JATIMTIMES - Untuk mendidik anak, orang tua memiliki segudang cara untuk memberikan pola asuh yang terbaik agar anak tumbuh dengan sangat sempurna.
Salah satu pola asuh yang belakangan ini banyak diperbincangkan adalah lazy parenting. Pada saat menerapkan pola asuh ini orang tua seakan seperti pengawas yang tidak terlalu banyak terlibat dalam keseharian anak. Tidak selalu menyediakan kebutuhan anak, yang sebenarnya masih bisa mereka lakukan sendiri.
Baca Juga : Pabrik Plastik di Jombang Ludes Terbakar
Bukan berarti karena orang tua benar-benar malas dalam arti sebenarnya, tetapi lebih kepada dengan sengaja membiarkan anak agar mau lebih berusaha mandiri.
Karena tidak familiar, banyak para orang tua yang masih bingung dengan pola asuh Lazy parenting ini. Buat Bunda yang masih bingung dengan pola asuh anak yang satu ini bisa mencari referensi dengan membaca pendapat ahli berikut ini.
Pengertian Lazy Parenting
Psikolog anak dan keluarga Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, MHPEd menjelaskan, lazy parenting adalah pola asuh yang membuat anak menjadi lebih mandiri karena orang tua membiarkan anaknya mengerjakan kegiatannya sendiri.
"Lazy parenting itu gaya parenting yang orangtuanya dalam (seolah) "malas". Jadi anak-anaknya harus bisa mengerjakan apa-apa sendiri," ujar Rosdiana, dikutip dari Kompas, Senin (13/1).
Meski terkesan "jahat", pola ini sebetulnya membuat anak lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Rosdiana pun mengaku setuju jika pola asuh lazy parenting sebetulnya sudah harus mulai diterapkan kepada anak sejak usia sedini mungkin.
"Pola asuh seperti ini memang harusnya diterapkan karena membuat anak lebih mandiri dan bertanggung jawab," paparnya.
Senada, pendiri Positive Parenting Solutions, Amy McCready menilai, pola asuh lazy parenting membantu anak lepas dari ketergantungan terhadap orangtua.
Baginya, lazy parenting merupakan bagian dari perubahan yang harus dimulai sejak dini.
"Saya melihat ini sepanjang waktu—orang tua yang bermaksud baik melakukan hal-hal untuk anak-anak yang sebenarnya mampu mereka lakukan sendiri," sebutnya, seperti dilansir Parents.
Tips menerapkan pengasuhan lazy parenting
Berikut beberapa tips yang dapat diterapkan jika Bunda ingin menggunakan pola asuh lazy parenting seperti dilansir Motherly:
1. Ciptakan ruang untuk anak
Temukan tempat di rumah yang dapat Bunda siapkan untuk anak agar mereka dapat menjelajahi apa pun dan segala sesuatu di dalamnya dengan bebas. Tempat tersebut dapat berupa seluruh ruangan atau area kamar yang dibatasi.
Isi tempat tersebut dengan barang-barang yang sesuai dengan usia anak, di mana mereka tidak memerlukan pengawasan ketat demi keamanan saat bermain. Kemudian, biarkan anak bermain sementara Bunda menjauh.
Namun, bergantung pada kepribadian dan usia anak, mereka mungkin membutuhkan kehadiran Bunda secara fisik di tempat tersebut bersama mereka. Pada intinya adalah Bunda tidak perlu selalu mengarahkan atau membatasi permainannya.
Berikan anak waktu dan ruang untuk mengatasi rasa frustrasi mereka dan mengatasi masalahnya sendiri. Inilah tujuannya: Mempelajari bahwa mereka mampu melakukan banyak hal secara mandiri.
2. Biasakan diri dengan konsekuensi
Baca Juga : Pengobatan Ampuh untuk Radang Paru-paru dengan Ramuan Herbal
Memberikan tanggung jawab kepada anak berarti menerima kenyataan bahwa akan ada saat-saat mereka tidak melakukan dengan tepat seperti yang seharusnya.
Pola asuh lazy parenting berarti Bunda perlu menerima hal ini dan meyakini bahwa dalam batas kewajaran. Anak-anak mungkin perlu menanggung konsekuensi alami dari keputusan dan tindakan mereka.
Misalnya, berikan bimbingan pada anak untuk menyiapkan buku dan keperluan sekolah sendiri. Jika ada tugas atau buku tertinggal, yakini bahwa anak mampu mengelola konsekuensi alami dan pengalaman itu akan membantu mereka lebih teliti di lain waktu.
3. Biarkan anak melakukannya dengan perlahan
Tanpa sadar orang tua terkadang terburu-buru karena takut anak terlambat dan ada begitu banyak hal yang harus diselesaikan. Untuk penerapan pola asuh ini, biarkan anak melakukannya dengan perlahan.
Nantinya seiring bertambah pengalaman dan seiring waktu, anak dapat melakukannya dengan lebih cepat.
4. Berikan pengingat jika perlu
Tidak apa-apa untuk memberikan pengingat-pengingat kecil seperti, 'Tolong simpan barang-barangmu' atau 'Rapikan pakaian kotormu' saat anak tampak lupa.
Ketika tugas harian ini lama-kelamaan menjadi kebiasaan, anak akan semakin paham dan tidak perlu diingatkan kembali.
5. Jadi contoh yang baik
Orang tua tidak dapat mengharapkan anak dapat melakukan hal yang sama jika tidak ada contoh nyata yang diberikan. Terapkan kebiasaan seperti melipat pakaian sendiri, mematikan lampu saat meninggalkan ruangan, atau membatasi screentime.
Selalu berikan contoh yang baik karena pada dasarnya anak banyak belajar dari meniru lingkungan sekitar, terutama orang tua.