JATIMTIMES - Desa Guoliang dikenal sebagai keajaiban dunia yang menggantung di tebing curam. Desa ini terletak di ujung tebing curam dengan jalur akses tersembunyi di celah batu. Desa ini merupakan potret dari kerasnya kehidupan manusia di masa lalu. Tempat di mana orang tertindas berlindung dan membangun kehidupan.
Guoliang juga dikenal sebagai sebuah desa terpencil yang disebut sebagai salah satu desa paling berbahaya di dunia. Guoliang adalah sebuah desa di Kecamatan Tongguan di Distrik Wangcheng, Kota Changsha, Provinsi Hunan, China.
Baca Juga : Prediksi Hujan Masih Hampir Merata di Seluruh Wilayah Jatim, 26 Februari
Guoliang menjadi begitu populer di dunia, karena lokasinya yang tidak biasa. Desa ini berdiri tepat di atas tebing vertikal setinggi 200 meter, menjadikannya sebagai salah satu desa paling berbahaya yang ada di dunia.
Meskipun sangat terpencil dan terpisah oleh tebing dan lembah yang sangat dalam, namun siapa sangka di atasnya ada sebuah kehidupan. Tepat di tebing batu, dapat dilihat banyak deretan rumah warga yang telah berdiri selama bertahun-tahun.
Menurut catatan sejarah, tepatnya pada akhir Dinasti Han Timur, masyarakat mengalami kesulitan akibat kelaparan, eksploitasi, dan penindasan oleh tuan tanah dan pejabat feodal. Lantas Guo Liang, salah seorang petani memimpin kelompok kelaparan melawan penindasan dan membentuk tim petani yang kuat.
Dalam prosesnya, kelompok ini kabur dan menyelamatkan diri ke daratan tinggi. Lalu membangun kehidupan di sana. Desa Guoliang kemudian dinamai sebagai penghargaan kepada Guoliang.
Seiring berjalannya waktu, Desa Guoliang terus berkembang. Pada tahun 1972, agar dapat berjalan menuruni gunung dengan mudah, penduduk desa bergotong-royong membuat jalan terowongan di tebing. Butuh waktu 5 tahun untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Dan ukurannya pun saat itu tidak sebesar sekarang.
Barulah di era modern, sekitar tahun 2001 dan 2011 trowongan ini diperlebar. Kehadiran jalan terowongan, menggantikan jalan setapak serta tangga ekstrem yang selama ini sudah ada dan digunakan oleh warga.
Sebelum dibangun pada tahun 1972, satu-satunya akses menuju peradaban di Desa Guoliang adalah tangga curam dan sempit, yang tertanam di lereng gunung yang disebut tangga langit. Namun untuk membangun terowongan Guoliang, beberapa penduduk desa harus meregang nyawa, saat proses pembuatan trowongan ini. Konon kabarnya juga, banyak tengkorak yang berserakan di bawah jurang yang kedalamannya mencapai ratusan meter tersebut.
Saat ini pamor Desa Guoliang semakin melejit dan menjadi tujuan wisata penting di Tiongkok. Ada sekitar 1,4 juta wisatawan yang mengunjungi tempat ini setiap tahunnya. Sejak tahun 1990-an, industri pariwisata di desa Global yang semakin makmur. Selain sebagai tujuan rekreasi dan liburan, tempat ini juga merupakan basis film dan televisi tempat ratusan crew film ditempatkan untuk pembuatan film dan basis sketsa yang disukai oleh para penggemar fotografi dan profesional seni. Bahkan lebih dari 40 film, pernah melakukan shooting di lokasi ini.
Dengan bantuan internet juga, desa tebing terpencil yang dulunya tidak diketahui siapapun, kini menjadi sorotan dunia. Bahkan perusahaan film dan televisi Jepang, menyebut tempat ini sebagai keajaiban dunia yang kesembilan.
Baca Juga : Mengenal Desa Unik Bawah Tanah Terbesar di Dunia, Membentang Hingga Ratusan Kilometer
Terowongan Guoliang yang membentang sepanjang 1250 meter, tentu saja menjadi daya tarik utama desa ini. Menembus tebing bebatuan, trowongan dengan lebar 6 meter dan tinggi 4 meter, menjadi jalur akses utama bagi wisatawan.
Dengan lebarnya yang sudah diperluas, memungkinkan jalur gua yang terkesan ekstrem ini, dapat dilalui kendaraan roda empat. Hanya saja bila dilalui dua mobil sekaligus yang berpapasan, dibutuhkan kehati-hatian yang ekstra, agar kendaraan tidak saling bersenggolan. Selain itu jalur ini juga terkenal licin dan sangat rawan.
Banyak wisatawan yang berkunjung ke Desa Guoliang tentu menjadi berkah tersendiri bagi warga setempat. Ini mengubah Desa Guoliang yang dulunya miskin, menjadi desa yang mapan.
Di desa tebing dengan populasi 329 jiwa ini, hampir setiap rumah tangga bergerak di bidang kuliner dan pariwisata. Di mana pendapatan per-kapita tahunan lebih dari Rp800.000 Yuan atau lebih dari Rp 1 miliar pertahun.
Setiap rumah tangga menyediakan makanan, akomodasi dan kamar mandi. Di desa ini juga menyediakan fasilitas telepon dan TV satelit. Selain itu, biaya makan dan akomodasi terbilang cukup terjangkau bagi wisatawan.
Singkatnya, Guoliang merupakan bentuk transformasi pemukiman yang luar biasa. Awalnya tumbuh sebagai pemukiman miskin tempat pelarian orang-orang yang tertindas, kini desa kecil dan terpencil ini menjelma menjadi sebuah desa makmur dengan penuh keunikan dan gaya tarik. Bahkan pesona Desa Guoliang ini mampu memikat jutaan wisatawan dari berbagai penjuru dunia untuk menginjakkan kakinya di desa kecil ini.