JATIMTIMES - Media sosial khususnya Tiktok tengah dihebohkan dengan kasus penularan HIV/AIDS di salah satu pondok pesantren. Hal itu diungkap oleh seorang wanita yang diduga seorang dokter.
Melalui akun Tiktok @dr.Intan Rachmita,MKM, ia menuturkan jika ia menerima pasien yang adiknya positif HIV/AIDS. Dokter wanita itu juga menyebut bahwa pasiennya itu tengah mondok di salah satu pesantren.
Baca Juga : Mengenal Siklon Tropis dan Proses Terbentuk hingga Dampaknya
“Jadi pasienku berkonsultasi bahwa adiknya positif HIV/AIDS dan posisinya ia sedang mondok di salah satu pesantren. Tapi aku enggak mau menyebutkan nama pesantrennya dan lokasinya dimana,” ungkap dr Intan itu.
Ia menuturkan tujuan ia membuat konten tersebut agar masyarakat lebih hati-hati akan penularan HIV/AIDS. “Informasi ini harapannya menjadi informasi awal agar wearness terkait penularan HIV/AIDS itu tuh tinggi di masyarakat,” ungkapnya.
“Semua orang berpotensi tertular HIV/AIDS selama ia tidak mengetahui pencegahan penularan HIV/AIDS,” sambungnya.
Lantas apa saja pencegahan penularan HIV/AIDS yang harus diketahui? Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini cara penjegagan, gejala, penyebab, dan pengobatan HIV/AIDS.
Pengertian HIV dan AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.
Penyebab HIV dan AIDS
Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba.
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.
Gejala HIV/AIDS
Tahap Pertama:
- Tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
- Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
- Timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.
Tahap Kedua:
- Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.
- Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
- Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
- Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.
Tahap Ketiga:
- Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.
- Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
- Merasa lelah setiap saat.
- Sulit bernapas.
- Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
- Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
- Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
- Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.
Pencegahan
Melakukan Hubungan Seksual yang Aman
Penting untuk diketahui, cara mencegah HIV/AIDS yang utama adalah dengan melakukan hubungan seksual yang aman. Setiap orang disarankan untuk melakukan hubungan seksual menggunakan kondom sebagai upaya pencegahan penularan HIV/AIDS. Selain itu, hindari juga melakukan hubungan seksual dengan bergonta-ganti pasangan.
Menghindari Penggunaan Alat Pribadi Bersama Orang Lain
Alat pribadi seperti sikat gigi dan alat cukur, sebaiknya tidak digunakan bersama dengan orang lain. Hal ini bertujuan untuk menghindari resiko penularan berbagai penyakit dan infeksi akibat kontak langsung dengan cairan tubuh orang lain yang tidak diketahui riwayat penyakitnya.
Menghindari Penggunaan Jarum Suntik Bersama
Baca Juga : Pengertian Puting Beliung, Penyebab, dan Dampaknya
Penggunaan jarum suntik bersama dapat menjadi jalur penularan HIV/AIDS. Pasalnya, jarum suntik yang sempat digunakan oleh orang lain akan menyisakan darah. Apabila jarum suntik tersebut telah digunakan oleh orang dengan HIV/AIDS, tentu risiko penularan HIV/AIDS menjadi lebih tinggi.
Maka dari itu, saat melakukan donor darah, sebaiknya perhatikan penggunaan jarum suntiknya. Pastikan bahwa jarum suntik yang digunakan baru dikeluarkan dari pembungkus bersegel agar bisa dipastikan kesterilannya.
Melakukan Sunat untuk Pria
Cara mencegah HIV/AIDS selanjutnya adalah dengan melakukan sunat untuk pria. Sunat sendiri bertujuan untuk menjaga kebersihan alat kelamin pria. Menurut CDC, sunat yang dilakukan oleh pria dapat mengurangi risiko infeksi HIV/AIDS hingga 50–60%.
Menghindari Penggunaan Obat-Obatan Terlarang
Cara mencegah HIV/AIDS berikutnya yaitu dengan menghindari penggunaan obat-obatan terlarang. Hal ini berkaitan dengan pengaruh obat-obatan terlarang yang dapat memicu seseorang untuk bertindak kompulsif dan sulit mengontrol tindakannya.
Apabila tidak mampu mengontrol tindakannya, maka dapat menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan berisiko, seperti berhubungan seksual yang tidak aman yang berpotensi menularkan HIV/AIDS.
Penggunaan Antiretroviral (ARV)
Ibu hamil penderita HIV/AIDS yang rutin mengonsumsi antiretroviral atau ARV diketahui dapat mencegah penularan infeksi tersebut ke bayinya. Namun, konsumsi obat-obatan tersebut haruslah di bawah pengawasan dokter.
Rutin Melakukan Skrining HIV
Rutin melakukan skrining HIV adalah cara mencegah HIV/AIDS yang sangat penting untuk dilakukan. Seseorang yang sudah aktif secara seksual sangat disarankan untuk skrining HIV setidaknya 6 bulan sekali.
Skrining HIV ini juga dapat membantu seseorang mendeteksi infeksi penyakit tersebut sedini mungkin. Pasalnya, infeksi HIV yang terdeteksi lebih awal dapat mencegah terjadinya komplikasi penyakit serius lain dan tidak berkembang menjadi AIDS.
Terbuka dengan Pasangan
Langkah berikutnya untuk mencegah HIV/AIDS yaitu terbuka dengan pasangan. Berdiskusilah dengan pasangan dan jelaskan riwayat penyakit masing-masing. Dengan begitu, setiap individu dapat mengambil tindakan pencegahan dengan tepat apabila diketahui memiliki riwayat penyakit menular seksual, seperti berkonsultasi dengan dokter dan menjalani pengobatan sejak dini.