JATIMTIMES - Di era digital seperti sekarang, aplikasi kencan atau dating apps telah banyak merevolusi orang untuk menjalin hubungan asmara.
Dengan penggunaannya yang sederhana yakni cukup swipe right jika cocok atau swipe left jika tidak cocok memungkinkan orang untuk bisa memilih dan membangun komunikasi terlebih dahulu sebelum menjalin asmara.
Baca Juga : Operasi Keselamatan Semeru 2025 di Kota Batu Mulai 10 Februari, Sasar 10 Pelanggaran Berpotensi Fatal
Hal ini membuat proses pencarian pasangan terasa lebih efisien dan tidak membuang-buang waktu untuk menjalin hubungan yang kurang cocok.
Namun dibalik itu semua, penggunaan aplikasi kencan juga memiliki risiko yang cukup besar terhadap kesehatan mental.
Peneliti dari Flinders University, Zac Bowman bersama rekannya melakukan tinjauan sistematis dari 45 hasil studi yang melihat penggunaan aplikasi kencan dan bagaimana itu dikaitkan dengan citra tubuh dan kesehatan mental. Citra tubuh adalah persepsi atau perasaan seseorang terhadap penampilannya sendiri, biasanya berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan daya tarik tubuh.
Dari sebanyak 45 penelitian yang dianalisis dipublikasikan pada periode tahun 2016-2023, 29 di antaranya meneliti dampak aplikasi kencan pada kesehatan mental dan kesejahteraan dan 22 penelitian membahas dampak pada citra tubuh (sebagian penelitian memeriksa keduanya).
Hasil analisis yang dilakukan menemukan 85 persen (19 dari 22) penelitian yang meneliti citra tubuh menemukan hubungan negatif yang signifikan antara penggunaan aplikasi kencan dan citra tubuh. Sedangkan hampir 50 persen (14 dari 29) dari penelitian dampak kesehatan mental menemukan adanya korelasi negatif.
"Penelitian tersebut mencatat adanya hubungan dengan masalah termasuk ketidakpuasan terhadap tubuh, gangguan makan, depresi, kecemasan, dan harga diri yang rendah," kata Bowman dikutip dari The Conversation, Sabtu (8/2/2025).
Lalu dalam penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui korelasi sebab akibat dari kebiasaan menggunakan aplikasi kencan.
Meski begitu, peneliti memiliki beberapa teori yang diduga memicu kenaikan risiko masalah kesehatan mental hingga citra diri pada pengguna dating apps. Salah satunya adalah penggunaan foto sebagai media visual utama untuk menilai calon teman kencan.
Baca Juga : Strategi Pasang Iklan di Marketplace, Siap-Siap Penjual Online Untung Banyak
Pengguna aplikasi seringkali mengevaluasi profil terutama melalui foto yang ditampilkan. Keputusan seseorang untuk memilih 'menyukai' seseorang masih ditentukan terutama dari penampilan fisik.
"Penekanan pada konten visual pada aplikasi kencan ini, pada kelanjutannya dapat menyebabkan pengguna memandang penampilan mereka lebih penting daripada siapa mereka sebagai pribadi. Proses ini disebut objektifikasi diri," kata Bowman.
Orang yang mengalami objektifikasi diri cenderung lebih memerhatikan penampilan mereka secara berlebihan. Ini berpotensi menyebabkan ketidakpuasan terhadap tubuh, rasa malu terhadap tubuh, atau masalah lain yang berkaitan dengan citra tubuh.
Sedangkan dalam konteks kesehatan mental dan kesejahteraan, Bowman menduga ini berkaitan dengan adanya penolakan ketika menggunakan aplikasi kencan. Penolakan ini bisa bersifat tersirat, eksplisit, hingga diskriminasi atau pelecehan.
Pengguna yang sering mengalami penolakan mungkin lebih mungkin memiliki harga diri yang lebih rendah, gejala depresi, hingga kecemasan.
"Dan jika penolakan dianggap berdasarkan penampilan, hal ini dapat kembali mengarah pada masalah citra tubuh," tandasnya.