JATIMTIMES - Bulan Rabi’ul Awal telah tiba, bulan ketiga dalam penanggalan Hijriah yang sangat bersejarah bagi umat Islam. Bulan ini dikenal sebagai kelahiran atau Maulud Nabi Muhammad SAW, nabi terakhir yang membawa ajaran Islam.
Berdasarkan kalender Hijriah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) dan Nahdlatul Ulama (NU), 1 Rabiul Awal 1446 H jatuh pada Kamis, 5 September 2024. Dengan demikian, 12 Rabiul Awal, yang merupakan tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW, bertepatan dengan Senin, 16 September 2024.
Baca Juga : Jimly Asshiddiqie Minta Masyarakat Lupakan Akun Kaskus Fufufafa
Di Indonesia, bulan Rabiul Awal adalah momen di mana umat Muslim memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan berbagai tradisi. Di beberapa daerah, seperti di Madura, peringatan ini dilakukan dengan sangat meriah meskipun memerlukan dana yang tidak sedikit.
Banyak yang meyakini bahwa dengan memperingati Maulid Nabi, mereka akan mendapatkan berkah dan rezeki yang melimpah, serta mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW. Seperti yang dijelaskan oleh Assayid Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih Al-Alawy, hari Senin dianggap sebagai hari yang istimewa karena pada hari inilah Allah menciptakan tanaman, makanan, dan buah-buahan yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia.
Secara etimologis, kata "Rabi'" berarti bunga. Dalam setahun, ada empat musim utama: musim semi (rabi'), musim gugur (kharif), musim panas (shaif), dan musim dingin (syita). Musim Rabi' dianggap sebagai musim yang paling indah, melambangkan keindahan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Dalam sejarah Islam, sebagaimana dilansir NU Online, orang pertama yang memperingati kelahiran Nabi Muhammad secara besar-besaran dan meriah adalah Raja Abu Sa’id Kaukabri bin Zainuddin Ali bin Baktikin, yang lebih dikenal sebagai Raja Ibril. Kota Ibril kini berada di wilayah Irak. Raja ini dikenal dengan gelarnya yang terkenal, yaitu Malikul Mudhafar.
Malikul Mudhafar lahir pada tahun 549 H dan meninggal pada 630 H. Ia dikenal sebagai pemimpin yang berpegang teguh pada akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Selain itu, ia adalah raja yang dermawan, berani, bijak, cerdas, dan sangat religius. Salah satu prestasinya adalah memakmurkan Masjid Agung Al-Mudhafari dan mendirikan Universitas Al-Muzaffar di lereng Gunung Qaasiun.
Baca Juga : 5 Cara Penggawa Timnas Indonesia Bisa Mendapatkan Status WNI
Menurut catatan sejarah yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir, Imam Suyuthi, dan Ibnu Zauji, Malikul Mudhafar adalah orang pertama yang merayakan Maulid Nabi secara besar-besaran setiap bulan Rabi'ul Awal. Bagi Malikul Mudhafar, Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, sehingga merayakan kelahiran beliau adalah bentuk syukur dan cinta yang mendalam kepada sang Nabi.
Dalam karyanya, Al-Maqadis fi 'Amali Maulid, Imam Suyuthi menjelaskan bahwa Malikul Mudhafar mengundang para pemimpin dari berbagai negara, ulama, serta rakyatnya sendiri untuk menghadiri perayaan Maulid Nabi. Tidak hanya itu, tamu dari mancanegara juga disambut dengan hangat untuk ikut serta dalam perayaan tersebut.
Peringatan Maulid Nabi yang diadakan oleh Malikul Mudhafar terkenal sangat megah. Ribuan hewan kurban seperti kambing dan unta disembelih dan dihidangkan kepada para tamu undangan. Kemeriahan ini tidak hanya bertujuan untuk berbagi kebahagiaan, tetapi juga sebagai ajakan kepada masyarakat untuk bersyukur kepada Allah, berbuat baik kepada sesama, dan menambah rasa cinta kepada Rasulullah SAW.