JATIMTIMES - Dalam proses mendidik dan membimbing anak, orang tua sering kali menghadapi dilema tentang bagaimana memberikan perhatian serta mendukung perkembangan emosional anak. Semua orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik terhadap anaknya. Namun, tanpa disadari ada beberapa kesalahan orang tua yang bisa membuat anak tumbuh menjadi people pleaser.
Apa itu people pleaser?
Dikutip dari laman Psych Central, people pleaser adalah orang yang sering mengabaikan kebutuhan mereka sendiri untuk menyenangkan orang lain. Seseorang yang demikian mungkin terjebak dalam memberikan seluruh kemampuan dirinya untuk orang lain.
Baca Juga : Ini Cara Klaim Battle Emote Pratama Arhan di Mobile Legends: Bang Bang
People pleaser mungkin memiliki tantangan dalam membedakan kesukaan, ketidaksukaan, dan hobi mereka dari orang lain. Mengetahui keinginan, harapan, dan tujuan sendiri pun sebenarnya mungkin sulit bagi mereka.
Selain itu, sulit untuk menolak atau mengatakan 'tidak' pada permintaan orang lain. Bahkan jika sebenarnya mereka tidak mau melakukan hal tersebut. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk disukai, menghindari perselisihan, dan mengurangi perasaan bahwa mereka akan ditinggalkan.
Menyenangkan orang lain mungkin tidak terdengar terlalu buruk. Namun bagi seseorang dengan karakter people pleaser, 'menyenangkan orang lain' lebih dari sekadar kebaikan.
"Ini melibatkan pengubahan kata-kata dan perilaku demi perasaan atau reaksi orang lain," jelas Erika Myers, seorang terapis di Bend, OR, dikutip dari Healthline, dikutip Jumat (10/1/2025).
Myers mengatakan jika karakter people pleaser bisa merusak diri sendiri. "Dorongan untuk menyenangkan orang lain dapat merusak diri kita sendiri," kata Myers.
Karakter people pleaser terbentuk bukan saat anak sudah dewasa, melainkan hal itu terbentuk sejak dini, terutama jika orang tua tidak menyadari membentuk perilaku ini dari tindakan-tindakan mereka.
Lantas tindakan apa saja yang bisa membentuk anak menjadi people pleaser? Berikut penjelasannya:
1. Meremehkan emosi anak
Menurut psikolog Nicole LePera, keinginan menyenangkan orang lain merupakan hasil dari pengabaian emosional di masa kanak-kanak. Ketika anak-anak diabaikan secara emosional, mereka secara tidak sadar mengabaikan diri sendiri untuk mempertahankan hubungan mereka dengan figur orang tua.
"Beginilah cara keinginan menyenangkan orang lain berkembang, karena tanpa rasa diri yang sejati, anak mempertahankan rasa diri yang salah melalui validasi dan persetujuan orang lain," ungkap LePera, dikutip dari Times of India.
2. Mengatakan 'tidak' untuk semua permintaan mereka
Baca Juga : Update Laka Bus di Kota Batu, Rombongan Wisata SMK Asal Bali Akhirnya Pulang dengan Armada Pengganti
Orang tua biasanya hanya selalu mengatakan tidak tanpa melihat nilai permintaan anak. Hal seperti ini tidak boleh dilakukan karena bisa membuat anak menjadi pribadi people pleaser.
3. Mendisiplinkan anak melalui hukuman
Sebenarnya, hal seperti ini baik untuk mendisiplinkan anak. Namun, dampak dari tindakan ini bisa mempengaruhi kepercayaan diri dan harga diri mereka.
Mereka mungkin menjadi tergantung pada pendapat orang lain tentang mereka dan mungkin tidak menghargai diri mereka sendiri, apalagi orang lain menghargai dan menghormati mereka.
4. Memberi anak hadiah karena patuh
Kepatuhan itu baik. Namun, menjadi anak yang selalu berkata 'ya' tidak terlalu baik juga. Hanya karena anak patuh, menyetujui semua yang orang tua katakan, atau mengikuti perintah, tidak berarti mereka baik atau cenderung berhasil dalam hidup.
Sebaliknya, mereka mungkin menjadi orang yang selalu ingin menyenangkan orang lain dan tidak memiliki pendapat sendiri.
5. Membuat anak merasa tidak enak dengan pendapat sendiri
Jika pendapat anak tidak sesuai dengan kenyataan, usahakan selalu berikan masukan bukan penolakan. Sebab, jika orang tua langsung menolak pendapat anak bisa membuat anak tidak percaya dengan kemampuannya sehingga mereka akan berpikir bahwa mereka tidak boleh berpendapat dan mereka harus menuruti apa yang dikatakan orang lain.