free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Menyingkap Sejarah Makam Tiga Putri Mataram di Blitar: Ini Kata Arkeolog

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

30 - Jun - 2024, 19:17

Placeholder
Arkeolog Gus Dian sedang melakukan penelitian terhadap nisan dan batu situs Makam Tiga Putri Mataram di Kelurahan Blitar.(Foto: Aunur Rofiq/JatimTIMES)

JATIMTIMES – Kota Blitar yang kaya akan warisan budaya dan sejarah kini menjadi sorotan setelah arkeolog terkemuka, Gus Dian, mengadakan penelitian intensif di Makam Tiga Putri Mataram. Situs yang terletak di Kompleks Makam Tiloro, Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo ini telah menjadi pusat perhatian karena klaim-klaim historis yang menarik perhatian para sejarawan dan masyarakat umum. Penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk memahami asal-usul makam, tetapi juga untuk meluruskan klaim-klaim kontroversial yang mengelilinginya.

Menurut Gus Dian, memahami sejarah Makam Tiga Putri Mataram memerlukan penelusuran mendalam ke dalam sejarah Kerajaan Mataram Islam. "Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dari berbagai versi cerita yang ada. Yang paling penting adalah memahami era pemerintahan Panembahan Hanyakrawati, raja kedua Mataram yang juga dikenal sebagai Panembahan Sedo Krapyak," jelas Gus Dian, Minggu (30/6/2024).

Baca Juga : 5 Macam Kematian Binatang Ini Membuat Bangkainya Haram Dikonsumsi

Panembahan Hanyakrawati menjadi penguasa Mataram Islam setelah ayahnya, Panembahan Senopati, tetapi masa kekuasaannya tidak lama karena ia meninggal akibat sakit. Putra dari permaisuri Hanyakrawati yang disebut Martapura tidak dapat menjadi raja karena memiliki kelainan. 

“Karena itu, para pangeran sepuh sepakat untuk mengangkat Raden Mas Rangsang yang kemudian dikenal sebagai Sultan Agung sebagai penggantinya,” tambahnya.

Gus Dian juga menyoroti pentingnya Panembahan Kajoran dalam cerita ini. Panembahan Kajoran adalah kakak tertua dari Raden Mas Rangsang dan Martapura. "Kami menemukan beberapa catatan yang menyebutkan bahwa Panembahan Kajoran memiliki tiga putri yang dikatakan kembar. Namun, ada juga yang mencatat bahwa beliau memiliki empat putri," jelasnya.

Kontroversi Sejarah Makam Tiloro

Salah satu versi cerita yang menarik perhatian adalah bahwa tiga putri dari Panembahan Kajoran dihadiahkan kepada Adipati Nilosuwarno, penguasa pertama Blitar. "Kita harus mengkaji lebih lanjut apakah tiga putri ini benar-benar diberikan kepada Nilosuwarno atau hanya diakui sebagai saudara," kata Gus Dian.

Penelitian terhadap catatan dan tradisi lisan sangat penting dalam upaya meluruskan sejarah ini. “Jika kita melihat dari catatan yang ada pada sumber-sumber Kajoran, ada nama-nama putri seperti Rayung Sari, Rayung Wulan, dan Rayung Gati. Namun, apakah nama-nama ini benar-benar merujuk pada yang ada di Tiloro. Ini yang perlu kita teliti lebih dalam,” tambahnya.

Selama ekspedisinya, Gus Dian menemukan elemen-elemen arkeologis yang menunjukkan bahwa Makam Tiloro dulunya adalah sebuah candi. "Kami menemukan batu-batu candi seperti bata tumang, jumbo, dan andesit, yang menunjukkan bahwa ini adalah bangunan kuno besar," jelas Gus Dian. 

Struktur ini menimbulkan pertanyaan tentang fungsi asli situs tersebut sebelum menjadi makam. Penemuan ini menunjukkan bahwa Makam Tiloro bukan hanya sebuah situs pemakaman, tetapi juga sebuah tempat pemuliaan yang menunjukkan penghormatan tinggi terhadap tokoh-tokoh besar yang dimakamkan di sana. 

“Jelas ini sebuah tindakan memuliakan, dan menempatkan tokoh besar di tempat yang mulia,” tambahnya.

Klaim bahwa Makam Tiga Putri Mataram adalah makam seorang habib keturunan Yaman telah memicu polemik di kalangan masyarakat. Gus Dian, melalui penelitian arkeologisnya, berusaha untuk meluruskan klaim tersebut. 

"Sedikit kami tadi menelusuri bentuk fragmen makam ini, dari bentuk arkeografisnya, nisan ini jelas menunjukkan era Mataram Islam, sekitar abad ke-16 hingga ke-17," tegasnya.

Baca Juga : Budayawan dan Dosen UNU Blitar Serukan Pentingnya Merawat Petilasan Eyang Bronto Kusumo: Proklamator Desa Plandirejo

Lebih lanjut, Gus Dian menjelaskan bahwa batu yang digunakan pada nisan adalah batu andesit setengah tofu, jenis batu yang biasanya didatangkan dari India Selatan. “Dari dulu, bangsa kita sudah terhubung dengan kerajaan dari wilayah India, dari zaman Hindu hingga zaman Islam. Penggunaan batu ini menunjukkan bahwa Makam Tiga Putri Mataram memiliki hubungan dengan era Mataram Islam dan pengaruh internasionalnya,” tambahnya.

Gus Dian menekankan pentingnya penelitian lanjutan untuk menguak lebih dalam tentang sejarah Makam Tiga Putri Mataram. "Kami perlu melakukan penelitian lebih akurat dan mendalam untuk memastikan keaslian dan asal-usul situs ini," kata Gus Dian.

Ia juga menyoroti pentingnya pelestarian situs-situs bersejarah seperti Makam Tiga Putri Mataram. “Makam ini bukan hanya tempat bersejarah tetapi juga simbol identitas kita. Ini adalah bagian dari warisan budaya kita yang menghubungkan kita dengan leluhur kita dan memberikan pemahaman yang mendalam tentang asal-usul kita,” katanya.

Penelitian ini menghadapi tantangan dalam mengklarifikasi cerita-cerita dan klaim yang ada. Gus Dian mengajak masyarakat untuk bekerja sama dalam upaya pelestarian ini. “Kita harus menjaga dan merawat warisan budaya kita dengan sepenuh hati. Ini bukan hanya tentang masa lalu kita tetapi juga tentang masa depan kita dan identitas kita sebagai bangsa,” tegasnya.

Ia juga mendorong pemerintah untuk lebih aktif dalam upaya pelestarian. "Kami meminta pemerintah untuk membuat regulasi yang mendukung upaya pelestarian dan memberikan perlindungan hukum bagi situs-situs bersejarah seperti Makam Tiga Putri Mataram," ujarnya.

Penelitian yang terus dilakukan oleh Gus Dian di Makam Tiga Putri Mataram diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah situs tersebut dan memastikan bahwa warisan budaya kita tetap hidup dan akurat. 

Makam Tiga Putri Mataram adalah bagian penting dari sejarah dan identitas Kota Blitar, dan dengan penelitian dan pelestarian yang tepat, kita dapat memastikan bahwa situs ini terus dihormati dan dilestarikan untuk generasi mendatang.

 


Topik

Serba Serbi makam tiga putri mataram arkelog sejarah makam tiga putri mataram habib yaman



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Dede Nana