam membentuk pemimpin besar tak dapat diabaikan. Dalam setiap tindakan Diponegoro, terdapat jejak didikan dan warisan ibunya yang agung.

Kisah Raden Ayu Mangkorowati adalah pengingat bahwa di balik setiap pahlawan, ada sosok ibu yang memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan semangat juangnya. Dengan menggali silsilah dan peranannya, kita memberikan penghormatan yang selayaknya kepada mereka yang berada di balik layar sejarah.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya Pangeran Diponegoro Diponegoro sejarah pahlawan nasional Raden Ayu Mangkorowati



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Sri Kurnia Mahiruni