JATIMTIMES - Gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Malang hampir mencapai penghujung. Pasangan calon (paslon) nomor urut 1, Wahyu Hidayat dan Ali Muthohirin berhasil mendapat perolehan suara tertinggi pada hasil hitung cepat.
Kehadiran Wahyu Hidayat di lingkaran Pemerintah Kota (Pemkot) Malang sendiri juga terbilang cukup mengejutkan. Pasalnya, selama ini dirinya lebih dikenal sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang.
Baca Juga : Kemiskinan yang Memiliki Keutamaan di Akhirat
Karirnya sebagai seorang ASN pun memang ia awali di Pemkab Malang. Hingga akhirnya mendapat tugas dengan menduduki jabatan tertinggi, yakni sebagai sekretaris daerah (Sekda) Kabupaten Malang.
Namanya semakin dikenal saat ia kembali mendapatkan tugas dari pemerintah untuk memimpin Kota Malang sebagai Pj Kepala Daerah. Setelah memimpin selama 10 bulan 17 hari sebagai Pj Wali Kota Malang, Wahyu memilih untuk menyudahi karirnya sebagai birokrat, dan mulai menapaki karir di jalur politik.
Sementara itu, sebelum menjadi Sekda Kabupaten Malang, pria kelahiran Malang pada 17 Desember 1966 ini telah menduduki sejumlah jabatan. Mulai dari Camat Tajinan dan menjadi pimpinan di sejumlah organisasi perangkat daerah.
Seperti Dinas Perikanan, Dinas Pengairan dan Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (DPKPCK) Kabupaten Malang. Hingga kemudian menjabat sebagai Sekda Kabupaten Malang.
Sebelum menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) Wahyu memiliki keahlian sebagai perencana wilayah kota. Selain itu, dirinya juga cukup dikenal sebagai konsultan tata ruang (planologi).
Selain sebagai alumni Teknik Planologi Institut Teknologi (ITN) Malang, dirinya juga sempat mendapat tugas untuk menimba ilmu di Rotterdam, Belanda untuk bidang keilmuan yang sama, yakni tata perencanaan wilayah kota.
Sementara itu, karir politiknya ia mulai saat memutuskan untuk turut dalam kontestasi perebutan kursi N1. Wahyu Hidayat yang sebelumnya dikenal sebagai birokrat tulen akhirnya berbaju Partai Gerindra, untuk maju dalam Pilkada Kota Malang.
Pada kontestasi tersebut, Wahyu diusung oleh sebanyak 14 partai politik. Yakni Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan partai-partai non parlemen.
Baca Juga : Bagaimana Cara Wudhu di Pesawat? Ini Penjelasan Buya Yahya
“Iya seluruh tahapan-tahapan dan proses saya bisa lalui meski panjang. Dan hasilnya sangat memuaskan. Ini adalah wujud pengabdian saya. Saya Arek Malang asli saya ingin berkontribusi mengabdi untuk Kota Malang,” ujar Wahyu.
Sementara itu, sebagai wakil pendamping Wahyu Hidayat dalam Pilkada Kota Malang, Ali Muthohirin sebelumnya lebih dikenal sebagai seorang pengusaha. Ali sendiri sebelum terjun ke bidang politik, ia lebih dulu dikenal sebagai pebisinis di bidang kuliner dan properti.
Perjalanan politiknya di Kota Malang ia mulai saat Pemilihan Presiden (Pilpres) Lalu. Dimana saat itu, Ali mendapat tugas untuk menjadi koordinator dalam unsur relawan Gibran Rakabuming Raka.
Keberhasilannya sebagai suksesor Kawan Gibran di Kota Malang, juga disebut menjadi alasan dirinya mendapat tiket dari PSI untuk maju dalam perebutan kursi N2 sebagai pendamping Wahyu Hidayat.
Dia merupakan Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada 2016-2018 dan saat ini tercatat sebagai Dewan Pembina Kesatuan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa Pesisir Indonesia periode 2022-2027.
Selain itu, ia juga pernah bertugas sebagai Komisaris Independen Adhi Persada Beton (2020-2024). Sedangkan perjalanan karir bisnisnya adalah Owner Sambal Genit Resto, Owner Mangkujoyo Property dan Owner Maharaya Property. Semua bisnis ini dijalankannya di wilayah Malang Raya