JATIMTIMES - Wali Kota Surabaya yang sedang cuti atau non aktif, Eri Cahyadi lulus ujian kelayakan disertasi sebagai salah satu rangkaian untuk menuntaskan studi doktoral pada Program Studi S3 Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair).
Eri Cahyadi mengangkat judul "Orkestrasi Kesehatan Organisasi Publik untuk Pengembangan Kapabilitas Perubahan dan Peningkatan Kinerja". Dia memaparkannya di hadapan para penguji, yaitu Prof Badri Munir Sukoco, Prof. Dr. Rudi Purwono, Prof Suparto Wijoyo, Prof Fendy Suhariadi, Prof Seger Handoyo, Dr Nuri Herachwati.
Baca Juga : Hadiri Pengajian Peringatan Hari Santri di Wagir, Cabup Sanusi: Kita Kembangkan Pendidikan di Ponpes
Dalam disertasinya, Eri melakukan penelitian kesehatan organisasi di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Penelitian ini juga mengkaji bagaimana sebuah kesehatan organisasi berpengaruh terhadap kinerja pemerintahan.
"Dari penelitian ini, saya mendapati sejumlah temuan yang berdampak langsung pada kinerja Pemkot Surabaya, yang ujungnya adalah memberikan dampak positif ke masyarakat,” ujar saat memberikan keterangan, Selasa (15/10/2024) malam.
Eri menjelaskan, kesehatan organisasi adalah kemampuan organisasi untuk melakukan konsolidasi internal, menjalankan atau mengeksekusi kebijakan/program, dan melakukan adaptasi secara cepat, yang semuanya itu berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi. Kesehatan organisasi juga berperan memastikan pencapaian kinerja secara berkelanjutan.
“Maka sangat penting bagi sebuah organisasi untuk tidak hanya fokus pada target kinerja saja, tapi juga harus memperhatikan kondisi kesehatan organisasinya,” jelas mantan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya tersebut.
Eri memaparkan berbagai penghargaan yang diraih Pemkot Surabaya merupakan hasil dari penerapan temuan-temuan dalam proses menulis disertasinya. Di antaranya adalah predikat Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) AA (kota pertama dan satu-satunya di Indonesia) dari Kementerian PANRB, Inovasi Pelayanan Publik Terbaik 2024, Kota Layak Anak dari UNICEF, dan Kota Sehat dari WHO.
Semua apresiasi itu berbasis pada dampak yang dirasakan masyarakat sebagai acuan datanya.
"Dari proses penelitian, saya lakukan perubahan-perubahan sesuai dengan temuan penelitian, dan hari ini dampaknya luar biasa pada kinerja Pemkot Surabaya. Yang sekali lagi ujungnya adalah dampak yang dirasakan publik," tuturnya.
Disertasi Eri juga menyoroti pentingnya pelatihan leadership bagi middle manager, seperti camat, lurah, dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Setelah pelatihan leadership, Eri lantas melakukan evaluasi dampak perubahan yang terjadi di pemerintahan.
“Setelah pelatihan leadership, hasilnya luar biasa. Stunting di Surabaya turun drastis dari 28,5 persen menjadi 1,6 persen, yang terendah di Indonesia. Kemiskinan juga turun signifikan dari 6 persen menjadi 3,4 persen,” tambahnya.
Eri menjelaskan bahwa kesehatan organisasi di Pemkot Surabaya juga dipengaruhi oleh dua faktor utama. Yakni, keadilan dalam organisasi dan leadership atau kepemimpinan.
“Keadilan dalam organisasi berarti tidak ada dinas yang lebih tinggi derajatnya dari yang lain, semuanya setara. Kemudian leadership di sini adalah kemampuan memimpin mulai dari lurah, camat dan kepala OPD," paparnya.
Selain itu, Eri menyebutkan bahwa teori kesehatan organisasi yang diterapkannya juga berbeda dengan yang berlaku di sektor swasta. Bagaimana middle manager mulai dari camat, lurah hingga kepala OPD, bergerak masif dengan ditunjang kesetaraan.
Baca Juga : 91,9 Persen Warga Jatim Malas Konsultasi ke Dokter Gigi
"Jadi ini tidak sama dengan perusahaan pabrik atau privat. Karena kita di pelayanan publik pemerintahan," bebernya.
Eri juga berharap, ke depan ada penerus dari Pemkot Surabaya yang melanjutkan penelitiannya tersebut. Sebab, menurutnya, keberlanjutan program pada pemerintahan yang menentukan adalah seorang middle manager, mulai dari kepala dinas, camat dan lurah.
"Saya berharap disertasi ini akan membawa keberlanjutan terus, wali kotanya siapapun, pemimpinnya siapapun, berkelanjutan untuk kepentingan rakyat itu penting. Siapa yang bisa menentukan? Itu adalah middle manager, karena mereka adalah birokrasi yang menentukan nasib rakyat," imbuhnya.
Sementara itu Direktur Sekolah Pascasarjana Unair, Prof Badri Munir Sukoco menyampaikan rasa bangganya atas kelulusan ujian doktor tertutup Eri Cahyadi.
"Beliau (Eri Cahyadi) memang fokusnya ke kesehatan organisasi. Karena yakin, bahwa organisasi yang sehat, pasti akan memberikan kinerja yang jauh lebih bagus dibandingkan organisasi yang tidak sehat," ungkap Prof Badri.
Prof Badri juga menyoroti metode unik yang digunakan Eri Cahyadi dalam penelitiannya. Bagaimana Eri menggunakan middle manager sebagai subjek penelitian, mulai kepala dinas, camat dan lurah.
"Metode ini tentu sulit dilakukan oleh mahasiswa biasa. Tapi beliau mampu melakukannya,” jelas Prof Badri.