JATIMTIMES - Juraij merupakan sosok orang yang tekun beribadah. Satu ketika, ia mendapatkan fitnah dari seseorang perempuan yang merupakan seorang penghibur. Fitnahan yang ia terima ternyata tak terlepas dari doa dari sang ibu.
Lantas, mengapa hal tersebut terjadi? dan apa yang dilakukan Juraij sehingga sang ibu mendoakannya dengan hal buruk?
Baca Juga : Kirim Paket COD, Kurir di Kota Malang Ditendang Usai Dipaksa Buka Paketan
Seorang perempuan mengoda Juraij pada suatu hari. Sosoknya memiliki paras yang begitu cantik. Saat itu, perempuan tersebut kemudian berkata pada seorang temannya, bahwa ia akan mengoda Juraij. Kemudian, perempuan tersebut melakukan aksinya dengan menggoda juraij.
Namun, seperti diketahui, jika Juraij merupakan ahli ibadah yang kuat keimanannya. Ia tak tergoda sedikit pun oleh wanita tersebut. Wanita tersebut kemudian memanfaatkan seorang pengembala yang ada di sekitar Juraij.
Ia lantas menggoda pengembala yang sedang berteduh itu untuk melakukan zina. Pengembala yang tergoda itu kemudian melakukan zina. Sampai akhirnya, beberapa waktu kemudian wanita penghibur itu hamil.
Kehamilan wanita tersebut, kemudian menjadi senjata untuk memfitnah juraij. Wanita tersebut mengatakan bahwa ia telah dihamili oleh juraij. Hal inipun juga dikatakan kepada orang-orang disekitarnya.
Orang-orang terprovokasi oleh apa yang dikatakan wanita penghibur ini. Orang-orang kemudian mencari Juraij yang saat itu berada di masjid melaksanakan ibadah. Juraij kemudian diseret keluar masjid. Bahkan, tempatnya beribadah juga dibakar.
Juraij saat itu merasa kebingungan dan percaya tanya tentang apa kesalahan yang ia perbuat, sehingga penduduk menyerangnya. "Apa urusan kalian?" tanya Juraij.
Mereka kemudian menjawab, "Engkau melakukan perbuatan zina dengan perempuan pelacur ini dan telah melahirkan anak dari engkau."
Juraij kemudian bertanya, "Di manakah anak itu?".
Setelah itu, datanglah anak tersebut. Kemudian, Juraij meminta waktu untuk melaksanakan salat. Dan setelah selesai salatnya, Juraij kemudian memukul ringan perut anak tersebut. Ia lantas bertanya, "siapakah ayahmu ?".
Anak itu menjawab, "Fulan sang penggembala."
Jawaban dari anak tersebut kemudian membuat penduduk terkejut. Mereka lantas meminta maaf kepada Juraij. Mereka juga berjanji untuk kembali membangun tempat ibadahnya. "Kami akan membangun tempat ibadah baru untukmu dari emas."
Juraij lantas menjawab, "Tidak, bangunlah dari tanah seperti semula."
Baca Juga : 10 Mitos Ayam Cemani: Dari Penangkal Sial hingga Media Santet
Fitnah ini tak terlepas dari doa sang ibu. Dari buku Kisah Orang-orang Sabar yang ditulis Nasiruddin, bahwa doa sang ibu ini bermula dari panggilan sang ibu yang tak dijawabnya.
Abu Hurairah, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Juraij adalah seorang ahli ibadah. Ia berdiam diri dalam tempat ibadahnya. Suatu kali ibunya datang sementara ia sedang salat, lalu memanggilnya, "Hai Juraij."
Saat itu, Juraij mendengar ucapan sang ibu. Meski begitu, ia tidak menjawab panggilannya dan terus melanjutkan salatnya. "Ya Rabbi. Ibuku atau salatku!".
Sang ibu yang panggilannya tak digubris, kemudian pulang. Hal ini pun terjadi selama beberapa kali. Setiap kali sang ibu memanggil Juraij, ia masih dalam posisi sama. Panggilan ibunya masih tidak digubris.
Sampai akhirnya, ketika sang ibu memanggil dan tak juga digubris oleh Juraij, sang ibu mengucap kalimat doa, "Allahumma, janganlah Engkau mengambil nyawanya hingga melihat wajah perempuan-perempuan pelacur."
Dan kemudian, doa ibu Juraij ini dikabulkan, sampai akhirnya mendapatkan fitnah. Kisah tentang Juraij ini ditanggapi oleh Iman Nawawi. "Dalam hadits ini terkandung kisah Juraij dan sikapnya yang lebih mementingkan salat daripada menjawab panggilan ibunya. Kemudian sang ibu mendoakan buruk untuknya dan Allah pun mengabulkan doa ibunya tersebut."
Dalam hal ini ulama berpendapat, "Hadits ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa seharusnya Juraij menjawab panggilan ibunya , sebab saat itu ia sedang melaksanakan salat sunnah, sementara meneruskan salat sunnah hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Di samping itu, menjawab panggilan ibu dan berbakti padanya (hukumnya) wajib, dan durhaka kepadaya hukumnya haram. Saat itu dia dapat mempercepat salatnya, menjawab panggilan ibunya, kemudian meneruskan salatnya lagi."