free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Agama

Asal Usul Selawat Tarhim: Pengantar Menuju Salat Subuh dan Magrib

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Dede Nana

24 - Aug - 2024, 08:44

Placeholder
Bacaan Selawat Tarhim. (Foto: Facebook)

JATIMTIMES - Selawat Tarhim merupakan salah satu lantunan selawat yang sering kali terdengar sebelum waktu salat Subuh dan Magrib, terutama di masjid-masjid dan musala di Indonesia. Selawat ini sudah menjadi bagian yang melekat dari tradisi Muslim di Indonesia, terutama di bulan Ramadhan sebagai pengingat dan seruan bagi umat Muslim untuk mempersiapkan diri melaksanakan salat atau untuk bersahur. 

Sejarah Selawat Tarhim

Namun, tak banyak yang tahu bahwa Selawat Tarhim ini memiliki sejarah yang cukup panjang, melibatkan seorang tokoh besar dari Mesir. Melansir Hijra Pedia, Selawat Tarhim diciptakan oleh Syeikh Mahmud Khalil Al-Husshari (1917-1980), seorang qari’ dan ulama terkemuka dari Mesir. Syeikh Mahmud Al-Husshari adalah lulusan Al-Azhar, dikenal karena keahlian dan kedalamannya dalam ilmu qirâ’ah dan tartîl Al-Qur'an. 

Baca Juga : Ajak Media Kolaborasi Sukseskan Pilkada 2024, KPU Jember Gelar Media Gathering

Syeikh Mahmud memiliki pandangan bahwa tartîl bukan hanya sekadar cara membaca Al-Qur’an, tetapi juga mencakup pemahaman mendalam tentang bacaan tersebut. Hal ini dicapai melalui penguasaan teknik pelafalan yang baik dan benar, serta pemahaman terhadap dialek-dialek Arab kuno.

Syeikh Mahmud dikenal sebagai "Sheikh al-Maqâri" atau guru para ahli qira’ah, sebuah gelar yang menunjukkan kealiman dan penguasaannya dalam ilmu qira’ah. Melalui studinya yang mendalam, beliau memastikan bahwa bacaan Al-Qur'an yang disampaikan mencapai kemurnian dan makna yang mendalam.

Selawat Tarhim pertama kali sampai di Indonesia pada akhir tahun 1960-an ketika Syeikh Mahmud Al-Husshari berkunjung ke Indonesia. Dalam kunjungan tersebut, beliau diminta untuk merekam Sholawat Tarhim di studio Radio Lokananta di Solo. 

Rekaman tersebut kemudian disiarkan oleh Radio Lokananta dan juga oleh Radio Yasmara (Yayasan Masjid Rahmat) di Surabaya. Dari sinilah Selawat Tarhim mulai dikenal luas di Indonesia.

Sejak itu, Selawat Tarhim menjadi semacam “lagu wajib” di masjid-masjid atau musala, terutama sebelum azan Subuh, khususnya di bulan Ramadhan. Meski begitu, kaset yang sering diputar di masjid-masjid saat ini bukanlah rekaman asli dari Syeikh Mahmud Al-Husshari, melainkan hasil rekaman ulang oleh Syeikh Abdul Azis, yang juga berasal dari Mesir.

Tujuan utama dari lantunan Selawat Tarhim adalah untuk membangunkan kaum Muslim agar mempersiapkan diri untuk salat Subuh, atau membangunkan mereka yang ingin melaksanakan salat tahajjud. 

Oleh karena itu, lantunan Tarhim ini tidak harus berupa selawat yang diciptakan oleh Syeikh Mahmud Al-Husshari. Ada masjid yang melantunkan Tarhim dengan mengulang-ulang hadits atau bacaan tertentu, seperti hadits yang berbunyi:

تَسَحَّرُوا فَإنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ  

Artinya: Sahurlah kalian, karena sahur itu membawa berkah.

Bahkan ada pula masjid atau musala yang hanya memutar ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa bacaan apapun, baik Al-Qur'an atau selawat, yang disampaikan sebelum waktu Subuh pada dasarnya bertujuan untuk menuntun umat Muslim agar bangun dan mempersiapkan diri untuk salat atau makan sahur.

Dalam Fiqhus Sunnah Juz I, halaman 221-222, disebutkan bahwa dalil tentang bolehnya menyeru umat Islam agar bangun sebelum Subuh, salah satunya berasal dari hadits Abdullah bin Mas’ud yang diriwayatkan dalam Fathul Bari. Rasulullah SAW bersabda:

Baca Juga : Benarkah Jokowi Punya "Bekingan" Makhluk Astral? Ini Penjelasan Kisah Tanah Jawa 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ أَحَدًا مِنْكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سَحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ يُنَادِي بِلَيْلٍ لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَلِيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ

"Artinya: Kalian tak perlu mencegah Bilal untuk azan sewaktu sahur, karena azan itu bertujuan untuk mengingatkan siapa saja yang masih berjaga dan juga membangunkan yang tertidur." (Fathul Bari, Syarh Shahih al-Bukhari, Juz II, hlm 244)

Hadits ini menunjukkan bahwa seruan atau azan pada waktu sahur bertujuan untuk membangunkan kaum Muslimin agar bersiap diri sebelum datangnya waktu Subuh. 

Al-Hafizh Ibnu Hajar menambahkan bahwa bacaan tasbih dan selawat sebelum waktu Subuh bukanlah azan dalam pengertian syariat, namun lebih sebagai pengingat untuk umat Islam.

Selain itu, banyak hadits lain yang membolehkan umat Muslim memuji Rasulullah SAW dengan pujian yang wajar dan tidak berlebihan, sebagaimana tersurat dalam Selawat Tarhim yang diciptakan oleh Syeikh Mahmud Al-Husshari. 

Contohnya adalah kisah seorang Arab Badui yang menyeru "Ya Kariim" saat thawaf, yang kemudian diikuti oleh Rasulullah SAW. Kisah ini menunjukkan bahwa pujian kepada Allah dan Rasulullah SAW adalah hal yang diperbolehkan selama dilakukan dengan niat yang benar.

Hingga saat ini, Selawat Tarhim masih sering terdengar di berbagai masjid dan musala di Indonesia. Meski berawal dari Mesir, selawat ini telah menjadi bagian penting dari tradisi Muslim di Indonesia, khususnya dalam menyambut waktu-waktu shalat, terutama di bulan suci Ramadhan. Tujuan utamanya tetap sama, yaitu membangunkan dan mempersiapkan umat Muslim untuk beribadah, menjaga kesadaran spiritual, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga bermanfaat!


Topik

Agama selawat tarhim sejarah selawat tarhim pencipta selawat tarhim



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Dede Nana