JATIMTIMES - Sebagai Kota Wisata, Kota Batu punya pekerjaan rumah mengelola dan mengatasi masalah sampah. Pengelolaan di pemukiman sudah diserahkan Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) masing-masing desa. Namun, disinyalir di wilayah perkotaan masih banyak TPS liar.
Hal tersebut dibenarkan petugas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung Didik Sugiarto. Menurut dia, beberapa kali petugas melakukan pengangkutan sampah, per harinya ada saja tempat pembuangan yang berada di pinggir jalan dan bukan merupakan TPS sementara atau tempat sampah yang disediakan pemerintah kota.
Baca Juga : Sehat dan Bebas Narkotika, Tiga Paslon di Pilkada Kota Batu Dinyatakan Memenuhi Syarat
"Tempat pembuangan sampah liar memang masih banyak. Setiap hari di beberapa jalan protokol kota kadang di sisi tertentu masih sering jadi tempat pembuangan," kata Didik saat ditemui belum lama ini.
Timbunan sampah liar itu harus pula diangkut oleh petugas TPA Tlekung lantaran saat ini menangani masalah sampah perkotaan. Seperti di antaranya jalan protokol dan fasum seperti alun-alun. Padahal, beberapa tempat pembuangan sampah liar itu sering kali tidak terkondisikan tempat nya hingga mengganggu kenyamanan masyarakat atau pengguna jalan.
"Kadang di pinggir jalan dibuang begitu saja atau di tempat kosong. Meski sudah ada larangan," kata dia.
Tak bisa dipungkiri, pembuangan liar itu juga berdampak pada volume sampah harian perkotaan yang tak pernah berkurang. Sedangkan dalam sehari, proses pembakaran terus dilakukan di Incinerator TPA Tlekung dengan tiga mesin yang menyala pagi hingga malam hari.
Petugas pemungutan sejatinya sejak dinihari sudah bekerja normal di jalan-jalan protokol. TPS liar itu mudah ditemukan di beberapa titik. Didik menyayangkan, seharusnya jika merupakan sampah dari pemukiman ditangani oleh TPS3R desa bukan dibuang sembarangan.
"Biasanya sebelah alun-alun, Jalan bromo, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Diponegoro, Jalan Sudiro, dan dekat Pasar Laron," rincinya.
Baca Juga : 5 Tempat Wisata Kuliner di Malang, Cocok Jadi Destinasi Long Weekend
Selain masalah volume sampah, musim hujan nantinya juga menjadi tantangan tersendiri bagi TPA Tlekung. Dimana pembakaran di Incinerator biasa membutuhkan waktu lebih lama jika sampah dalam keadaan basah. Terlebih sampah tertentu seperti di pasar.
Ada tiga buah ruang mesin Incinerator yang memproses sampah dengan pembakaran di lokasi TPA. Diketahui, sesekali salah satu Incinerator berhenti beroperasi karena terkenala beberapa hal. Seperti bata dalam Incinerator jatuh dan mengganggu pembakaran. Namun hal tersebut bisa diatasi segera dan beroperasi kembali.
Dikatakan, jam operasional Incinerator aktif sejak pagi hingga pukul 21.00 WIB. Ketiganya harus bekerja cukup keras menerima tampungan sampah dari jalan-jalan protokol di Kota Batu. Dimana proses itu dikerjakan oleh sekitar 20 orang dengan terbagi dua shift berbeda. Dalam sehari sebanyak 7 Dump truck sampah masuk di TPA.
"Tujuh dump truck itu kadang tidak habis. Dilanjutkan besoknya. Kalau musim hujan sampah basah mungkin memperlama pembakaran. Kami khawatir saat musim hujan nanti kerja incenerator akan semakin berat. Itulah mengapa beberapa kali sampah pasar harus ditolak," imbuh Didik.