JATIMTIMES – Dalam sejarah panjang peradaban manusia, nama Mansa Musa sering disebut sebagai individu terkaya yang pernah ada. Raja Kekaisaran Mali yang hidup pada abad ke-14 ini bukan hanya seorang pemimpin, tetapi juga seorang filantropis dengan kekayaan yang nyaris tak terhitung. Sejarawan bahkan menyebut jumlah hartanya mencapai kisaran 400 hingga 500 miliar dolar AS, atau setara dengan Rp 6.549 triliun hingga Rp 8.175 triliun saat ini.
Diolah dari BBC, Mansa Musa lahir pada tahun 1280 dalam keluarga para penguasa Kekaisaran Mali, sebuah kerajaan yang menguasai hampir separuh pasokan emas dunia pada masanya. Kekaisaran ini memiliki sumber daya alam berlimpah, terutama emas dan garam, yang menjadi komoditas utama perdagangan di Afrika, Asia, dan Eropa.
Baca Juga : 3 Doa Nabi Daud: Luluhkan Hati Keras hingga Buka Perasaan
"Sebagai penguasa, Mansa Musa punya akses yang hampir tidak terbatas terhadap sumber-sumber kekayaan paling bernilai pada abad pertengahan," ungkap Kathleen Bickford Berzock, seorang spesialis seni Afrika dari Block Museum of Art, Universitas Northwestern.
Kekayaannya semakin bertambah berkat aktivitas perdagangan yang pesat di wilayah kekuasaannya. Mali, di bawah kepemimpinannya, menjadi pusat perdagangan emas yang menjadikannya raja dengan pengaruh ekonomi luar biasa.
Salah satu peristiwa yang paling dikenang dalam sejarah kepemimpinannya adalah perjalanan hajinya ke Makkah. Mansa Musa berangkat dengan iring-iringan mewah yang berisi 60.000 orang, termasuk pejabat kerajaan, tentara, pedagang, hingga 12.000 budak. Rombongan ini juga membawa ratusan unta yang mengangkut emas murni dalam jumlah besar.
Saat singgah di Kairo, ia dengan murah hati membagikan emas kepada penduduk setempat. Namun, tanpa disadari, kedermawanannya justru menyebabkan inflasi besar-besaran di wilayah tersebut. Harga barang-barang melonjak drastis, dan dampaknya terasa hingga satu dekade setelahnya.
Sejarawan dari Universitas California, Rudolph Butch Ware, menyebut kekayaan Musa begitu besar sehingga hampir mustahil untuk dihitung. Bahkan, banyak ekonom sepakat bahwa harta yang dimilikinya terlalu luar biasa untuk sekadar dikonversikan dalam angka.
Tidak hanya fokus pada kekayaan, Mansa Musa juga berkontribusi besar dalam bidang pendidikan dan arsitektur. Ia membangun sekolah, perpustakaan, serta masjid yang masih berdiri hingga kini. Timbuktu, salah satu kota di wilayahnya, berkembang menjadi pusat budaya dan keilmuan di Afrika Barat berkat investasinya dalam pendidikan.
Baca Juga : Doa untuk Ibu: Wujud Bakti dan Kasih yang Tak Terhingga
Ia juga bekerja sama dengan cendekiawan Islam dan arsitek ternama seperti Abu Es Haq es Saheli, seorang penyair dan arsitek Andalusia. Mansa Musa bahkan membayar mereka hingga 200 kilogram emas untuk membangun berbagai infrastruktur yang memperkuat Mali sebagai pusat intelektual dunia Islam saat itu.
Setelah meninggal pada tahun 1337 di usia 57 tahun, Mansa Musa digantikan oleh putra-putranya. Namun, kejayaan Kekaisaran Mali perlahan memudar akibat perselisihan internal dan tekanan dari luar. Kerajaan yang pernah berjaya itu akhirnya runtuh dan tak lagi terdengar di panggung dunia.
Meski demikian, warisan Mansa Musa tetap hidup dalam sejarah. Ia tidak hanya dikenal sebagai orang terkaya sepanjang masa, tetapi juga sebagai seorang pemimpin yang mengubah Mali menjadi pusat ekonomi dan keilmuan di dunia Islam.